Bangkitnya Entrepreneur Islami
Sebagaimana kita ketahui, ‘senjata’ untuk menjatuhkan ummat Islam salah satunya adalah faktor ekonomi. Pasalnya, jika dilihat secara umum, yang menguasai perekonomian di Indonesia bukan orang pribumi, dan bahkan mereka non muslim. Akibatnya, hal itu menjadi ‘bumerang’ bagi umat Islam sendiri, sebagai mayoritas penduduk di Indonesia.
Untuk itu, perlu adanya perbaikan ekonomi dan saling kepedulian sesama muslim untuk meningkatkan ukhuwah. Salah satu faktor yang menyebabkan ‘jeblok’-nya ekonomi ummat, ada berbagai faktor. Diantaranya, tidak ada kepercayaan diri, takut gagal, meniru kesuksesan orang lain, jika sudah berhasil cenderung melupakan kualitas, dan masih banyak lagi.
Dalam segala aktifitas, seorang entrepreneurship (yang memiliki jiwa kewirausahaan) harus menyadari bahwa dalam setiap usaha kita terdapat campur tangan sang Kholiq. Untuk itu perlu menjunjung nilai-nilai agama dan mengimplementasikan ke dalam kehidupan berbisnis.
Sebagaimana dikemukakan terminology yang dikemukakan seorang profesor dari St Thomas University, Amerika Serikat, istilah entrepreneur religius beberapa waktu lalu menjadi wacana dalam sebuah jurnal entrepreneur dan menjadi perbincangan hangat. Dari perbincangan itu, diyakini bahwa ada hubungan positif (positif korelation) antara relegius dengan keberhasian.
Beberapa entrepreneur yang telah berhasil mengabungkan keduanya (agama dan usaha) diantaranya Bill Gates, Donald Trump, Anita Roddick, Warren Buffet dan masih banyak lagi. Mereka meski tidak secara eksplisit dikatakan bahwa mereka adalah benar-benar murni mengimplementasikan ajaran agama dalam bisnisnya. Beberapa tipikal mereka diantaranya humanis, manajer yang cerdas (profesional), menggaji karyawannya dengan layak, dan mengedepankan etika berbisnis.
Padahal, kita tahu, bahwa dalam berusaha, banyak perusahaan yang hanya memikirkan bagaimana mendapatkan untuk sebesar-besarnya dengan mengeluarkan dana sekecil-kecilnya. Sehingga yang mereka lakukan memanfaatkan tenaga kerja untuk terus bekerja, dan jika perlu mencari tenaga kerja yang upahnya kecil.
Mereka, beberapa pebisnis yang disebutkan di atas, hanya sebagian pengusaha yang mengikutkan faktor religius dalam berbisnisnya. Selain itu, mereka merupakan pembisnis yang baik, lebih dari 10 persen hasil keuntungan usahanya dihibahkan untuk kegiatan sosial dan lainnya.
Bagaimana dengan Entrepreneur Islami?
Di Indonesia, kita mengenal Manajemen Qolbu-nya Abdullah Gymnastyar (AA Gym), kemudian Pandu Siwi Sentosa milik HM Bhakty Kasry dan masih banyak lagi. Mereka merupakan beberapa diantara sekian pengusaha yang menerapkan agama dalam bisnisnya.
Sebut saja Manajemen Qolbu atau yang lebih dikenal dengan MQ. Bisnisnya diawali dari dakwah yang dilakukan ditengah keterpurukan ekonomi, moral dan soaial bangsa. Dakwah AA Gym mampu menjadi penyejuk hati ummat dalam setiap dakwahnya. Ia pun menerima permintaan dakwah dari penjuru tanah air. Kemudian setelah melalui proses, ia-pun ingin memberikan sesuatu yang lebih kepada umat. Melalui dakwahnya, ia pun mengajarkan cara berbisnis yang Islami. AA Gym-pun dikenal dengan pelatihan bisnis MQ yang diikuti para pembisnis untuk belajar manajemen Islami.
Sukses dakwah, tidak menyurutkannya untuk berhenti hanya sebagai pendakwah. Sesuatu yang lebih, yakni bisnisnya di bawah naungan Yayasan Pesantren Darut Tauhid pun mengembangkan dengan pesantern modern dan multifungsi. Kemudian mengepakan sayapnya dengan mengembangkan usaha toko, swalayan, warung telekomunikasi, penerbitan buku, tabloid, stasiun radio, pembuatan kaset dan VCD, TV, guest house, air minum kemasan dan lainnya.
Dalam berwirausaha, ia mengutip ayat Hadits Rasulullah SAW, yakni tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. AA Gym juga menyatakan bahwa umat akan berhasil dalam membangun usaha, jika mereka mampu membangun jiwa entrepreneurship dalam diri sendirinya.
Sementara Pandu Siwi Sentosa, yang awalnya bermodalkan patungan diantara koleganya, tahun 1992 Bhakty memulai bisnis jasa kurir dengan label Pandu Siwi Sentosa. Meski sempat jatuh, hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia pun harus menjual mas kawin dan mobil milik istrinya. Ia pun menata manajemennya, dan usahanya membuahkan hasil. Tidak hanya itu, setelah berhasil, ia tidak melupakan jasa karyawannya. Bagaimanapun juga mereka ikut andil besar dalam kesuksesan bisnisnya. Untuk itu, ia membuat program menghajikan karyawannya.
Itu dilakukannya karena Bhakty menyadari, bahwa Allah SWT yang memberi kemudahan pada umat-Nya yang berusaha di jalan Allah. Untuk itu ia kembalikan kepada Allah melalui nilai-nilai yang ia tanamkan di perusahaannya, seperti nilai welas asih, atau berderma dan menanamkan nilai-nilai Islami pada karyawannya. Di kantornya, ia menerapkan zona bebas asap rokok bagi karyawannya, dan area berjilbab bagi karyawatinya.
Contoh di atas, hanya sebagian dari sekian ribu pengusaha yang menerapkan hubungan antara bisnis dan religius. Namun sayangnya, besarnya prospek bisnis dengan menjalankan syariat agama masih minim. Padahal, sudah banyak contoh nyata keberhasilan sosok pembisnis yang mengakui keterlibatan nilai-nilai agama.
Kini saatnya untuk membangun bisnis Islami, dengan mengedepankan kejujuran dan keadilan. Sehingga ke depan dapat membangkitkan ekonomi umat yang semakin terpuruk dan mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran yang didominasi umat Islam. Hal itu dapat terjadi, jika para pengusaha muslim menerapkan jiwa sosial untuk membantu sesama dengan memberikan pekerjaan, bukan sekedar modal.
Cara Gila Menjadi Entrepreneur
Pujiono Cahyo Widianto atau yang terkenal dengan Syekh Puji membeberkan cara-cara menjadi seorang pengusaha dalam Talk Show "Cara Gila Menjadi Entrepenuer" yang digelar dalam rangka Dies Natalis Universitas Muria Kudus (UMK), Jateng, Sabtu.Menurut pemilik PT Sinar Lendoh Terong tersebut, untuk mencapai sukses menjadi seorang pengusaha bukan diraih dengan cara mudah dan justru diperlukan cara "gila" untuk mewujudkannya.
"Memang benar, membutuhkan cara yang `gila` untuk sukses berwiraswasta," katanya.
Ia mengatakan, tidak semua orang berani mengambil keputusan menjadi pengusaha apalagi menjamin kesuksesan sehingga, butuh kebulatan tekad dan kecermatan.
Menurut dia, syarat sebagai seorang pengusaha adalah harus tajam melihat peluang, berani mengambil keputusan dan motivasi untuk berkembang dan maju.
"Agar sukses, kita jangan takut untuk gagal dengan target-target yang sudah ditetapkan," katanya.
Cara `gila`, menurutnya, adalah cara yang beda dan lain dari yang dilakukan oleh kebanyakan orang.
Sebelum sukses seperti sekarang, Pujiono telah mengalami perjuangan panjang yang sulit dan susah.
Ia mengatakan, dahulu ketika perantauan di Jakarta, pernah menjalani profesi sebagai penjaja jagung bakar selama dua hari, menjadi kuli bangunan dua minggu, dan satu bulan sebagai kernet.
"Bekal Sebagai sales di sebuah perusahaan Amerika yang ada di Jakarta lah saya menjalani wiraswasta," kata Pujiono.
Sebagai sales, Puji menjalani profesinya dengan cara berbeda dari sales lain. "Sales lain selalu saja diarahkan oleh manajer. Itu cara yang biasanya," katanya.
Pujiono menjelaskan, cari cara yang lain. "Jika, sales lain baru bekerja setelah mendapat pengarahan dari manajernya, saya justru sudah berengkat kerja selepas subuh," katanya.
"Hasilnya, lima tahun berprofesi sebagai sales, sudah terkumpul Rp450 juta," kata Puji.
Dengan uang ini, kata dia, digunakan sebagai modal membuka usaha di Semarang 1990.
Ia menambahkan, agar sukses menjadi seorang pengusaha harus menjadi pengusaha murni dan menciptakan hal baru. "Aqua misalnya, dikenal karena punya inisiatif membuat air minum kemasan," katanya.
Pujiono mengatakan, memilih usaha Kaligrafi atau `relief` gambar dengan media kuningan, karena pada ketika itu masih langka. "Jadi punya pangsa pasar tersendiri," katanya.
Selain cara Pujiono diatas, masih ada cara gila lainnya dari tokoh pengusaha sukses.
Cerita 1 : Bakmi Mbah Mo
Di Bantul ada seorang penjual mie & nasi goreng yang terletak di daerah yang dari kaca mata marketing “tidak strategis”. Iya memang dia berjualan di desanya sendiri yang akses masuknya agak susah alias hanya jalan tanah. Dia sebenarnya adalah seorang staf di salah satu lembaga pemerintahan dan juga mengadu keberuntungan yang lain dengan berjualan mie & nasi goreng.
Jauh sebelum kenal dengan teori “irresistible sensational offer” yang digemborkan para sesepuh tda, bapak ini sudah mempraktekkan teori marketing yang sangat sederhana tapi cespleng.
Beda dengan penjual mie & nasi goreng kebanyakan, warung mbah mo (disebut gitu aja ya) melakukan praktek marketing dengan cara sering tampil di radio, meskipun hanya kirim ”salam”. Aktifitas kirim salam untuk dirinya sendiri atau untuk istrinya, terkadang juga dari istrinya untuk keluarganya dll, adalah rutinitas marketing yang dikerjakannya dan diakhir pasti ada peryataan tentang warung mie & nasi goreng mbah mo tadi.
Misalnya : ”Salam untuk neng wati, tadi malam enak ya pertemuan di warung mbah mo, bisa makan nasi goreng yang uenak tenan,” trus misalnya juga ”salam dari mas basuki, Mbah Mo terima kasih ya teman-teman saya puas atas makan malam di tempatnya mbah mo”….dll yang semuanya dilakukan mbah mo sendiri…luar biasa.
Kemudian tak lupa juga menyebar brosur yang sampai dilakukan ke tengah kota. Dan anda pengin tahu berita selanjutnya…konon warung mbah mo ini menjadi terkenal bahkan sampai pejabat & artis pernah ke tempatnya untuk mencicipi mie & nasi goreng racikannya. Dari menteri juga presiden pernah makan di tempatnya dan bahkan ada yang langganan setiap ke jogya pasti mampir ke tempatnya yang sebenarnya letaknya jauh dan susah dijangkau.
Padahal dari segi rasa sebenarnya juga standard saja koq, tidak jauh berbeda dengan yang lain. Dan sekarang dia memiliki karyawan termasuk orang tuanya sendiri menjadi karyawannya. Kalo bekerja ya di gaji dan yang lainnya tetap dia berbakti sebagai anak.
Ini semua terjadi berawal dari mimpinya bahwa dia ingin setiap orang datang ke warungnya, tidak peduli dia rakyat biasa, artis, pejabat maupun presiden. Nah loh yang mau jadi enterpreneur, sudahkah punya impian yang real, sehingga Allah tidak keliru untuk mengabulkannya….
Cerita 2 : Bakso Gak Patek Enak
Ketika saya ada pekerjaan kantor, untuk koordinasi renovasi kantor reps bojonegoro tahun lalu, saya tergelitik dengan warung bakso yang ada di seberang jalan kantor reps yang saya kunjungi tadi, tepat di pojok perempatan, dekat lampu merah.
Ada tulisan menyolok di list plank nya ”Bakso Ora Patek Enak”. Namanya memang seperti itu, tapi kalau anda kesana jangan ditanya berapa orang yang makan bakso di tempat ini, ramai sekali dan memang lumayan enak lho baksonya, promosi dikit khan gak papa ya…
Nah ini pula yang diceritakan oleh Cak Fud dan Pak Panca kepada saya beberapa hari yang lalu. Dan konon juga telah dimuat di majalah wirausaha & keuangan. Terbukti bahwa nama itu penting untuk menciptakan Branding, Gimana mau buat juga ”Soto Gak Patek Enak” he..he..
Hikmah dari Cerita
Dua cerita itulah yang mengawali diskusi yang disampaikan oleh Cak Fud (nama lengkapnya abdullah mahfud), seorang pengusaha supplier chemical untuk industri besar asal surabaya. Dan ternyta Cak Fud ini adalah orang yang sering saya temui ketika saya masih tinggal di perumahan galaksi bumi permai (araya), salah satu kawasan perumahan elit di surabaya.
Kami sama-sama sering sholat jama’ah di masjid arroyan yang berada di kompleks perumahan tersebut dan juga sama-sama sebagai imam pengganti ketika imam tetapnya (pak Luqman Baswedan, pengusaha jual beli otomotif dan pak Zubaidi, Pembantu Dekan I FTK ITS) berhalangan hadir. Saya baru tahu kalau beliau adalah seorang pengusaha dan juga secara ikhlash menjadi mentor bagi pengusaha pemula seperti saya ini.
Cak Fud mengingatkan bahwa kita harus punya impian yang spesifik yang merupakan gambaran masa depan yang akan kita capai. Pendek kata dia menyampaikan kita harus jadi BOSS bagi diri kita sendiri. Karena boss itu selalu benar, boss itu lebih kaya dan boss itu banyak liburnya he..he…
Kalau menurut saya ada benarnya juga pernyataan ini karena yang namanya boss itu punya segalanya baik kekayaan, jabatan dan yang lebih menarik lagi dia bisa mengatur hidupnya dengan sebaik-baiknya.
Dan yang lebih penting adalah seluruh hidup kita harus berorientasi akhirat maka insyaallah dunia akan melayani kita. Ingat kisah Soichiro Honda, sang pendiri kerajaan bisnis otomotif ”Honda” yang industri dan pasarnya mendunia itu..?
Kita mungkin membayangkan kalau dia hidup glamour tetapi yang kita lihat justru sebaliknya, dia hidup sangat sederhana dengan satu rumah dan tidak mewariskan hartanya kepada anak-anaknya. Dan dia pernah mengatakan ”orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. tapi tidak melihat 99 % kegagalan saya. jadi, ketika anda mengalami kegagalan, maka mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru”.Pribadi yang luar biasa pikir saya…
Jadi kalau kita mau anggap mudah maka insyaallah akan mudah juga, jadi mau pilih mana…?
Dan terakhir beliau menyampaikan sesuatu yang sangat penting untuk direnungkan bagi para pengusaha/calon pengusaha, diantaranya :
1. Seorang pengusaha itu harus memiliki kecerdasan finansial
2. Pandai itu tidak menjamin sukses
3. Orang sukses adalah orang yang mengalami kegagalan lebih banyak daripada orang lain
4. Orang sukses adalah orang yang sebanyak-banyaknya memanfaatkan orang pandai
5. Sukses itu ada harganya
6. Pengusaha itu…cerdas berfikir. Dari berbagai sumber: www.suaramedia.com
Etika Bisnis Nabi Muhammad SAW
Etika bisnis memegang peranan penting dalam membentuk pola dan sistem transaksi bisnis, yang dijalankan seseorang. Sisi yang cukup menonjol dalam meletakkan etika bisnis Nabi Muhammad SAW adalah nilai spiritual, humanisme, kejujuran keseimbangan, dan semangatnya untuk memuaskan mitra bisnisnya. Nilai-nilai di atas telah melandasi tingkah laku dan sangat melekat serta menjadi ciri kepribadian sebagai Manajer profesional. Implementasi bisnis yang ia lakukan berporos pada nilai-nilai tauhid yang diyakininya. Secara prinsip, ia telah menjadikan empat pilar berikut ini sebagai dasar transaksi ekonominya.
1. Tauhid
Sistem etika Islam, yang meliputi kehidupan manusia di bumi secara keseluruhan, selalu tercermin dalam konsep tauhid yang dalam pengertian absolut, hanya berhubungan dengan Tuhan. Umat manusia tak lain adalah wadah kebenaran, dan harus memantulkan cahaya kemuliaannya dalam semua manifestasi duniawi:
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tidakkah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?. (Fushshilat: 53)
Tauhid, pada tingkat absolut menempatkan makhluk untuk melakukan penyerahan tanpa syarat pada kehendakNya:
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali Hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”. (Yusuf: 40)
Dalam pengertian yang lebih dalam, konsep tauhid merupakan dimensi vertikal Islam. Tauhid memadukan di sepanjang garis vertikal segi politik, ekonomi, sosial, dan agama dari kehidupan manusia menjadi suatu kebulatan yang homogen dan konsisten. Tauhid rububiyyah merupakan keyakinan bahwa semua yang ada dialami ini adalah memiliki dan dikuasai oleh Allah SWT. Tauhid uluhiayyah menyatakan aturan darinya dalam menjalankan kehidupan. Kedua diterapkan Nabi Muhammad SAW dalam kegiatan ekonomi, bahwa setiap harta (aset) dalam transaksi bisnis hakekatnya milik Allah swt. Pelaku ekonomi (manusia) hanya mendapatkan amanah mengelola (istikhlaf), dan oleh karenanya seluruh aset dan anasir transaksi harus dikelola sesuai dengan ketentuan pemilik yang hakiki, yaitu Allah swt. Kepeloporan Nabi Muhammad saw. Dalam meninggalkan praktik riba (usury-interest), transaksi fiktif (gharar), perjudian dan spekulasi (Maysir) dan komoditi haram adalah wujud dari keyakinan tauhid ini.
2. Keseimbangan (Adil)
Pandangan Islam mengenai kehidupan berasal dari suatu persepsi Ilahi mengenai keharmonisan alam.
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. (Al Mulk: 3-4)
Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS Al-Qamar : 49).
Keseimbangan atau keharmonisan sosial, tak bersifat statis dalam pengertian suatu dalih untuk status quo, melainkan suatu sifat dinamis yang mengerahkan kekuatan hebat menentang segenap ketidakadilan. Keseimbangan juga harus terwujud dalam kehidupan ekonomi. Sungguh, dalam segala jenis bisnis yang dijalaninya, Nabi Muhammad Saw, menjadikan nilai adil sebagai standard utama. Kedudukan dan tanggung jawab para pelaku bisa ia bangun melalui prinsip “akad yang saling setuju”. Ia meninggalkan tradisi riba dan memasyarakatkan kontrak mudharobah (100% project financing) atau kontrak musyarakah (equity participation), karena sistem “Profit and lost sharing system”.
3. Kehendak Bebas
Salah satu kontribusi Islam yang paling orisinil dalam filsafat sosial adalah konsep mengenai manusia ‘bebas’. Hanya Tuhanlah yang mutlak bebas, tetapi dalam batas-batas skema penciptaan-Nya manusia juga secara bebas. Benar, Kemahatahuan Tuhan meliputi segala kegiatan manusia selama ia tinggal di bumi, tetap kebebasan manusia juga diberikan oleh Tuhan.
Prinsip kebebasan ini pun mengalir dalam ekonomi Islam Prinsip transaksi ekonomi yang menyatakan asas hukum ekonomi adalah halal, seolah mempersilahkan para pelakunya melaksanakan kegiatan ekonomi sesuai yang diinginkan, menumpahkan kreativitas, modifikasi dan ekspansi seluas sebesar-besarnya, bahkan transaksi bisnis dapat dilakukan dengan siapa pun secara lintas agama.
Dalam kaitan ini, kita memperoleh pelajaran yang begitu banyak dari Nabi Muhammad Saw, termasuk skema kerja sama bisnis yang dieksplorasi Nabi Muhammad Saw. Di luar praktek ribawi yang dianut masyarakat masa itu. Model-model usaha tersebut antara lain, mudharabah, musyrakah, murabahah, ‘ijarah, wakalah, salam, istishna, dan lain-lain.
4. Pertanggungjawaban
Selanjutnya, Nabi Muhammad Saw. mewariskan pula pilar tanggung jawab dalam kerangka dasar etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi dengan pertanggungjawaban manusia, setelah menetukan daya pilih antara yang baik dan buruk, harus menjalani konsekuensi logisnya:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (QS AI-Muddatstsir:38).
Karena keuniversalan sifat al-’adl, maka setiap individu harus mempertanggungjawabkan tindakannya. Tak seorang pun dapat lolos dari konsekuensi perbuatan jahatnya hanya dengan mencari kambing hitam. Manusia kan mendapatkan sesuai dengan apa yang diusahakannya.
Dan tidaklah seseorang berbuat dosa melainkan mudaratnya kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tak akan memikul dosa orang lain… (QS Al-An’am :164).
Bukan itu saja, manusia juga dimintai pertanggungjawaban atas kejahatan yang berlangsung di sekitarnya. Karena itu, manusia telah diperingatkan lebih dahulu.
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antaramu… (QS Al-Anfal :25).
Pertanggungjawaban sepenuhnya atas ketiadaan usaha untuk membentuk masa depan yang lebih baik, juga dipikulkan atas pundak manusia:
Sesungguhnya Allah tak akan mengubah keadaan seseorang sampai mereka mengubah keadaan diri mereka… (QS Al-Ra’d: 11).
Wujud dari etika ini adalah terbangunnya transaksi yang fair dan bertanggungjawab. Nabi menunjukkan integritas yang tinggi dalam memenuhi segenap klausul kontraknya dengan pihak lain seperti dalam hal pelayanan kepada pembeli, pengiriman barang secara tepat waktu, dan kualitas barang yang dikirim. Di samping itu, beliau pun kerap mengaitkan suatu proses ekonomi dengan pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan. Untuk itu, ia melarang diperjualbelikannya produk-produk tertentu (yang dapat merusak masyarakat dan lingkungan).
Suatu pelajaran yang bisa kita ambil bahwa dalam etika bisnis seseorang harus mencontoh ketauladanan Nabi Muhammad saw bahwa seorang muslim harus mempunyai tauhid yaitu menyerahkan segalanya kepada Allah swt. Karena semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah dan harus mematuhi semua aturan yang telah ditentukan olehnya. Seorang muslim harus adil dalam segala hal termasuk dalam bidang ekonomi, kebebasan berkehendak bagi seorang muslim yaitu melakukan apa saja dalam melakukan aktivitas ekonomi selama tidak melanggar yang telah ditentukan oleh Allah saw. Termasuk harus menjaga kehalalan barang atau jasa dalam aktivitas bisnis. Seorang muslim harus tanggungjawab yaitu bertanggungjawab dalam segala hal termasuk dalam bidang ekonomi/bisnis. Begitu juga bertanggung jawab atas kebebasan dalam bisnis.Hidup Sederhana
Rasulullah SAW dan Nabi-nabi yang lain menyukai hidup sederhana dan wajar. Beliau menikmati ketenangan hidup secara sederhana bukan berlebih-lebihan dan berfoya-foya. Beliau hidup sederhana di segala urusannya sehari-hari baik itu dari segi makanan, berpakaian dan juga apa yang ada padanya. Beliau mencontohkan hidup yang baik pada umatnya dan bahkan penasehat mereka untuk hidup sederhana dan menahan diri dari hidup yang berpoya-poya. Dalam hadis-Nya Rasulullah mengajarkan pada umat-Nya untuk hidup sederhana.
“Orang yang mencapai kejayaannya ialah orang yang bertindak di atas prinsip Islam dan hidup secara sederhana. (HR. Ahmad Tirmidzi, Ibnu Majah, dikutip oleh mishkat, Edisi Urdu, Opcit Vol II, hal 245, No. 4934)
“Barang yang sedikit tetapi cukup (untuk memenuhi kebutuhan hidup) adalah lebih baik daripada banyak (tetapi menjadikan mereka lupa diri) dan menyesatkanya (dari jalan hidup yang sederhana). (Abu Naeem, Dikutip oleh Mishkat, Opcit. Vol II, hal. 348, No. 4962).
Al-Quran mengajak untuk hidup sederhana, menurut Al-Quran jalan yang terbaik adalah jalan tengah.
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. ( Al Furqaan: 67)
Meskipun Rasulullah mempunyai sumber kekayaan yang banyak, beliau tetap hidup secara sederhana yaitu berdasarkan keperluan-keperluan yang sederhana saja. Ini adalah suatu keteladanan yang sangat berharga untuk dicontoh dan diikuti. Bahkan keempat khalifah setelah beliau tetap mempertahankan hidup yang sederhana.
Anjuran Nabi ini tidak hanya terbatas pada pakaian saja tapi juga mencakup sandang, pangan, papan dan segala kebutuhan pokok. Begitu juga Allah melarang menjerat leher karena terlalu hemat sebagaimana dia melarang hambanya untuk hidup boros dan berpoya-poya, karena kedua sikap ini bertentangan dengan hidup sederhana.
1. Etika Hidup Sederhana
- Sikap sederhana dalam membelanjakan uang pada saat krisis
Sikap yang baik adalah sikap yang sederhana dalam membelanjakan uang pada saat krisis. Inilah yang ditunjukkan oleh Al-Quran dalam kisah nabi Yusuf as.
Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.(QS. Yusuf: 47-48).
Ayat tersebut berisi pesan dan petunjuk kepada manusia agar mereka selamat dari krisis, dengan cara mengurangi barang yang dibelanjakan selama 7 tahun masa panen, agar kelak bisa digunakan pada masa krisis.
- Sederhana dalam menggunakan uang negara
Jika sifat sederhana dituntut dalam kehidupan pribadi, juga dituntut dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam membelanjakan uang negara. Ini berlaku bagi semua jajaran, mulai dari kepala negara, menteri, Gubernur, sampai jajaran tingkat bawah. Para pemimpin umat Islam sepantasnya menjadi suri tauladan bagi rakyat dalam menjauhi korupsi dan memamerkan kemewahan dan kemegahan.
Pada masa kepemimpinannya, Nabi menolak tempat tidur yang empuk, bantal Nabi terbuat dari kumpulan sabut kelapa, sedangkan tikar yang beliau gunakan untuk tidur meninggalkan bekas dikulit tubuhnya. Saat meninggal dunia, beliau dalam keadaan berbaring ditempat tidur dengan menggunakan selimut kasar dan pakaian yang sangat sederhana. Begitu juga tindak-tanduk pemimpin umat Islam setelah Nabi, Abu Bakar r.a. Umar bin Khattab r.a, Usman bin Affan r.a, pada masa kepemimpinannya.
- Islam mewajibkan umatnya bertindak moderat, mendahulukan yang primer daripada sekunder, mendahulukan sekunder daripada tersier, mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan golongan, dan mendahulukan kepentingan rakyat kecil daripada pejabat.
- Menjauhi pemborosan dan memakan makanan secara sederhana, begitu juga pakaian dan tempat tinggal.
Dari pemaparan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa Allah melarang menjerat leher karena terlalu hemat sebagaimana dia melarang hambanya untuk hidup boros dan berpoya-poya. Hendaknya seorang pemimpin tidak sombong dan congkak karena mempunyai banyak harta karena harta adalah amanah yang harus dipergunakan sesuai dengan fungsinya bukan disalahgunakan. Seorang muslim tidak bermewah-mewahan dan berlebih-lebihan dalam menggunakan harta. Kebebasan individu terbatas dengan kemaslahatan orang banyak oleh karena itu seorang yang ingin melakukan kebebasan harus mempertimbangkan apakah merugikan orang-orang sekitar atau tidak. Menetapkan hukum agar bisa menekan orang-orang yang hidup dalam kemewahan.
Sedangkan etika dalam hidup sederhana adalah bagaimana seorang muslim bersikap sederhana dalam membelanjakan uang pada saat krisis, sehingga bisa mempersiapkan segala kemungkinan terjadi. Sederhana dalam menggunakan uang negara dan tidak menyalahgunakan uang tersebut untuk kepentingan pribadi apalagi untuk berpoya-poya. Islam mewajibkan umatnya bertindak moderat, mendahulukan yang primer daripada sekunder, mendahulukan sekunder daripada tersier. Sikap sederhana seorang muslim adalah menjauhi pemborosan dan memakan makanan secara sederhana, begitu juga pakaian dan tempat tinggal semuanya dilakukan pada bataskewajaran.
Perbedaan Entrepreneurship dan Technopreneurship | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Saat membaca kata technopreneur (teknopreneur, id.), kemungkinan besar pikiran kita akan tertuju pada dua hal, teknologi dan entrepreneurship atau kewirausahaan. Ya, teknopreneur memang didefinisikan sebagai entrepreneur yang mengoptimalkan segenap potensi teknologi yang ada sebagai basis pengembangan bisnis yang dijalankannya. Namun, permasalahan mendasarnya adalah teknopreneur sendiri merupakan istilah yang masih asing di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Kecuali bagi mereka yang terus mengikuti segenap perkembangan bisnis dunia. Selain itu, bagi mereka yang sudah mengenalnya pun masih ada yang salah kaprah memahaminya sebagai IT entrepreneur. (Fathoni, 2007) Teknopreneur terdapat pada bidang pertanian misalnya, berupa pembuatan peralatan pertanian, penggunaan tenaga binatang dalam mengolah lahan pertanian, pembuatan irigasi pertanian untuk membantu mengalirkan air ke lahan pertanian. Lalu teknopreneur pada bidang industri, yang dahulu sering disebuat revolusi industri, menemukan alat-alat canggih yang dapat membantu peroses peroduksi. Alat-alat moderen mulai diproduksi massal seperti kendaraan otomotif, perumahan, retail dan lain-lain. Dan sekarang bisnis teknologi mulai digemari, contoh saja Bill Gate sebagai salah satu pendiri Microsoft. Apa yang membuat teknopreneur berbeda dangan entrepreneur?, kata entrepreneur (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Perancis entreprendre yang sudah dikenal sejak abad ke-17 The Concise Oxford French Dictionary mengartikan entrepreneur sebagai to undertake (menjalankan, melakukan, berusaha), to set about (memulai, menentukan), to begin (memulai) dan to attempt (mencoba, berusaha). Kata entrepreneur atau wirausaha dalam bahasa Indonesia merupakan gabungan dari kata wira (gagah, berani, perkasa) dan usaha (bisnis) sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis.( Nasution, Arman Hakim et al, 2007)Entrepreneur adalah seorang innovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan barang atau jasa baru yang mampu mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi dan yang berhasil menerapkan ide-idenya. Entrepreneur bukanlah sekedar pedagang, namun bermakna jauh lebih dalam, yaitu berkenaan dengan mental manusia, rasa percaya diri, efisiensi, kreativitas, ketabahan, keuletan, kesungguhan dan moralitas dalam menjalankan usaha mandiri.Ada sedikit perbedaan antara entrepreneur dengan teknopreneur, meskipun esensinya sama. Seseorang bisa disebut “Entrepreneur Sukses” apabila secara ekonomi ia mampu memberikan nilai tambah ekonomis bagi komoditas yang dijual sehingga mampu menciptakan kesejahteraan bagi dirinya.Dengan demikian, mereka yang digolongkan sebagai entrepreneur sukses adalah yang termasuk pensuplay produk bagi kebutuhan pasar pemerintah (supplier pemerintah), pensuplay kebutuhan pasar masyarakat (pedagang), ataupun pengusaha yang bergerak di sektor jasa dengan sifat persaingan pasar yang cenderung monopolistik hingga ke persaingan bebas (komoditi). Berbeda dengan entrepreneur diatas, teknopreneur dibangun berdasarkan keahlian yang berbasis pada pendidikan dan pelatihan yang didapatkannya di bangku perkuliahan ataupun dari percobaan. Mereka menggunakan teknologi sebagai unsur utama pengembangan produk suksesnya, bukan sekedar jaringan, lobi dan pemilihan pasar secara demografis. Mereka yang disebut teknopreneur adalah seorang “Entrepreneur Modern” yang berbasis teknologi. Inovasi dan kreativitas sangat mendominasi mereka untuk menghasilkan produk yang unggulan sebagai dasar pembangunan ekonomi bangsa berbasis pengetahuan (Knowledge Based Economic).( Nasution, Arman Hakim et al, 2007) Perbedaan Entrepreneur dan Teknopreneur
Teknopreneur adalah pengusahan yang membangun bisnisnya berdasarkan keahliannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menghasilkan prosuk inovatif yang berguna tidak hanya bagi dirinya, tetapi bagi kesejahteraan bangsa dan negaranya. Kisah Sukses Google: Kisah Sukses Kewirausahaan Berbasis TeknologiMesin pencari situs di internet, yakni google, didirikan oleh Page dan Brian dari sebuah proyek penelitian tingkat doctoral di Universitas Stanford pada pertengahan 90-an. Tahun 1998, Page dan Brian berhasil meyakinkkan seorang investor untuk menanamkan modal USD 100 USD di tengah ketidakpercayaan investor ventura akan prospek internet. Tersedianya modal kepercayaan investor tersebut memungkinkan keduanya untuk mempu menarik modal kawan-kawan dan keluarganya hingga meraih modal USD 1 juta.Bermodalkan kepercayaan tersebut, keduanya kemudian mengembangkan Google menjadi mesin pencari utama. Gaya manajemennya yang unik, yaitu main-main, santai tapi serius, mewarnai kantor pusat Googleplex yang didesain meriah, dengan aneka cemilan pada tempat strategis, sarana bilyar atau berenang, hingga beberapa karyawan yang hilir mudik dengan skateboard. Konsep Page dan Brian adalah karyawan yang ceria dan bahagia. Disamping itu, mereka juga membagi opsi saham secara royal kepada karyawanya sehingga para karyawan seakan-akan bekerja untuk dirinya sendiri. Manajemen gaya dua anak muda yang suka pesta dan makan enak tersebut ternyata membentuk Microsoft. Banyak karyawan Microsoft yang berduyun-duyun berpindah ke Google sehingga seakan-akan Microsoft hanya menjadi biro tenaga kerja yang siap pakai untuk disalurkan ke Google. Hingga tahun 2006, lulusan terbaik universitas Mapan di As mematok Google sebagai pilihan teratas untuk meniti karier (Sumber: David A Vise dan Mark Malseed, Kisah sukses Google, 2006). Dalam teknopreneur peniruan semakin cepat terjadi, hal ini mengakibatkan siklus hidup produk semakin pendek. Produk berteknologi tinggi seperti elektronik yang dulunya baru bisa ditiru dalam 1 tahun, sekarang telah mampu ditiru hanya dalam 2 bulan bahkan hanya dalam beberapa minggu.Oleh karena itu, kecepatan peluncuran inovasi produk menjadi kekuatan perusahaan yang menjadi market leadership. Di bidang elektronik kita mengenal Sony sebagai pelopor teknologi, sedangkan di bidang musik entertain kita mengenal Apple. Mengingat akan hal tersebut, pengembangan produk akan mengarah kepada trend penggunaan “concurrent engineering” untuk mempercepat peluncuran produk baru. Pentingnya Inovasi dalam Teknopreneurship.Salah satu hal yang penting dalam teknopreneur ialah inovasi. Inovasi adalah pengenalan sesuatu yang baru dan bermanfaat. Orang yang inovatif ditandai oleh kecendrungan untuk memperkenalkan gagasan, metode, peralatan prosedur dan produk/jasa baru yang lebih baik atau lebih bermanfaat.Inovasi merupakan kelanjutan dari penemuan yaitu kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep baru untuk dengan manfaat dan kebutuhan yang baru. Dalam teknopreneur hasil inovasi ini kemudian diwujudkan dan diimplementasikan menjadi suatu bisnis yang sukses.Inovasi adalah suatu fungsi khusus dari teknopreneurship, yakni kegiatan yang membawa sumber daya dengan kepasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Inovasi merupakan pekerjaan terorganisasi, sistematis, rasional, bersifat konseptual dan perseptual. Hal terpenting dari suatu inovasi adalah gagasan, penerapan dan kegunaan. Dan yang terpenting adalah apakah seorang wirausahawan mampu untuk menangkap sebuah inovasi teknologi menjadi sebuah usaha/bisnis. Era baru kesuksesan bisnis saat ini adalah menjadi seorang teknopreneur.(AIJ) Daftar PustakaNasution, Arman Hakim, Noer Bustanul Arifin, Suef Mokh. (2007). “Entrepreneurship membangun spirit Teknopreneurship”, Andi Yogyakarta.http://azwan87.wordpress.comhttp://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-amirsambod-26433&q=Membangun%20Teknopreneur%20:%20Menyongsong%20Gelomban%20Baru%20Bisnis%20Teknologihttp://fathoni.wordpress.com/2007/02/15/teknopreneur-apaan-tuh/ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar