Tugas hidup di dunia ini ada dua yaitu belajar dan mengajar. Bila dua tugas ini sudah tidak dijalankan lagi maka selesai lah tugas kita hidup di dunia ini. Dalam school of life tidak ada hubungan anak, bapak, ibu, tapi yang ada hubungan teman belajar. Jadi tugas utama dalam keluarga bukanlah sekolah tapi belajar, talabul iqra dan talabul ilmi. Ilmu-nya mau dari mana saja boleh, tidak harus dari sekolah. Jadi proses belajar itu dari bangun tidur sampai tidur lagi, bukan dari berangkat sekolah sampai pulang sekolah, dan setelah pulang sekolah tidak ada proses belajar lagi.
Dalam satu keluarga kita harus terlebih dahulu menyamakan persepsi atau “Fine Tuning”. Apa makna guru yang sebenarnya, apa persepsi kita tentang belajar, apa persepsi kita tentang sekolah dan apa target akhir yang kita harapkan dari anak ketika mengikuti proses belajar?
Setelah sama persepsi maka keluarga akan menemukan passion-nya. Setelah itu kita harus menemukan kegiatan apa yang bisa kita lakukan bersama. Sekarang ini banyak sekali anak yang terjebak dalam rutinitas yang tidak sesuai dengan passion-nya. Pagi pergi sekolah, siang pulang, lalu tution, dan ketika ditanya apa yang dipelajari satu hari itu, jawabannya tidak tahu, dan matanya berbinar-binar ketika menceritakan saat istirahat sekolah dan bermain bersama teman-temannya. Maka hari ini orang tua harus mempersiapkan anak dengan sangat baik, jika kita masih mengajar anak kita dengan cara yang dulu, itu berarti kita membawa anak kita mundur jauh ke belakang, bukan untuk masa depan. Kita berhak memberikan rumah untuk raganya tapi tidak untuk jiwanya. Karna jiwa mereka adalah penghuni masa depan yang tidak dapat kita kunjungi walaupun dalam impian. Maka kita akan mulai selangkah lebih maju. jika anak sudah belajar sampai hal 10 maka kita belajar hal 11, ketika ibu tidak bisa mengikuti anak, bapak lah yang mengambil peran, samakan bacaan dalam keluarga, maka ketika bacaannya sama, ketika bertemu yang akan dibicarakannya sama.
Prinsip dalam school of life jika seseorang jalannya terengah-engah maka bersyukurlah, karna kita sedang berada di jalanan naik, kalau kita berhenti maka selesai dan gagal, maka kita harus lanjutkan, dan jika jalannya mudah, kita tidak berbuat apa-apa rejeki datang sendiri, maka kita sedang berada di jalanan turun maka kita harus berhenti dan membuat tanjakan baru. Dalam school of life antara suami, istri dan anak harus saling mendukung. Siapa pun bisa menjadi pemimpin proyeknya (prospek masa depan), bila suami sudah mulai berada di jalanan turun, maka berhenti dan berganti peran dengan istri dan buat tanjakan baru, begitu pun jika istri sudah mulai berada di jalanan turun, maka istri berhenti, berganti peran dengan anak dan membuat tanjakan baru.
Memaknai kehidupan sebagai sebuah sekolah utama. Semua peristiwa adalah pelajaran. Semua tantangan hidup adalah ujian. Semua tempat adalah ruang kelas dan semua orang adalah guru. Dalam school of life, masing-masing satu keluarga ini adalah guru, dalam kecerdasannya atau keahliannya masing-masing. Dan siapa pun yang sedang menjalankan tugas saat ini, yang lain harus mendukung dan berdoa.
Saatnya alam semesta menjadi guru. Alam adalah guru yang bijaksana, biarkanlah anak kita belajar dengan alam, karena alam adalah sejujur-jujurnya pendidik. Alam akan membentuk karakter dan kepribadian anak. Alam bisa sebagai media bahan belajar dan objek pembelajaran. Maka biarkanlah anak belajar dengan alam, karena anak adalah pembelajar sejati. Maka jangan ajari anak karena anak pada prinsipnya akan berkata “Don’t teach me, I love to learn”.
“Good is not enough any more, we must be different”
Belajar untuk hidup, hidup untuk bekal akhirat. Belajar adalah proses untuk meningkatkan derajat ilmu seseorang menuju adanya perubahan perilaku yang baik, untuk itu sebaiknya anak harus dekat belajarnya dengan konteks kehidupan.
Maka dalam school of life yang harus diperhatikan adalah 4E, Enjoy, Easy, Excellent, Earn.
Piramida anak ada 4:
Intellectual Curiosity, mengasah rasa ingin tahu anak dengan melatih mereka agar trampil bertanya dan melihat tantangan.
Creative Imagination, mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan dan mengekspresikan diri.
Art of Discovery, melatih anak merumuskan gagasan dan memecahkan persoalan, mengasah kepekaan dengan merekonstruksi jejak para peneliti dan penemu.
Noble attitude, menumbuhkan karakter yang kokoh pada diri anak dan mengasah aspek spiritualnya.
Hasil Belajar ada 10:
Inquires, fitrah anak yang selalu ingin tahu telah dipupuk sejak awal sehingga mereka suka bertanya dan senang mempelajari hal-hal yang baru.
Thinkers, menjadi anak yang kritis dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Masalah menjadi suatu tantangan yang mengasyikkan.
Communicators, mampu mengkomunikasikan ide maupun informasi pada orang lain.
Risk Takers, berani mengambil resiko dan mau menerima ide-ide baru.
Knowledgeable, memiliki pengetahuan yang luas.
Principled, berbudi pekerti luhur.
Caring, peka pada kebutuhan dan perasaan orang lain.
Open-minded, bisa menghargai nilai-nilai dari budaya yang berbeda, serta bisa menghargai pendapat orang lain.
Well-balanced, memiliki keseimbangan fisik dan mental
Reflective, mampu mengenali dan menganalisa kelebihan serta kekurangan mereka.
Misi dari School of life adalah :
Membangun school of life berbasis keluarga.
Mengembalikan fungsi utama keluarga sebagai sekolah utama dan pertama untuk anak-anak.
Melatih anak terampil belajar secara mandiri, merencanakan topik dan tema belajar, serta mencari sumber informasi.
Menanamkan jiwa sosial entrepreneur sejak dini kepada anak-anak dan remaja.
Membentuk komunitas, dimana semua anggotanya menjadi manusia pembelajar seumur hidup, mempunyai kepedulian sosial yang tinggi dan karakter yang kuat.
Learn how to learn :
Melatih anak terampil belajar mandiri.
Merencanakan topik dan tema belajar.
Mencari sumber informasi.
Menghubungi pakar/ahli.
Mengunjungi lokasi sesuai topik yang sedang dipelajari.
Presentasi :
Melatih anak menyusun paparan.
Mempresentasikan hasil belajar.
Menuangkan gagasan secara menarik.
Menumbuhkan rasa percaya diri.
Meningkatkan daya nalar dan kreatifitas.
Social Networking :
Berkumpul dan bermain dengan anak sebaya.
Menjalin hubungan sosial dengan anak yang lebih muda atau yang lebih tua.
Meningkatkan kecerdasa intrapersonal.
Menjalin hubungan dengan organisasi remaja, baik dalam tingkat nasional ataupun internasional.
Entrepreneur :
Mengasah jiwa entrepreneur sejak kecil.
Mengembangkannya sebagai suatu gagasan real secara bertahap sesuai jenjang kemampuan anak.
Melatih anak berjiwa mandiri dan merdeka.
Distance Learning :
Belajar bisa dilakukan dimana saja, kapan saja.
Tidak terbatas oleh jarak.
Membiasakan akrab dengan teknologi internet.
Bisa berguru dengan siapa saja diseluruh dunia.
Dalam satu keluarga kita harus terlebih dahulu menyamakan persepsi atau “Fine Tuning”. Apa makna guru yang sebenarnya, apa persepsi kita tentang belajar, apa persepsi kita tentang sekolah dan apa target akhir yang kita harapkan dari anak ketika mengikuti proses belajar?
Setelah sama persepsi maka keluarga akan menemukan passion-nya. Setelah itu kita harus menemukan kegiatan apa yang bisa kita lakukan bersama. Sekarang ini banyak sekali anak yang terjebak dalam rutinitas yang tidak sesuai dengan passion-nya. Pagi pergi sekolah, siang pulang, lalu tution, dan ketika ditanya apa yang dipelajari satu hari itu, jawabannya tidak tahu, dan matanya berbinar-binar ketika menceritakan saat istirahat sekolah dan bermain bersama teman-temannya. Maka hari ini orang tua harus mempersiapkan anak dengan sangat baik, jika kita masih mengajar anak kita dengan cara yang dulu, itu berarti kita membawa anak kita mundur jauh ke belakang, bukan untuk masa depan. Kita berhak memberikan rumah untuk raganya tapi tidak untuk jiwanya. Karna jiwa mereka adalah penghuni masa depan yang tidak dapat kita kunjungi walaupun dalam impian. Maka kita akan mulai selangkah lebih maju. jika anak sudah belajar sampai hal 10 maka kita belajar hal 11, ketika ibu tidak bisa mengikuti anak, bapak lah yang mengambil peran, samakan bacaan dalam keluarga, maka ketika bacaannya sama, ketika bertemu yang akan dibicarakannya sama.
Prinsip dalam school of life jika seseorang jalannya terengah-engah maka bersyukurlah, karna kita sedang berada di jalanan naik, kalau kita berhenti maka selesai dan gagal, maka kita harus lanjutkan, dan jika jalannya mudah, kita tidak berbuat apa-apa rejeki datang sendiri, maka kita sedang berada di jalanan turun maka kita harus berhenti dan membuat tanjakan baru. Dalam school of life antara suami, istri dan anak harus saling mendukung. Siapa pun bisa menjadi pemimpin proyeknya (prospek masa depan), bila suami sudah mulai berada di jalanan turun, maka berhenti dan berganti peran dengan istri dan buat tanjakan baru, begitu pun jika istri sudah mulai berada di jalanan turun, maka istri berhenti, berganti peran dengan anak dan membuat tanjakan baru.
Memaknai kehidupan sebagai sebuah sekolah utama. Semua peristiwa adalah pelajaran. Semua tantangan hidup adalah ujian. Semua tempat adalah ruang kelas dan semua orang adalah guru. Dalam school of life, masing-masing satu keluarga ini adalah guru, dalam kecerdasannya atau keahliannya masing-masing. Dan siapa pun yang sedang menjalankan tugas saat ini, yang lain harus mendukung dan berdoa.
Saatnya alam semesta menjadi guru. Alam adalah guru yang bijaksana, biarkanlah anak kita belajar dengan alam, karena alam adalah sejujur-jujurnya pendidik. Alam akan membentuk karakter dan kepribadian anak. Alam bisa sebagai media bahan belajar dan objek pembelajaran. Maka biarkanlah anak belajar dengan alam, karena anak adalah pembelajar sejati. Maka jangan ajari anak karena anak pada prinsipnya akan berkata “Don’t teach me, I love to learn”.
“Good is not enough any more, we must be different”
Belajar untuk hidup, hidup untuk bekal akhirat. Belajar adalah proses untuk meningkatkan derajat ilmu seseorang menuju adanya perubahan perilaku yang baik, untuk itu sebaiknya anak harus dekat belajarnya dengan konteks kehidupan.
Maka dalam school of life yang harus diperhatikan adalah 4E, Enjoy, Easy, Excellent, Earn.
Piramida anak ada 4:
Intellectual Curiosity, mengasah rasa ingin tahu anak dengan melatih mereka agar trampil bertanya dan melihat tantangan.
Creative Imagination, mendorong anak untuk mengungkapkan gagasan dan mengekspresikan diri.
Art of Discovery, melatih anak merumuskan gagasan dan memecahkan persoalan, mengasah kepekaan dengan merekonstruksi jejak para peneliti dan penemu.
Noble attitude, menumbuhkan karakter yang kokoh pada diri anak dan mengasah aspek spiritualnya.
Hasil Belajar ada 10:
Inquires, fitrah anak yang selalu ingin tahu telah dipupuk sejak awal sehingga mereka suka bertanya dan senang mempelajari hal-hal yang baru.
Thinkers, menjadi anak yang kritis dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Masalah menjadi suatu tantangan yang mengasyikkan.
Communicators, mampu mengkomunikasikan ide maupun informasi pada orang lain.
Risk Takers, berani mengambil resiko dan mau menerima ide-ide baru.
Knowledgeable, memiliki pengetahuan yang luas.
Principled, berbudi pekerti luhur.
Caring, peka pada kebutuhan dan perasaan orang lain.
Open-minded, bisa menghargai nilai-nilai dari budaya yang berbeda, serta bisa menghargai pendapat orang lain.
Well-balanced, memiliki keseimbangan fisik dan mental
Reflective, mampu mengenali dan menganalisa kelebihan serta kekurangan mereka.
Misi dari School of life adalah :
Membangun school of life berbasis keluarga.
Mengembalikan fungsi utama keluarga sebagai sekolah utama dan pertama untuk anak-anak.
Melatih anak terampil belajar secara mandiri, merencanakan topik dan tema belajar, serta mencari sumber informasi.
Menanamkan jiwa sosial entrepreneur sejak dini kepada anak-anak dan remaja.
Membentuk komunitas, dimana semua anggotanya menjadi manusia pembelajar seumur hidup, mempunyai kepedulian sosial yang tinggi dan karakter yang kuat.
Learn how to learn :
Melatih anak terampil belajar mandiri.
Merencanakan topik dan tema belajar.
Mencari sumber informasi.
Menghubungi pakar/ahli.
Mengunjungi lokasi sesuai topik yang sedang dipelajari.
Presentasi :
Melatih anak menyusun paparan.
Mempresentasikan hasil belajar.
Menuangkan gagasan secara menarik.
Menumbuhkan rasa percaya diri.
Meningkatkan daya nalar dan kreatifitas.
Social Networking :
Berkumpul dan bermain dengan anak sebaya.
Menjalin hubungan sosial dengan anak yang lebih muda atau yang lebih tua.
Meningkatkan kecerdasa intrapersonal.
Menjalin hubungan dengan organisasi remaja, baik dalam tingkat nasional ataupun internasional.
Entrepreneur :
Mengasah jiwa entrepreneur sejak kecil.
Mengembangkannya sebagai suatu gagasan real secara bertahap sesuai jenjang kemampuan anak.
Melatih anak berjiwa mandiri dan merdeka.
Distance Learning :
Belajar bisa dilakukan dimana saja, kapan saja.
Tidak terbatas oleh jarak.
Membiasakan akrab dengan teknologi internet.
Bisa berguru dengan siapa saja diseluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar