30 Juli 2020

Teori Perkembangan Kota

Teori Sektoral Homer Hoyt 
 Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung lebih berkembang berdasarkan sektor sektor dari pada berdasarkan lingkaran-lingkaran konsentis.DPK atau CBD terletak di pusat kota, namun pada bagian-bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue tart. Hal ini terjadi akibat faktor geografis, seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi. 

1) Zone 1; Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri atas: bangunan- bangunan kantor, hotel,bank,bioskop, pasar dan pusat perbelanjaan; 

2) Zone 2; Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan; 

3) Zone 3; Dekat pusat kota dan dekat sektor di atas, yaitu bagian sebelah menyebelahnya, terdapat sektor murbawiama yaitu tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh 

4) Zone 4; Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan terletak sektor madyawisma; 

5) Zone 5; Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu permukiman golongan atas. 

Teori Inti Berganda C.D. Harris dan E.L.Ullman 
CD Harris & EL Ullman menilai bahwa kota tidak seteratur penggambaran Burgess karena antar kawasan kota seolah berdiri sendiri. Sruktur ruang kota tidaklah sesederhana dalam teori konsentris. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya urutanurutan yang teratur yang dapat terjadi dalam suatu kota terdapat tempat-tempat tertentu yang befungsi sebagai inti kota dan pusat pertumbuhan baru. Keadaan tersebut telah menyebabkan adanya beberapa inti dalam suatu wilayah perkotaan, misalnya kompleks atau wilayah perindustrian, kompleks perguruan tinggi dan kota-kota kecil di sekitar kota besar. 

Menurut teori ini struktur ruang kota adalah sebagai berikut: 
1) Pusat kota atau Central Business District (CBD). 
2) Kawasan niaga dan industri ringan. 
3) Kawasan murbawisma atau permukiman kaum buruh. 
4) Kawasan madyawisma atau permukiman kaum pekerja menengah. 
5) Kawasan adiwisma atau permukiman kaum kaya. 
6) Pusat industri berat. 
7) Pusat niaga/perbelanjaan lain di pinggiran. 
8) Upakota, untuk kawasan mudyawisma dan adiwisma. 
9) Upakota (sub-urban) kawasan industri. 

 Teori konsentris dari Ernest W. Burgess 
Ernes W. Burgess mengemukakan teori memusat atau konsentris yang menyatakan bahwa daerah perkotaan dapat dibagi dalam lima zona.

 1) Zone 1: Daerah Pusat Kegiatan (DPK/CBD) Daerah ini merupakan pusat segala kegiatan, antara lain sosial, politik, budaya, ekonomi dan teknologi. Terdapat pusat pertokoan besar (Dept Store), gedung perkantoran bertingkat, bank, hotel. 

2) Zone 2: Daerah Peralihan (DP )atau zone transisi, merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman yang terus menerus. Sering terdapat daerah kumuh (slums area), dan penduduknya yang miskin. 

3) Zone 3: Zone permukiman para pekerja yang bebas (ZPPB) atau zone of independent workingmenshomes, zone permukiman kelas proletar Zone ini banyak ditempati pekerja-pekerja pabrik, industri dan lain sebagainya yang berpenghasilan kecil. Ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil dan rumah susun sederhana yang dihuni keluarga besar. Kondisi permukiman lebih baik dibandingkan dengan zone 2, walaupun sebagian penduduknya masih masuk kategori menengah kebawah. 

4) Zone 4: Zone permukiman yang lebih baik (ZPB), atau zone permukiman kelas menengah (residential zone) Zone ini merupakan kompleks perumahan penduduk yang berstatus ekonomi menengah-tinggi. Walaupun status ekonomi penduduknya tidak sangat baik, tetapi stabil, permukiman teratur. Fasilitas permukiman terencanan dengan baik sehingga tempat tinggal cukup nyaman. 

5) Zone 5: Zone penglaju atau commuters zone Zone ini merupakan daerah yangmemasuki daerah belakang (hinterland), atau merupakan daerah batas desa kota. Penduduk bekerja di kota tetapi bertempat tinggal di pinggiran kota. Model ini jarang terjadi, karena perkembangan kota tidak selalu membentuk zone konsentris yang ideal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar