Pendahuluan
Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Orang awam menyebut angin puting beliung adalah angin “Leysus”, di daerah Sumatera disebut “Angin Bohorok” dan masih ada sebutan lainnya. Angin jenis ini yang ada di Amerika yaitu “Tornado” mempunyai kecepatan sampai 320 km/jam dan berdiameter 500 meter. Angin puting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari pada musim pacaroba. Angin ini dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar.
Angin puting beliung memang terjadi secara tiba-tiba. Sifatnya pun lokal, dan hanya berlangsung beberapa menit. Namun ada tanda-tanda alam sebelum angin kencang ini bertiup. Demikian disampaikan Kepala Seksi Data dan Informasi BMG Yogyakarta Tiar Prasetya saat dihubungi detikcom. Minggu (18/2/2007) pukul 18.30 WIB. Tanda-tanda alam yang terjadi sebelum angin puting beliung datang antara lain, dari pagi hingga malam terasa panas. Di atas pukul 10.00 WIB, terdapat awan cumulusnimbus atau awan cb. "Itu adalah awan putih yang bergulung-gulung, tergolong awan rendah, dan dalam beberapa menit langsung berubah abu-abu," jelas Tiar. Menurutnya, saat awan itu berubah warna, angin sudah mulai bertiup cukup kencang. Meski tidak selalu, namun terkadang petir pun turut menyertai datangnya angin ini. "Angin ini bisa menghantam rumah semi permanen, menerbangkan atap rumah, dan juga pohon. Jadi hati-hati dengan pohon tua, karena angin ini memutar dan arahnya vertikal sehingga bisa merobohkan," bebernya. Ketika beberapa wilayah Yogya diamuk angin puting beliung pada pukul 17.00 WIB, BMG Yogya tidak mendeteksi adanya angin tersebut. Data BMG hanya menangkap adanya angin berkekuatan sekitar 5 knot. Karena itu, BMG Yogya belum bisa memastikan kecepatan dan diameter angin yang telah mengangetkan warga tersebut.
Pada musim pancaroba atau masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan biasanya akan berpotensi besar terjadi angin puting beliung yang efeknya bisa menimbulkan kerusakan. Secara meteorologis angin puting beliung dapat terjadi di mana saja terutama di dataran rendah dan daerah yang terbuka. Untuk mengantisipasi hal itu ada baiknya jika kita memahami penyebab dan gejala awal datangnya angin puting beliung.
Awal dari gejala atau tanda-tanda sebelum datangnya angin puting beliung adalah jika dalam satu hari sebelumnya pada malam sampai pagi terasa panas dan gerah. Kemudian sekitar pukul 9 dan 10 pagi terlihat pertumbuhan awan cumulus yang berlapis-lapis, apalagi jika di antara awan itu terdapat satu jenis awan yang mempunyai batas tepi yang sangat jelas berwarna abu-abu dan menjulang tinggi (seperti bunga kol)
Setelah itu awan tiba-tiba berubah warna dari yang tadinya putih keabu-abuan menjadi hitam pekat. Jika awan tersebut sudah berubah menjadi culumunimbus maka amatilah pohon-pohon disekitar apakah dahan dan daun bergoyang dengan cepat karena tiupan angin, ditambah lagi apabila tiupan angin itu dirasakan sangat dingin.
Biasanya hujan yang pertama yang turun adalah hujan deras, tetapi jika cuma gerimis maka angin kencang kemungkinan berada di tempat yang jauh. Sementara itu jika terdengar petir bersahutan dengan bunyi yang sangat keras, hal tersebut bisa berpeluang terjadi hujan lebat yang disertai angin kencang. Proses itu biasanya akan berlangsung lebih kurang selama 1 jam.
Yang perlu di waspadai jika satu atau tiga hari berturut-turut tidak turun hujan selama periode hujan, sebab bisa terjadi kemungkinan akan turun hujan yang sangat deras dengan disertai angin kencang termasuk angin puting beliung.
Angin puting beliung bersifat merusak, gerakannya yang berputar semakin cepat akan menjadikannya sebuah pusaran angin yang mirip dengan badai tropis di lautan. Bedanya adalah angin puting beliung periode waktunya sangat pendek dan singkat kurang dari 10 menit, sedangkan badai tropis bisa sampai berminggu-minggu.
Terakhir…jika mendapati gejala seperti di atas hal yang perlu dilakukan adalah menghindari berteduh atau berada dibawah pohon tinggi karena di khawatirkan jika sewaktu-waktu angin kencang datang pohon tersebut bisa roboh dan menimpa segala sesuatu di bawahnya. Antisipasi lainnya adalah dengan menebang pohon yang rapuh dan berpotensi tumbang jika terkena angin kencang
Kondisi cuaca di indonesia yang lagi tidak menentu berdampak pada banyaknya bencana yang terjadi, cuaca bisa berubah-ubah setiap saat, yang menyebabkan kita harus selalu siap siaga dalam menghadapinya.
Akibat dari cuaca yang tidak menentu seperti hujan yang intensitasnya sangat tinggi serta angin puting beliung yang bisa menyapu apa saja yang dilewatinya berdampak langsung kepada masyarakat, hal seperti ini sering terjadi dan yang terbaru adalah angin puting beliung yang menyapu Kabupaten Ciamis Jawa Barat sebanyak 26 kali.
Angin Puting beliung ini juga disertai dengan hujan deras yang dapat memicu bencana yang lain seperti Tanah Longsor.
Untuk mengurangi dampak buruk dari angin puting beliung, bisnis online mencoba memberikan beberapa tips untuk meminimalisir dampak dari adanya angin puting beliung yang mungkin dapat berguna bagi anda:
- Bila terjadi angin puting beliung, bila nada didalam rumah hindari berdiri dekat jendela, apalagi jendelanya berupa bahan dari kaca.
- Matikan segera aliran listrik dan peralatan elektronik, juga matikan segera kompor yang menyala.
- Bila anda sedang berada di luar rumah segera masuk kebangunan rumah atau bangunan yang kokoh, jangan berlindung dibawah bangunan yang tidak kokoh, dan hindari segera tempat terbuka.
- Sebaiknya tebang pohon yang cukup tinggi disekita rumah ganti dengan pohon yang tingginya tidak lebih dari atap rumah anda.
- Atap seng, asbes dan genteng yang tipis rawan terhadap angin puting beliung.
Angin Puting Beliung Tak Bisa Dipantau Satelit
Fenomena angin putiung beliung yang akhir-akhir ini menerjang beberapa daerah di Indonesia tak bisa diketahui kemunculannya. Angin tersebut kerap muncul di musim peralihan dari hujan ke kemarau, atau sebaliknya.
Menurut Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Bandung, Thomas Djamaluddin, satelit tidak bisa memantau kemunculan angin puting beliung. Penyebabnya, angin yang disebut Badai Skala Nol tersebut terjadi sesaat di wilayah yang sangat lokal. "Dengan data satelit tak terlihat karena waktu (kejadian) sangat singkat," katanya di sela Konferensi Ilmu Kebumian dan Antariksa di ITB, Kamis (7/1).
Menurut dia, puting beliung muncul karena perbedaan tekanan udara yang sangat cepat, yaitu dari dataran yang panas, lalu ke atas dengan suhu yang lebih dingin. Misalnya saat pagi hingga siang udara cukup panas, kemudian muncul awan tebal menjelang sore. "Dalam kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil, peluang puting beliung sangat besar terjadi," jelasnya.
Pemicu lainnya, diduga karena rusaknya lingkungan. Pemanasan di darat, ujar peneliti senior itu, terjadi akibat berkurangnya pepohonan karena daerah hijau beralih menjadi permukiman. "Semen itu menyerap panas," katanya.
Tanda-tanda kemunculan puting beliung sejauh ini belum diprediksi. Kemunculan awan hitam membubung, masih sulit dikatakan sebagai pertanda kemunculan angin puting beliung.
Musim pancaroba dari suhu udara dingin ke udara panas biasanya terjadi angin puting beliung di beberapa daerah di Sumatera Utara.
“Hal itu ditandai jika suhu udara meningkat beberapa hari bakal berpeluang angin puting beliung. Saat ini gejalanya belum begitu gencar seperti di Pulau Jawa dan Bali, namun warga masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan,” kata kepala data dan informasi BMKG Wilayah I stasiun Bandara Polonia Medan, Firman, tadi sore.
Dikatakan, biasanya muncul angin puting beliung di Sumatera Utara pada Maret, April, Mei, Juni, September dan bahkan Oktober. Kalau saat ini, menurutnya, gejalanya belum begitu gencar.
Kalaupun ada rumah-rumah warga yang diterjang angin seperti di Deli Serdang dua hari lalu sifatnya hanya angin kencang atau angin vertikal naik turun (down draff), berlangsung mencapai 60 Km/jam, terjadi secara tiba-tiba dalam waktu cepat.
Awan kencang itu seperti angin Tornado yang terjadi di Amerika Serikat, menghantam rumah-rumah penduduk dalam waktu cepat.
Dikatakan, ciri-ciri angin puting beliung antara lain awan yang berubah menjadi warna gelap bergerak dari barat ke timur. Pusaran awan-awan tersebut menimbulkan energi dan bersuara berdengung.
Biasanya angin puting beliung terjadi pada kawasan daerah jarang ada perpohonan atau daerah datar seperti kawasan pantai, baik di daerah Deliserdang, Langkat, Medan dan pesisir Asahan.
Profil angin puting beliung, katanya, biasanya muncul awan seperti cerobong asap dan dapat mengangkat atap-atap bangunan.
METEOROLOGI
1.1. Latar Belakang
Fenomena cuaca seperti hujan es, angin kencang yang dikategorikan angin putting beliung/leysus/angin puyuh serta issu badai menerjang kawasan Indonesia, fenomena cuaca tersebut sebenarnya bukan fenomena cuaca yang baru terjadi atau fenomena cuaca yang aneh, karena fenomena ini biasa terjadi di Indonesia. Fenomena cuaca tersebut pernah terjadi di daerah Pacitan, Ngawi, Taman Mini, Cileduk, Krawang, Tegal, Madiun, dan beberapa tempat di Sumatera, dan daerah lainnya, bahkan beberapa tahun lalu di Jakarta Pusat pernah dihebohkan dengan adanya angin kencang dapat menghempaskan pesawat helikoper, jadi fenomena ini sudah pernah terjadi, hanya kejadiannya mempunyai frekuensi yang jarang.
Sementara hujan lebat atau deras yang biasa terjadi setiap tahun sebenarnya fenomena cuaca yang umum terjadi, bahkan dari tahun ketahun hujan lebat selalu ada, apakah disaat musim penghujan, musim peralihan sekalipun dimusim kemarau, ringkasnya hujan lebat tidak mempunyai siklus teratur, kesemuanya itu tergantung sirkulasi udara yang sedang terjadi.
2.1. Angin Putting Beliung dan Hujan Es
Angin Putting beliung adalah angin kencang, tapi angin kencang belum tentu dikatakan angin putting beliung, tergantung kecepatan angin yang menyertainya, angin putting beliung kejadiannya singkat antara 3- 5 menit setelah itu diikuti angin kencang yang berangsur-angsur keceptannya melemah, sedangkan angin kencang dapat berlangsung lebih dari 30 menit bahkan bisa lebih dari satu hari dengan kecepatan rata-rata 20 – 30 knot, sementara puting beliung biasa kecepatannya dapat mencapai 40 – 50 km/jam atau lebih dengan durasi yang sangat singkat dan tidak sama dengan fenomena Badai yang sering melanda di negara Amerika, Australia, filipina, Jepang, Kore maupun China (Achmad Zakir, 2007).
Fenomena ini biasanya terjadi pada saat musim peralihan atau pada saat cuaca/hujan di musim hujan yang hujannya masih banyak terjadi pada siang atau malam hari, karena memang fenomenanya selalu terjadi setelah lepas pukul 13.00 – 17.00 namun demikian tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada malam hari (Achmad Zakir, 2007).
Hujan merupakan bentuk endapan (presipitasi) yang jatuh kebumi. Selain hujan juga terdapat bentuk endapan lain seperti; salju, gerimis, serta hujan batu es. Presipitasi sendiri didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh kepermukaan bumi
Hujan Es+ Angin putting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (CB) dekat dengan permukaan bumi, dapat juga berasal dari multi sel awan , dan pertumbuhannya secara vertical dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 – 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 - 5 menit atau bisa juga 10 menit tapi jarang, jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat local dan tidak merata, jenis awan berlapis lapis ini menjulang kearah vertical sampai dengan ketinggian 30.000 feet lebih, Jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulo Nimbus (CB) (http://www.wikipedia.org)
2.2. Badai
Badai Tropis (typhoon atau Tropical Cyclone) adalah pusaran angin kencang dengan diameter s/d 200 km/jam dan berkecepatan > 200 km/jam serta mempunyai lintasan sejauh 1000 km. Badai Tropis tumbuh pada lautan bebas dengan suhu laut sekitar 27 derajat celcius, dan akan melemah ketika didaratan, badai tropis begerak menuju lintang tinggi (menjauhi ekuator), karena itu topan atau badai tropis France,Daryl, Jim dlsb, tidak mungkin sampai ke Indonesia, karena Indonesia berada pada lintang 11 LU – 6 LS (http://www.wikipedia.org).
2.3. Perbedaan Badai Tropis dengan Angin Putting Beliung
3.1. Terjadinya Hujan Es atau Angin Putting Beliung
Karena sifatnya yang lokal, luasannya kurang dari 10 km maupun durasinya yang sangat singat maka jika kita menggunakan model cuaca dengan grib 0,75 derajat (82,5 km), maka mempunyai perbandingan 1 : 8, kecuali kita mempunyai skala meso dengan domain yang sangat kecil kurang lebih 10 km, namun demikian fenomena tersebut sangat perlu diketahui oleh kita yang ada di luar rumah, seperti :
-->lebih sering terjadi pada peralihan musim kemarau ke musim hujan
-->lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, tapi terkadang pada malam hari
-->satu hari sebelumnya udara pada malam hingga pagi hari udaranya panas/pengap
-->sekitar pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan cumulus (awan berlapis-lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol
-->tahap berikutnya adalah awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi hitam gelap
-->perhatikan pepohonan di sekitar tempat kita berdiri, apakah ada dahan atau ranting yang sudah bergoyang cepat, jika ada maka hujan dan angin kencang sudah akan datang
-->terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri
-->biasanya hujan pertama kali turun adalah hujan tiba-tiba dengan deras, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari lingkungan kita berdiri
-->Terdengar sambaran petir yang cukup keras, apabila indikator tersebut dirasakan oleh kita maka ada kemungkinan hujan lebat dan petir serta angin kencang akan terjadi
-->Jika 1 atau 3 hari berturut –turut tidak ada hujan pada musim penghujan, maka ada kemungkinan hujan deras yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun tidak.
3.2. Dampak kerusakan dan Antisipasi dari Angin Putting Beliung
Adapun dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh putting beliung antara lain :
-->Biasanya hanya menghantam rumah semi permanent atau rumah yang beratap seng/asbes maupun pelepah daun nipah serta rumah bedeng
-->Atap rumah berterbangan
-->Pohon yang rapuh
Antisipasi yang dapat dilakukan antara lain :
->Jika terdapat pohon yang rimbun dan tinggi serta rapuh agar segera ditebang untuk mengurangi beban berat pada pohon tersebut
->Perhatikan atap rumah yang sudah rapu, karena pada rumah yang rapuh sangat mudah sekali terhempas, sedangkan pada rumah yang permanent kecil kemungkinan terhempas.
->Cepat berlindung atau menjauh dari lokasi kejadian, karena peristiwa fenomena tersebut sangat cepat
3.3. Fenomena Badai di Indonesia
Di Indonesia sendiri tidak mungkin menjadi daerah lintasan Badai seperti Amerika, Cina, Jepang dan Filipina, melainkan hanya pengaruh atau efek tidak langsung, apabila ada badai tropis yang tumbuh dekat dengan perairan Indonesia, seperti :
-->Pada saat musim kemarau, Badai Tropis tumbuh disekitar utara perairan Papua Nugini dan bergerak kearah Filipina dan Korea/Jepang, biasanya daerah yang terpengaruh adalah sekitar Sulawesi Utara, dan Papua Nugini
-->Pada saat musim Hujan, badai tropis tumbuh disekitar peariaran Laut Timor atau Teluk Carpentaria dan bergerak kerah Barat atau Barat Daya, daerah yang dipengaruhinya adalah NTT, NTB, Jawa, Bali dan Sumatera Selatan.
Kecepatan angin dari 10 – 34 knot tidak termasuk disebut Badai tapi merupakan bibit badai, atau angin kencang, lebih dari 34 knot barulah disebut Badai dengan pemberian nama oleh negara yang diberi tanggung jawa oleh Badan Meteorologi Dunia, untuk wilayah Indonesia yang berwenang memberi nama adalah Australia, sementara Indonesia baru kan diberi tanggungjawa pada awal tahun 2007 khus Badai yang tumbuh pada lintan 0 – 10 derajat Lintang Selatan, 90 – 120 Bujur Timur.
Badai Tropis yang tumbuh dekat dengan perairan Indonesia tidak mutlak selalu menimbulkan hujan, lebat, dan angin tergantung dari intensitas badai itu sendiri dan faktor sirkulasi udara di wilayah Indonesia. Terkadang ketika ada inidkasi tumbuh badai berberapa wilayah cuacanya akan cenderung memburuk, tapi ketika Badai itu matang atau sdudah diberi nama, justru tidak berpengaruh apa-apa terhadap pola cuaca, tapi ketika badai tersebut menjauhi atau melemah justru cuaca di Indoensia bagian selatan cenderung memburuk, namun itu semua tergantung dari sirkulasi udara yang terjadi, karena adakalanya ketika badai terjadi cuaca di Indoensai bagian selatan justru cenderung memburuk, Jadi sekali lagi bahwa Badai itu tidak selama membentuk cuaca buruk di Indonesia, itu semuanya yang tahu adalah prakirawan yang berpengalaman dan qualified, memahami seluk beluk sirkulasi udara, tidak hanya sekedar melihat gejala badai lantas menyimpulkan badai ancam Indonesia, apalagi Badai itu dijadikan untuk meresahkan masyarakat.
Sumber:
http://www.wikipedia.org.
Zakir, Achmad. 2007. HUJAN LEBAT, ANGIN KENCANG, BADAI. Karya Tulis. Bogor.
Diposkan oleh aldo fansuri di Sabtu, Desember 12, 2009
Label: Meteorologi
Tentang Aurora ..
0
1.1. Latar Belakang
Fenomena unik yang seringkali terjadi pada langit malam yang gelap tiba-tiba menjadi terang benderang di belahan bumi utara terutama Alaska dianggap sebagian orang sebagai peristiwa yang mengandung unsur-unsur kepercayaan kuno. Fenomena ini biasa dikenal dengan ‘Aurora’. Aurora biasanya muncul dengan warna hijau, merah, biru atau lembayung. Orang-orang kuno menghubung-hubungkan munculnya fenomena alam itu dengan penyakit dan peperangan. Aurora berwarna merah terang pernah dianggap sebagai “kolam darah” para pejuang yang gugur dalam peperangan. di North Country, Inggris, aurora dikenal sebagai “lembing terbakar”. Sebelum revolusi perancis meletus, sebuah aurora muncul. Penduduk Skotlandia dan Inggris mengaku mendengar suara pertempuran dan melihat peperangan di angkasa. Pada tanggal 24 Februari 1716, berbarengan dengan kematian James Ratcliffe, Earl Derwentwater terakhir, muncul aurora berwarna merah terang dan bergerak cepat di langit. Sejak saat itu aurora itu dikenal sebagai “Cahaya Lord Derwenwater” (www.tripod.lycos.com).
Orang Eskimo atau suku Inuit percaya fenomena alam yang terkenal dengan sebutan Aurora Borealis atau Cahaya Utara itu muncul karena para arwah sedang bermain bola--memakai tengkorak singa laut--di angkasa. Mereka juga percaya orang yang terlalu sering menonton "pertandingan" itu akan menjadi gila (www.tempointeraktif.com). Terlepas dari kepercayaan kuno tersebut, sebenarnya fenomena aurora dapat dijelaskan menurut hukum fisika. Fenomena ini merupakan peristiwa yang umum terjadi di bumi dan planet-planet lainnya khususnya di daerah kutub yang merupakan daerah dengan medan magnet yang kuat.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Aurora
Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari) (en.wikipedia.com).
2.2. Penyebab Terjadinya Aurora
Aurora adalah cahaya yang tercipta di udara yang disebabkan oleh atom-atom dan molekul yang bertumbukan dengan partikel-partikel bermuatan, terutama elektron dan proton yang berasal dari matahari. Partikel-partikel tersebut terlempar dari matahari dengan kecepatan lebih dari 500 mil per detik dan terhisap medan magnet bumi di sekitar kutub Utara dan Selatan. Warna-warna yang dihasilkan disebabkan benturan partikel dan molekul atau atom yang berbeda. Misalnya, aurora hijau terbentuk oleh benturan partikel elektron dengan molekul nitrogen. Aurora merah terjadi akibat benturan antara partikel elektron dan atom oksigen (www.tripod.lycos.com). Bagian penting dari mekanisme aurora adalah “angin matahari”, yaitu sebuah aliran partikel yang keluar dari matahari. Angin matahari menggerakkan sejumlah besar listrik di atmosfer (Sabuk Van Allen). Energi ini akan mempercepat partikel ke atmosfer bagian atas yang kemudian akan bertabrakkan dengan berbagai gas. Hasilnya adalah warna-warna di angkasa yang bergerak-gerak. Tekanan listrik mengeluarkan molekul gas menjadi keadaan energi yang lebih tinggi, yang mengakibatkan lepasnya foton. Warna tergantung pada frekuensi tumbukkan antara partikel-partikel dan gas-gas. Mekanisme ini hampir sama dengan nyala lampu berpendar atau lampu neon (www.tripod.lycos.com).
III. PEMBAHASAN
3.1. Fenomena Aurora yang Terjadi di Kutub Utara
Aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan. Daerah kutub memiliki medan magnetik yang cukup kuat sehingga dapat memunculkan aurora. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis (IPA /ɔˈɹɔɹə bɔɹiˈælɪs/), yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa ia kerap dilihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa (en.wikipedia.com).
3.2. Fenomena Aurora yang Terjadi di Kutub Planet Mars dan Saturnus
Kemunculan aurora-aurora di Mars sepanjang tahun berhasil direkam wahana Mars Express milik badan antariksa Eropa yang kini mengorbit planet tersebut. Tim peneliti dari Perancis berhasil mengamati sembilan aurora di atmosfer Mars dan menyusunnya dalam satu peta.
Cahaya-cahaya tersebut tampak dengan warna antara hijau hingga ungu. Seperti halnya aurora yang terbentuk di atsmofer Bumi, cahaya tersebut pada dasarnya ultraviolet yang terbentuk saat partikel-partikel bermuatan listrik dari Matahari bereaksi karena pengaruh medan magnet planet tersebut.
Seperti di planet-planet lainnya, misalnya Bumi atau Jupiter, cahaya aurora pun terlihat di Planet Saturnus. Wahana ruang angkasa Cassini berhasil merekam fenomena yang langka tersebut saat melintas dekat planet raksasa tersebut.
Aurora terbentuk saat partikel-partikel bermuatan listrik yang dipancarkan Matahari menabrak medan magnet. Saat menembus lapisan atmosfer, perubahan muatannya menghasilkan semburat cahaya berwarna-warni.
Cahaya aurora yang direkam Cassini terjadi di atas salah satu kutub Saturnus. Namun, aurora yang terjadi di Saturnus mengejutkan para ilmuwan di badan antariksa AS (NASA) karena sangat luas.
Aurora ini berbeda seperti yang terjadi di Jupiter atau Bumi. Aurora ini melingkupi wilayah yang sangat luas di sepanjang kutub.Rekaman inframerah yang dibuat Cassini menunjukkan aurora tersebut mengalami perubahan yang konstan. Rata-rata muncul dengan periode selama 45 menit sebelum akhirnya hilang.
3.3. Dampak Aurora
Aurora merupakan peristiwa yang lazim ditemui di daerah kutub. Bahaya auroravtehadap manusia sampai saat ini belum pernah dibuktikan. Akan tetapi fenomena ini dapat mengganggu jaringan telekomunikasi. Pengaruh proton-proton yang bertumbukkan dengan atom di atmosfer dapat mengganggu penerimaan radio, televisi dan telegram. Hal ini disebabkan karena saat titik-titik di atmosfer terganggu oleh proton dari matahari, atmosfer tidak lagi menahan sinyal dan memantulkannya ke bumi. Sinyal tersebut justru diteruskan ke luar angkasa. Akibatnya tidak ada sinyal yang diterima televisi, radio atau telegram. Partikel yang bermuatan dalam angin matahari, magnetometer dan ionosfer membawa aliran listrik berskala besar. Jika aliran ini berubah di dekat bumi, dapat menyebabkan kerusakan peralatan listrik.
Gangguan aurora pada kawat telegraf yang paling menakjubkan terjadi di Amerika Serikat. Sebuah aurora fantastis yang terjadi pada bulan September 1851, telah mengganggu seluruh saluran telegraf di New England dan memporak porandakan transaksi bisnis. Pada tanggal 19 Februari 1852, aurora lainnya tercatat dalam sejarah telekomunikasi. Para ilmuwan percaya bahwa aurora mencerminkan apa yang terjadi di magnetosfer, yaitu daerah yang partikel bermuatannya terperangkap oleh medan magnet bumi. Angin matahari menjepit magnetosfer di dekat bumi di siang hari, dan menyeretnya hingga jutaan kilometer pada malam hari.
Penelitian terkini yang melibatkan Spacelab di pesawat ulang-alik telah mempelajari pengaruh aurora. Aurora dapat juga dipotret oleh astronot pesawat ulang alik dan satelit. Satelit dapat memberikan gambaran aurora secara global. Dengan memotret dari angkasa luar, cahaya matahari yang menyilaukan tidak lagi menjadi masalah dan aurora dapat terlihat sama baiknya baik pada siang maupun malam hari.
Sumber:
www.kaskus.us. Disadur tanggal 16 Januari 2009
www.kompas.com. Disadur tanggal 16 Januari 2009
www.tempointeraktif.com. Disadur tanggal 16 Januari 2009
www.tripod.lycos.com. Disadur tanggal 16 Januari 2009
www.wikipedia.com. Disadur tanggal 16 Januari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar