31 Mei 2011

BERHENTILAH BERCITA-CITA MENJADI PEGAWAI


Inilah pandangan bodoh dan pintar dari kacamata Bob Sadino :

1. Terlalu Banyak Ide -
Orang "pintar" biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai -
Orang "bodoh"biasanya lebih berani dibanding orang "pintar", kenapa ? Karena orang "bodoh"sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang "pintar"telalu banyak pertimbangan.

3. Telalu Pandai Menganalisis -
Sebagian besar orang "pintar"sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat
lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang "bodoh"tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses -
Orang"Pintar" merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkan hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang "bodoh" merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar -
Orang "Pintar" berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang "bodoh"tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi -
Orang "Pintar"menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang "Bodoh" berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai -
Orang "Pintar" yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang "bodoh" tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri -
Orang "Pintar"berpikir "aku pasti bisa mengerjakan semuanya", sedangkan orang "bodoh" menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan -
Orang "Pintar" menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang "bodoh" berpikir simple, "yang penting produknya terjual".

10. Tidak Fokus -
Orang "Pintar" sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang "bodoh" tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen -
Orang "Pintar" sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke
berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang"bodoh"?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -
Orang "bodoh" kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka
tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sedangkan orang "pintar" sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas -
Orang "Pintar" dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang "bodoh"mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Pioritas -
Orang "Pintar" sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang "Bodoh"? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas -
Banyak orang "Bodoh" yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang "Pintar" malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Mencampur adukan Keuangan -
Seorang "pintar" sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah -
Orang "Pintar" merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang "Bodoh" seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

18. Melupakan Tuhan -
Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan "TUHAN". Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.

19. Melupakan Keluarga -
Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga

20. Berperilaku Buruk -
Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diatas kakinya sendiri.

Kegigihan Anda Menuju Kesuksesan
Hari itu seperti biasa, sebelum ayahnya berangkat kekantor, Eqi (4 tahun) selalu minta “putal-putal” berkeliling diseputaran komplek perumahan. Sang ayah pun senantiasa menjalani ritual pagi itu dengan senang hati. Namun kali ini kebiasaan itu ditambah dengan mempermainkan charger telpon genggam ayahnya yang kebetulan berada disana. Ketika mobil telah melalui dua putaran, Eqi tak keberatan turun. Namun charger tersebut masih dibawanya untuk mainan.

Sang ayah yang saat itu sangat membutuhkan charger, meminta Eqi untuk memberikan kepadanya. Namun Eqi tidak mau memberikan. Dibujuklah ia, namun tetap tidak mau menyerahkan benda itu. Ketika diberi peringatan, Eqi pun tidak bergeming.

Dengan berat hati sang ayah mengambil paksa dari tangan Eqi. “Maaf Eqi, bapak sangat butuh charger ini.”

Apa yang terjadi kemudian? Eqi berontak, menagis, berlari dan berusaha merebut kembali benda itu sekuat tenaga. Sang ayah pun sebenarnya tidak tega, namun karena kebutuhan, ia bergegas memasuki mobil dan meninggalkannya.

Suara tangisan Eqi pun semakin keras meronta sejadi-jadinya ketika mobil semakin jauh.

Tak lama kemudian dering HP berbunyi. Ketika diangkat, terdengar suara tangisan keras diujung telpon. Sang ayah berusaha berkomunikasi untuk memberi pengertian, namun tangisan Eqi justru semakin keras. Akhirnya sang ayah memutuskan untuk menutup telpon itu.

Beberapa detik kemudian HP berbunyi untuk kedua kalinya, suara yang terdengar pun masih sama. Sang ayah mencoba kembali memberi pengertian, tetapi hasilnya tetap sama.

Untuk yang ketiga kalinya, hati sang ayah mulai luluh di buatnya. Tak tega dan merasa bersalah atas diri Eqi, lantas sang ayah memutuskan kembali menemui Eqi dan memberikan charger itu kepadanya.

Kejadian diatas bukanlah hal yang aneh. Anak-anak berontak memaksakan keinginan adalah hal yang wajar. Sifat tersebut adalah sifat dasar seorang anak, berjuang sekuat tenaga untuk memiliki apa yang akan membuat mereka senang.

Anak-anak dilahirkan suci dengan sifat-sifat positif yang menyertainya. Ia memiliki potensi kreatif dengan segudang imajinasi dan kegigihan dalam meraih tujuan.

Lihatlah, ketika anak ingin berjalan, jatuhpun takkan membuat mereka kapok. Terus dan terus mencoba walau kepala babak-belur terbentur lantai ataupun benda keras lainnya. Mereka tak takut gagal dan tidak mengerti tentang kegagalan, hingga akhirnya mereka benar-benar bisa menapak, berdiri diatas kakinya sendiri.

Sementara itu, hal tersebut berbalik ketika dewasa. Banyak yang menjadi sosok penakut untuk mencoba, mudah menyerah, cepat putus asa, dan begitu takut akan kegagalan. Padahal setiap sesuatu usaha pasti ada kegagalan. Itu pasti!! Eqi dan kebanyakan anak lain, tidak kenal menyerah, tidak kenal putus asa, tidak mengenal kegagalan, yang ada hanya usaha dan terus berusaha. Kegigihan dalam berjuang itulah yang membuat mereka berhasil dan berhasil.

Resep Bisnis Bob Sadino
Sosok berambut putih, bercelana pendek, dan kadang mengisap rokok dari cangklongnya ini begitu mudah dikenali. Gaya bicaranya blak-blakan tanpa tedeng aling-aling. Ia adalah Bob Sadino, pengusaha sukses yang terkenal dengan jaringan usaha Kemfood dan Kemchick-nya. Beberapa kali wajahnya ikut tampil di beberapa sinetron hingga ke layar lebar, meski kadang hanya tampil sebagai figuran.

Penampilannya yang serba cuek itu ternyata sejalan dengan pola pikirnya yang apa adanya. Sebab, menurutnya, apa yang diraihnya saat ini adalah berkat pola pikir yang apa adanya itu. Ia menyebut bahwa kesuksesannya didapat tanpa rencana, semua mengalir begitu saja. Yang penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja.

Perjalanan hidup Bob tidaklah mulus. Bob pernah merasakan bagaimana pahitnya hidup tanpa uang. Untuk membeli beras saja ia tidak mampu. Kondisi tersebut dialaminya setelah mobil taxi warisan keluarga bertabrakan tanpa bisa diperbaiki. Hal itu memaksa Bob beralih profesi menjadi kuli bangunan dengan upah 100 ribu. Ia pun sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.

Namun Bob bersyukur, dia mendapatkan kesempatan emas untuk memulai usaha baru dari temannya. Ternak ayam ras tanpa modal. Menurutnya ini adalah peluang usaha menarik dan harus mencoba peluang bisnis ini. Tanpa pikir panjang lagi, Bob memulai usaha itu. Dari sinilah akhirnya keadaan ekonomi Bob mulai naik. Saat ini, ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan Pengusaha Agribisnis sayuran system Hidroponik. Dan hebatnya lagi, Bob Sadino telah berhasil memperkenalkan telur ayam ras di indonesia hingga menggeser produk telur ayam kampung.

Pengalaman hidup Bob yang panjang dan berliku menjadikan dirinya sebagai salah satu ikon entrepreneur Indonesia. Kemauan keras, tidak takut risiko, dan berani menjadi miskin merupakan hal-hal yang tidak dipisahkan dari resepnya dalam menjalani tantangan hidup. Menjadi seorang entrepreneur menurutnya harus bersentuhan langsung dengan realitas, tidak hanya berteori.

Tips Bisnis Bob Sadino

Bob memberikan beberapa hal yang sudah ia jalani atau praktikkan untuk menjadi bekal bagi calon entrepreneur yang mau :

Kelemahan banyak orang karena terlalu banyak mikir dan membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Langsung terjun kelapangan. Lupakan teori. Banyak orang yang memulai bisnis dari ilmu, kemudian berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu lebih dari orang lain.
Rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang diperoleh saat itu.
Selalu luwes terhadap pelanggan, mau mendengarkan kritik, saran dan keluhan pelanggan. Dengan seperti itu, kita mendapat simpati dari pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Kepuasan pelanggan adalah kepuasan diri sendiri. Layani pelanggan sebaik-baiknya.
Menempatkan perusahaannya seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semua punya fungsi dan kekuatan.
Focus di satu industri. Bob focus di satu industri, yakni makanan, ia tak berhayal macam2 untuk menggarap usaha lain. Usaha tersebut dijalankannya dengan kesenangan, tidak karena paksaan.

Resep Bisnis Bob Sadino

Bob membuat rumusan kesuksesan dengan membaginya dalam empat tingkat yaitu tahu, bisa, terampil, dan ahli.
Tahu. Ilmu tanpa praktik hanya membuat orang menjadi sekadar “tahu” dan belum beranjak pada taraf “bisa”. "Tahu" seperti halnya ada di dunia kampus, di sana banyak diajarkan berbagai hal namun tidak menjamin mereka "bisa". "Kita punya ratusan ribu sarjana yang menghidupi dirinya sendiri saja tidak mampu, apalagi menghidupi orang lain," jelas Bob.
Bisa. "Bisa" adanya di dalam masyarakat. Mereka bisa melakukan sesuatu ketika "terbiasa dengan mencoba berbagai hal" walaupun awalnya "tidak tahu" sama sekali.
Terampil. "Terampil" adalah perpaduan keduanya. Dalam hal ini, orang “bisa” melakukan sesuatu hal dengan kesalahan yang sangat sedikit.
Ahli. "Ahli" tidak jauh berbeda dengan terampil. Namun, predikat "ahli" harus mendapatkan pengakuan dari orang lain, tidak hanya klaim pribadi.

Bagi Bob, kesuksesan adalah sebuah perjalanan panjang dan berliku, tidak diraih secara sederhana atau simple. Oleh karena itu, Bob sadino hanya tersenyum ketika menanggapi “pernyataan” seseorang yang mengeluh tentang kesuksesan dan tuyul dimilisnya.

Naluri dan Kretifitas Bisnis

Mungkin saat ini Bunda sedang mencari usaha sampingan yang hasilnya dapat Bunda gunakan sebagai pelengkap pemenuhan kebutuhan keluarga Bunda. Usaha sampingan berarti usaha yang dilakukan disamping pekerjaan utama Bunda.

Banyak peluang usaha yang sebenarnya dapat Bunda gali. Jika Bunda keliling kota, setiap sudut pandang mata sebenarnya bisa menjadi peluang bisnis. Namun butuh naluri lebih untuk mencoba berkarya dari sesuatu yang Bunda peroleh dari pandangan mata tersebut. Pengolahan sampah menjadi sebuah karya adalah sudah umum ditayangkan. Dan itu adalah sebuah karya. Dari sampah, banyak yang mencoba berkarya dan banyak pula yang berhasil. Semua tergantung naluri dan kreatifitas.


Bahkan, toilet atau wc umum menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Di Amerika sana, banyak web yang menyediakan alamat lokasi toilet dan wc umum menjadi sebuah peluang usaha. Mereka tidak memperoleh bayaran tentang penunjukan lokasi itu, namun mereka dapat penghasilan dari iklan yang dipasang orang lain disitus tersebut. Itulah kreatifitas. Dan Bunda sesungguhnya punya naluri dan kreatifitas seperti itu. Hanya saja belum tergali.

Bagaimana menumbuhkan naluri dan kreatifitas?

Suatu kali saya pernah bertemu dengan seorang pengusaha dikota Semarang. Beliau adalah pemilik toko bangunan terbesar disana. Beliau mengatakan bahwa sebelum memiliki bisnis tersebut, beliau bukan apa-apa. Hanya seorang karyawan biasa. Karena dekat dengan pengusaha-pengusaha bangunan, beliau menjadi pengusaha bangunan juga. Awalnya beliau ditawari untuk menjualkan, namun karena ketekunan, tekat dan mau belajar, beliau menjadi seperti sekarang ini.

Hal ini menyiratkan bahwa, jika Bunda ingin menjadi seseorang yang kreatif, sering-seringlah bergaul dengan orang-orang kreatif. Seperti halnya ketika Bunda bergaul dengan pemabok, bisa jadi Bunda akan menjadi seperti mereka. Dan ketika Bunda bergaul dengan penulis, bisa jadi Bunda akan menjadi penulis juga.
Sebenarnya apa yang Bunda tangkap ketika bersama mereka tidak lebih dari sebuah inspirasi. Kamampuan Bunda untuk menggali, menangkap inspirasi tersebut sangat mempengaruhi kreatifitas dan naluri Bunda dikemudian hari.

Ada hal lain yang bisa Bunda gali ketika bersama mereka. Bunda bisa mencoba berinovasi terhadap karya mereka atau mencoba membuat karya yang berbeda dari karya mereka dengan bahan dasar yang sama. Dengan demikian kreatifitas yang ada didalam diri Bunda akan tergali dan terus tergali. Pada akhirnya Bunda mendapatkan inspirasi karya lain dengan bahan dasar yang lain pula.

Pada dasarnya, kretifitas yang belum tergali ibarat motor yang lama berhenti. Ketika ingin berjalan, perlu ada tarikan lebih kuat terhadap tuas gas, setelah motor tersebut berjalan tarikan akan menjadi lebih enteng. Kemudian Bunda bisa memacu motor tersebut lurus ataupun zig-zag. Demikian pula dengan kreatifitas Bunda, ketika kreatifitas tersebut lama tidak berjalan, perlu ada stimulus yang kuat untuk memecah kebuntuan kreatifitas tersebut. Ketika terpecahkan, saya yakin, kreatifitas bunda bisa berjalan secara zig-zag. Tidak percaya? Silahkan mencoba.

Menumbuhkan semangat entrepreneur

Kebahagiaan Budi Susila hanya seumur jagung. Setengah tahun lalu, pemuda asal Klaten, Jawa Tengah, itu diwisuda menjadi sarjana ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Namun kebahagiaan meluap-luap ketika meraih gelar ekademik itu sedikit demi sedikit pudar ditelan waktu. Pasalnya, Budi sudah bosan keluar-masuk perusahaan untuk berburu pekerjaan. Segala daya upaya sudah dikerahkan Budi, termasuk lewat relasi kekerabatan. Namun hasilnya nihil. "Percuma saya belajar sampai sarjana, ternyata cari kerja tetap susah," ujar Budi.

Padahal, Budi digadang-gadang orangtuanya dapat membiayai adik-adiknya sekolah. Maklum, keluarga Budi bukan tergolong keluarga mampu. Bahkan, untuk membiayai kuliahnya, Budi harus rela banting tulang bekerja sebagai tukang ojek di seputar Cililitan, Jakarta Timur. Kesulitan Budi mendapatkan pekerjaan membuat adik-adiknya terancam berhenti bersekolah. Sebab orangtua Budi hanya buruh tani dengan penghasilan pas-pasan untuk hidup sehari-hari.

Budi tidak sendirian. Menurut data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), sampai Agustus tahun ini, tercatat ada 961.000 sarjana yang menganggur. Mereka berasal dari 2.900 perguruan tinggi dengan berbagai disiplin ilmu. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya, yang mencapai 740.000 sarjana. "Tiap tahun, ada sedikitnya 300 sarjana baru di Indonesia. Dari jumlah itu, rata-rata 20% jadi pengangguran," kata Rektor Universitas Katolik Atma Jaya, F.G. Winarno.

Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya. Malang, Kusdi Raharjo, mengungkapkan data yang mengenaskan. Menurut dia, dari jumlah pengangguran di Indonesia pada saat ini yang mencapai 40 juta orang, sebanyak 2,6 juta di antaranya adalah lulusan perguruan tinggi. Dari jumlah tersebut, sekitar 1,2 juta benar-benar menganggur (pengangguran terbuka) dan 1,4 juta lainnya setengah menganggur. "Mereka lulusan sarjana maupun diploma," kata Kusdi.

Tingginya angka penangguran di kalangan terdidik itu, menurut Winarno, lantaran rendahnya keterampilan di luar kompetensi utama sebagai sarjana. Padahal, untuk menjadi lulusan yang siap kerja, keterampilan di luar bidang akademik, terutama yang berhubungan dengan entrepreneurship (kewirausahawan) sangat dibutuhkan.

Di Indonesia, kata Winarno, jumlah entrepreneur sangat minim. Pada 2007, baru tercatat 0,18% atau 400.000 dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta. Sebagai pembanding, jumlah entrepreneur di Amerika Serikat mencapai 2,14% pada 1983. Bahkan di Singapura, berdasarkan laporan Global Entrepreneurship Moneter (2005), pada 2001 mencapai jumlah entrepreneur 2,1% dan menjadi 7,2 % pada 2005.

Bandingkan dengan Indonesia, yang pada 2006 baru mencapai 0,18% atau hanya memiliki 400.000 entrepreneur dari jumlah penduduk 220 juta. "Jika mengacu pada jumlah ideal 2% saja, seharusnya jumlah wirausahawan di Indonesia mencapai 4,4 juta orang," ujar Winarno. Menurut dia, untuk menjadi negara yang dianggap makmur, Indonesia perlu meningkatkan jumlah entrepreneur menjadi 1,1% atau menjadi 4,4 juta entrepreneur.

Untuk itu, pemimpin yang akan datang harus terus mengupayakan program pendidikan keterampilan yang menunjang industri keratif, guna menekan angka pengangguran akibat kurangnya lapangan kerja. Menurut Winarno, calon sarjana kini dan masa depan harus bisa berpikir bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan. "Nah, tugas pemerintah selanjutnya adalah memfasilitasi sistem pendidikan yang menunjang lahirnya industri kreatif," ujar guru besar Institut Pertanian Bogor itu.

Pendidikan berbasis kompetensi menjadi sumbangan yang besar bagi calon-calon sarjana. Bila mereka mahir dalam bidang tertentu, seperti ICT, bahasa asing, kerajinan tangan, kesenian, dan bidang-bidang yang memicu lahirnya industri kreatif, maka para sarjana tersebut tidak akan menganggur dan selalu ada ide dalam melakukan kreativitas.

Untuk mengatasi kondisi memprihatinkan itu, Depdiknas meminta perguruan tinggi tak hanya memfokuskan perhatian pada riset, melainkan juga kewirausahaan. Namun tak gampang mencetak generasi Indonesia yang berjiwa wirausaha. "Dibutuhkan dana tidak sedikit, yakni sekitar Rp 10 trilyun," kata Ciputra, pendiri Universitas Ciputra Entrepreneurship Center.

Anggaran itu digunakan untuk memberikan pendidikan secara teori, pelatihan-pelatihan, serta modal awal untuk memulai bakat dan kemauan dalam berwirausaha.

Namun, menurut Ciputra, anggaran sebesar itu bisa dibilang bukan jumlah besar untuk nilai sebuah investasi. Jika dikalikan 15 tahun, akan menjadi Rp 150 trilyun. "Dalam kurun waktu tersebut, Indonesia akan berkembang cukup dasyat, bahkan bisa menjadi seperti Singapura dengan banyaknya masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha," tuturnya.

Ciputra yang dikenal sebagai pengusaha sukses ini meyakini, pendidikan kewirausahaan membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika lulus dari perguruan tinggi. Karena itu, kampus-kampus di daerah juga harus bisa menjadi pusat kewirausahaan, sehingga tidak hanya berperan menyebarkan benih kewirausahaan kepada mahasiswa, melainkan juga kepada masyarakat. "Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu jangan hanya diajari bekerja dengan baik, melainkan juga harus dipacu untuk bisa menjadi pemilik berbagai saha sesuai dengan latar belakang ilmu mereka," ia menegaskan.

Ciputra menjamin, pendidikan kewirausahaan akan memberi dampak yang baik bagi masa depan Indonesia, seperti terjadi di Singapura. "Kuncinya, pendidikan harus dijalankan dengan kreatif,"' kata pemilik berbagai usaha properti itu.

Sejatinya, pemerintah tidak tinggal diam melihat kondisi memprihatiankan itu. Menurut Direktur Kelembagaan, Dirjen Dikti Depdiknas, Hendarman, pihaknya sedang menggalakkan workshop kewirausahaan bagi para dosen dan mahasiswa sebagai langkah kongkret untuk melengkapi dan memperkaya kegiatan pendidikan kewirausahaan di kampus.

Untuk program tersebut, Ditjen Dikti menganggarkan 1% dari anggaran pendidikan yang disediakan pemerintah untuk pendidikan kewirausahaan. Pada tahun ini, anggaran yang disediakan untuk mengembangkan wirausaha di semua perguruan tinggi mencapai Rp 108 milyar.

Menurut Hendarman, dengan adanya workshop kewirausahaan, kebutuhan akan pendidikan wirausaha bisa terpenuhi. "Mereka dapat melayani masyarakat serta memberikan pendidikan kepada penganggur dan perajin," ungkapnya.

Pada tahun ini, ditargetkan 10.000 hingga 20.000 mahasiswa dari perguruan tinggi negeri dan swasta bisa mendapatkan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di kampus. Para mahasiswa tidak sekadar diajarkan teori kewirausahaan oleh para dosen, melainkan juga dibimbing untuk menjalankan bisnis dan diberi pinjaman modal usaha.

Toh, menurut guru besar Universitas Indonesia (UI) bidang bisnis internasional, Ferdinand D. Saragih, tidak cukup hanya mengandalkan pelatihan wirausaha untuk mengatasi pengangguran terdidik. Ia juga menyarankan agar kurikulum sekolah bisnis diperbaiki sesuai dengan kebutuhan, seiring dengan arus globalisasi.

"Para pemimpin perusahaan bisnis masih terus menginginkan supaya business school mendesain ulang program studi bisnis untuk mengakomodasi tantangan-tantangan globalisasi," katanya. Kurikulum yang diinginkan institusi bisnis adalah kurikulum seperti yang diaplikasikan di Harvard Business School, MIT School of Management, Wharton School of Univesity of Pennsylvania.

Peneliti tracer study dari UI, Ahmad Syafiq, menganggap bahwa pemerintah perlu memiliki data dan informasi yang relevan, akurat, dan mutakhir mengenai hubungan antara dunia pendidikan tinggi dan dunia kerja. "Sejak dulu, pemerintah tidak pernah memiliki konsep yang tegas dan terencana tentang keterkaitan antara pendidikan dan lapangan kerja. Pendidikan dilaksanakan sebagai amanat konstitusi semata," ungkapnya.

Menurut Syafiq, dua departemen, yaitu Depdiknas dan Depnakertrans, perlu duduk bersama untuk melakukan kajian dan analisis tentang hubungan antara pendidikan tinggi dan dunia kerja. Di sisi lain, perguruan tinggi harus mengaplikasikan tracer study yang terinstitusionalisasi, sistematik, terstandar, komparabel, dan reguler, agar diperoleh masukan yang akurat mengenai situasi transisi lulusannya dari kampus menuju kerja.

Tracer study memiliki potensi manfaat yang sangat besar untuk mengetahui relevansi perguruan tinggi dan mengevaluasi proses, output, serta outcome pembelajaran. Sayang, sampai saat ini, tracer study masih dilaksanakan dan diperlakukan semata-mata sebagai syarat akreditasi.

Memulai bisnis bagi kebanyakan orang bukanlah hal yang mudah. Hal yang klasik, banyak pertimbangan di sana sini sehingga tak jarang membuat orang urung memulainya. Semestinya memulai bisnis tidak menjadi salah satu sumber ketakutan bagi setiap orang. Untuk menghilangkan ketakutan dalam memulai bisnis, seseorang bisa membuat persiapan bisnis yang matang sehingga dapat menjalaninya dengan optimistis.

Dalam seminar Gerald Abraham, salah seorang penasehat bisnis pada sebuah firma hukum, juga pemilik dan direktur sebuah konsultan keuangan di tahun 2006, mengemukakan tentang menjadi sukses dengan memahami 9 aspek penting sebelum memulai usaha.

1. Memahami konsep produk atau jasa secara baik
Sebelum memulai suatu usaha maka hal yang terpenting adalah pemahaman kita akan konsep produk atau jasa yang akan menjadi bisnis inti. Kita perlu memahami bukan hanya secara teknis produksi tetapi juga pasar dan prospek, mulai dari lingkungan terkecil hingga lingkungan yang terbesar. Dalam poin ini sebaiknya juga dimasukkan secara menyeluruh mengenai aspek-aspek penting dalam melakukan analisa atas kelayakan dan prospek produk, termasuk produk-produk yang sama sekali baru dengan melihat sisi human behavior, kebutuhan pasar dan lain sebagainya.

2. Membuat visi dan misi bisnis
Setiap orang yang berencana memulai bisnis harus mengetahui visi dan misi yang akan
menjadi panduan untuk tetap fokus kepada organisasi dan tujuan bisnis sejak awal. Seringkali suatu usaha pada tahap perkembangan berikutnya mengalami kegagalan, karena organisasi tersebut tidak memfokuskan diri kepada peningkatan kemajuan bisnis awal tetapi terlalu banyak mencoba mengembangkan bidang usaha lain yang baru. Dalam poin ini setiap orang akan belajar bagaimana membuat visi dan misi dalam kaitannya dengan latar belakang pribadi dan pengetahuan usaha yang akan dirintis.

3. Perlunya winning, positive dan learning attitude untuk menjadi sukses
Sikap mental merupakan kunci keberhasilan atas usaha, selain daripada pemahaman usaha itu sendiri. 'there is no over night success' adalah sesuatu yang harus dicamkan dari setiap calon "entrepreneur". Karena dibutuhkan waktu, sikap tidak menyerah, proses belajar secara kesinambungan, dan melihat permasalahan secara positif agar tidak membuat jadi patah semangat dalam melihat setiap peluang dan belajar atas setiap kegagalan. Kita harus belajar untuk mengembangkan sikap-sikap diatas jika ingin menjadi "entrepreneur" yang sukses.

4. Membuat perencanaan dan strategi bisnis yang efektif akan menghindari usaha dari risiko bisnis dan keuangan
Secara statistik hampir seluruh kegagalan bisnis kecil dan menengah disebabkan karena tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan bisnis yang dibuat. Asumsi-asumsi seperti kapasitas produksi, tingkat utilisasi produksi, proyeksi kenaikan harga dan biaya serta aspek lainnya dalam perencanaan bisnis haruslah menggambarkan secara akurat realitas pasar atau praktek yang ada dalam suatu industri. Sistematika perhitungan, proyeksi pendapatan dan biaya harus dibuat secara tepat sehingga membantu setiap calon pengusaha untuk menghitung secara akurat kebutuhan modal investasi dan modal kerja termasuk struktur biaya untuk persiapan awal, tahap percobaan, produksi secara komersial, inventori, distribusi, pemasaran, administrasi, sumber daya manusia dan juga komponen pendapatan usaha yang terdiri dari pendapatan inti dan tambahan. Pemahaman yang baik atas hal ini juga akan membantu calon "entrepreneur" untuk dapat mengindentifikasi potensi resiko bisnis, manajemen dan keuangan, serta membuat langkah-langkah pengendalian yang dapat menghindari setiap resiko tersebut.

5. Pengetahuan dasar manajemen, organisasi dan sistem akan menghindari usaha dari risiko manajemen
Setiap usaha dari yang paling kecil sekalipun membutuhkan manajemen yang baik untuk memastikan proses pemasaran, produksi, distribusi dan penjualan agar berlangsung dengan baik. Sistem manajemen yang buruk akan mengakibatkan adanya :
Biaya yang tidak perlu seperti bahan baku yang terbuang.
Pekerja yang tidak produktif karena pengawasan yang tidak efektif dan deskripsi pekerjaan yang tidak jelas.
Koordinasi dan komunikasi antar pegawai yang tidak efektif sehingga banyak keputusan yang terlambat.
Perekrutan pegawai yang tidak efektif sehingga banyak pegawai yang keluar masuk dan membuang banyak waktu serta biaya.
Pelatihan yang tidak baik sehingga produktivitas pegawai yang rendah.
Dan masih banyak lagi permasalahan organisasi.
Dalam poin ini kita harus mempelajari pengetahuan dasar dan aspek-aspek penting yang harus dimiliki oleh calon "entrepreneur" untuk menghindari resiko manajemen yang dapat menyebabkan kegagalan usaha.

6. Optimalisasi sumber daya manusia maka 50% usaha sudah berhasil
Sumber Daya Manusia atau SDM merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha yang sangat penting. Banyak pakar yang menyadari bahwasanya untuk memulai usaha diharuskan merekrut pegawai yang tepat dan berpotensi sangat baik agar dapat menutup kelemahan manajemen, organisasi dan sistim dalam jangka pendek. Dengan SDM yang tepat maka kita sudah setengah jalan untuk menjadi sukses. Poin ini akan membantu kita untuk memahami kriteria pegawai yang baik dan sesuai dengan kebutuhan usaha, manajemen SDM secara umum, sistem penilaian kinerja pegawai sehingga setiap pegawai akan merasa puas, serta termasuk juga bagaimana memotivasi pegawai baik secara psikologi umum maupun dengan sistim insentif untuk mengoptimalkan kinerja pegawai.

7. Mengapa kreativitas, kepemimpinan dan proses pembuatan keputusan sangat penting?
Dalam memulai usaha, umumnya setiap calon "entrepreneur" akan mengalami banyak permasalahan dan krisis. Banyak kegagalan terjadi karena kurangnya kreativitas, kepemimpinan dan pembuatan keputusan yang tepat dalam mencari solusi yang baik. Kreativitas seperti 'thinking outbox' atau kemampuan melakukan analisa permasalahan diluar pemahaman yang sudah ada dan mencari alternatif solusi yang kreatif untuk membantu usaha agar berhasil. Kreativitas juga akan sangat membantu untuk menyesuaikan produk-produk agar dapat diterima oleh pasar dan juga melihat berbagai peluang dalam membangun usaha. Kepemimpinan sangat penting dalam menghadapi suaru krisis. Mmembuat setiap pegawai dan semua orang yang terlibat dalam usaha menjadi percaya bahwasanya kita tidak panik, menjadi tempat last resort solusi atas semua permasalahan dan menjadi panutan. Proses pembuatan keputusan akan membantu kita dalam mencari alternatif solusi dan memilih yang terbaik untuk usaha dan organisasi. Dalam poin ini kita akan mendapatkan cara-cara mengembangkan kreativitas usaha, ciri-ciri kepemimpinan yang cocok dengan latar belakang pribadi dan bagaimana proses yang benar dalam membuat keputusan dalam setiap permasalahan.

8. Pengetahuan dasar pengelolaan keuangan dan pembiayaan
Pemahaman atas aspek ini adalah sangat penting dalam perkembangan usaha. Seringkali produksi terganggu karena pengelolaan keuangan yang tidak baik seperti kekurangan dana untuk pembelian bahan baku, alat-alat produksi dan lainnya. Dalam poin ini akan diketahui pengetahuan dasar atas cash flow atau arus kas yang seperti darah dalam tubuh manusia, biaya pendanaan, pembiayaan modal kerja dan investasi, struktur modal, aset perusahaan, penyertaan modal dan lain sebagainya.

9. Pemasaran, pelayanan dan product brand
Pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan penjualan produk atau jasa. Sebaik apapun produk atau jasa tanpa pemasaran yang baik maka akan sangat sukar untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan usaha. Di lain pihak tanpa pelayanan yang baik kepada pelanggan maka akan sangat sukar suatu usaha untuk memperoleh pelanggan yang loyal sebagai kunci pengeembangan usaha. Dengan pelanggan yang loyal maka pekerjaan pemasaran akan lebih mudah karena pelayanan yang baik akan menciptakan product brand yang baik kepada calon pelanggan baru. Dalam poin ini akan didapatkan semua aspek penting dalam membuat strategi pemasaran, identifikasi pelayanan yang dibutuhkan pelanggan dan bagaimana menciptakan product brand dan efeknya kepada keberhasilan usaha.

bahwa untuk menjadi seorang entrepreneur, seorang individu harus berani keluar dari zona nyaman. Zona nyaman yang dimaksud adalah rutinitas yang monoton.

“Seorang entrepreneur harus mampu mengimplementasikan gagasan dan mampu melihat potensi yang ada”,

Entrepreneur, pebisnis, pengusaha atau usahawan identik dengan pria dan cara sukses berbisnisnya tetap menjadi inspirator bagi kaum wanita. Businessman adalah istilah kerennya.

Wanita bisnis Indonesia juga banyak yang sukses, tetapi mereka sering dinomorduakan karena beragam faktor: mulai dari perbedaan gender, kecepatan merespon peluang bisnis atau resiko bisnis sampai pada polemik akan fungsi kodratinya sebagai ibu rumah tangga.

Apa rahasia sukses entrepreneur pria di Indonesia…?!?


Sebuah studi menunjukkan, meskipun memiliki tingkat kesuksesan lebih tinggi, wanita entrepreneur di Indonesia umumnya menghasilkan uang 50 persen lebih sedikit atau di bawah penghasilan pebisnis sukses pria. Hal ini tidak berarti wanita bisnis kurang produktif atau kurang efektif dalam bekerja dibandingkan pria. Jawabannya ternyata sederhana saja. Pria dan wanita memiliki alasan yang berbeda dalam membangun bisnis.

Studi yang diadakan oleh Rochester Institute of Technology menyatakan, rahasia sukses entrepreneur / pebisnis pria dan wanita memiliki prioritas yang berbeda ketika membangun suatu bisnis. Kebanyakan pria memiliki motivasi untuk menghasilkan uang (perbandingan pria dan wanita 76 persen pria dan wanita 29 persen).

Sedangkan wanita cenderung lebih tertarik membangun bisnis karena merasa lebih fleksibel, dapat menyeimbangkan pekerjaan dengan tugas di rumah, dapat mengisi hidupnya dengan sesuatu yang berarti, dan kebebasan untuk tinggal di rumah bersama anak-anak.

Meskipun demikian, tidak berarti wanita bisnis tidak dapat meningkatkan kemampuannya menghasilkan uang, dengan tetap berpegang pada prioritasnya. Wanita dapat belajar dari pria dengan mengambil beberapa aturan pria dalam cara yang sesuai dengan kemampuan kita, dan dengan menekankan bakat kita.

Berikut ini 10 TIPS CARA SUKSES Entrepreneur Pria INDONESIA dalam berbisnis:

Terapkan strategi. Pebisnis pria berpikir secara linier, berfokus pada pencarian solusi atas berbagai masalah, menetapkan dan mencapai tujuan, mengembangkan rencana dan melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini penting dalam bisnis. Jika Anda belajar menerapkan strategi bisnis, buat tujuan yang jelas, dan pastikan Anda akan mengikuti rencana bisnis yang sudah dibuat.
Just do it! Salah satu keuntungan besar yang dimiliki Entrepreneur pria dalam bisnis adalah bahwa mereka senang mengambil risiko bisnis. Memang penting untuk bersikap hati-hati, tetapi tak ada hal buruk yang akan terjadi jika Anda belum bertindak.
Tetap fokus. Anda beruntung karena pebisnis wanita dianugerahi kemampuan multitasking, dan dengan sendirinya juga multithinking. Namun, salah satu kelemahan kita adalah karena pikiran kita begitu lincah ke mana-mana, banyak pula yang dapat mengalihkan perhatian kita. Karena itu, penting untuk tetap fokus pada tujuan Anda, meskipun banyak hal yang terjadi di sekitar Anda. Di sinilah penerapan strategi bisnis yang jitu akan membantu Anda.
Menepati janji. Jika Anda tidak melakukan apa yang sudah Anda janjikan, orang lain tak akan memercayai Anda dan tidak ingin berbisnis lagi dengan Anda. Bila Anda terus mengubah rencana bisnis setiap beberapa hari, Anda akan kehilangan klien, partner bisnis dan tentunya uang.
Meminta uang itu hak Anda. Banyak wanita bisnis yang enggan meminta atau menagih uang. Meminta uang atau pembayaran adalah bagian integral dari bisnis, dan jika Anda enggan atau merasa tidak enak memintanya, Anda tak akan mendapatkannya. Yang lebih penting, bila Anda tidak menagih hak Anda, hal tersebut justru akan memberi kesan Anda tidak serius menjalani bisnis ini.
Mengharapkan hasil yang besar. Dari banyak studi, terlihat satu alasan utama mengapa Entrepreneur pria lebih mampu menghasilkan uang dalam bisnis daripada wanita: Pria selalu mengharapkan hasil yang besar! Tantang diri Anda untuk berpikir di luar zona kenyamanan Anda. Kebanyakan orang tidak dapat mencapai tujuan bisnis karena mereka menetapkan tujuan yang terlalu rendah. Buatlah tujuan bisnis yang besar, dan juga buatlah hasil yang besar!
Tak perlu bersikap manis. Bersikap manis dapat membunuh usaha bisnis Anda. Tidak berarti bahwa Anda tidak memperlakukan klien atau partner bisnis dengan cara yang baik. Namun, Anda tidak boleh berbisnis dengan orang yang memperlakukan Anda dengan buruk, yang mengatakan bahwa Anda tidak memberikan jasa atau layanan bisnis yang baik, atau bahwa Anda tidak peduli karena membuat kecewa orang lain. Berbisnis adalah berterus-terang, dan Anda harus berpikir atau bertindak seperti yang seharusnya.
Abaikan mood Anda. Wanita bisnis sering membatalkan janji, menghindari acara makan bersama, atau terlambat datang ke pertemuan karena merasa tidak nyaman, tidak punya pakaian yang pantas dikenakan, atau karena sedang cepat tersinggung. Belajarlah untuk mengatasi mood swing Anda, dan tidak membiarkannya memengaruhi sikap Anda di hadapan orang lain. Bersikap moody akan membuat orang lain tidak nyaman berada di dekat Anda.
Jangan putus asa. Ada masa-masa di mana Anda merasa tantangan bisnis-nya terlalu berat, atau hari-hari di mana Anda ingin menyerah. Hal ini wajar saja. Beristirahatlah bila Anda memang memerlukannya, ambillah cuti sehari, tetapi jangan putus asa. Daya tahan adalah kunci dalam bisnis. Banyak wanita bisnis yang ingin berhenti berbisnis menjelang kelahiran bayi, padahal mungkin kesuksesan sudah di depan mata.
Bisnis adalah permainan. Pria menyukai permainan, di mana ada peraturan dan trik-triknya. Pelajari aturan bisnis tersebut, dan selalu ingat dalam pikiran bahwa hal itu hanyalah sebuah permainan. Suatu hari Anda akan menang, kali lain Anda akan kalah. Namun satu hal yang pasti, hidup akan terus berlanjut, tak peduli bagaimana hasilnya. Maka, the show must go on…
Yang paling penting, mempelajari pikiran dan cara sukses entrepreneur pria berbisnis bukan berarti wanita bisnis harus menjadi seperti pria. Wanita bisnis hanya perlu beradaptasi terhadap peraturan di dalam dunia bisnis, dan menyesuaikannya dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Contoh 8 Orang Sukses yang Saat Ini Masih Remaja dan ABG!

BACA INFO - Masyarakat dunia selama ini mengenal Mark Elliot Zuckerberg sebagai pebisnis muda yang berhasil membangun sebuah kerajaan bisnis yang menggurita. Pendiri situs jejaring sosial Facebook ini bahkan dinobatkan sebagai nomor 1 dari daftar “100 Peringkat Orang Paling Berpengaruh di Era Informasi”.



Pada era sebelumnya, William Henry Gates II atau lebih dikenal sebagai Bill Gates tampil sebagai pebisnis muda yang mampu membangun bisnis raksasa di bidang informasi teknologi.

Pengalaman-pengalaman itu pula yang mungkin mengilhami beberapa pemuda untuk mulai masuk dunia bisnis dalam usia yang relatif muda.

Saat ini terdapat 8 enterprenur muda dengan sepak terjang yang harus diawasi terus. Ke delapan enterpreneur ini dianggap memiliki masa depan gemilang dengan gagasan bisnis yang ada di benak mereka.

Inilah 8 enterpreneur muda yang harus menarik perhatian dunia:

1. Lean Archer (15 Tahun)

Pemuda berusia 15 tahun ini membuktikan bahwa menjalankan bisnis skala kecil yang bisa meraih kesuksesan bisa dibuat layaknya tempat bermain anak-anak.

Leanna Archer memutuskan untuk menjadi pebisnis di bidang perawatan rambut ketika berusia 11 tahun.

“Idenya datang ketika saya menerima banyak sanjungan mengenai rambutku dan seketika itu saya sadar harus berterima kasih pada produk rumahan yang saya buat,” kata Archer. “Saya tidak akan kehilangan apa-apa karena saya pikir kalau ini tidak berhasil, perjalanan hidup saya masih panjang.”

Perusahaan yang didirikan Archer, Leanna’s Inc, membuat delapan produk organik, produk perawatan rambut, yang didalamnya termasuk tata rambut, krim rambut dan sampo.

Rahasia produknya merupakan resep turun menurun di keluarganya sejak lama dan dijamin bebas dari zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.

Tahun lalu, Leanna’s Inc mampu meraup pendapatan lebih dari US$100 ribu. Pebisnis cilik asal Long Island menargetkan pertumbuhan menjadi lebih dari US$300 ribu. Saat ini, perusahaan tengah berencana membangun kantor perwakilan di seluruh wilayah Amerika Serikat.

2. Robert Nay (14 Tahun)

Pada usia 14 tahun, permainan pertama yang dibuat Robert Nay, Bubble Ball, telah diunduh lebih dari 2 juta sejak dua pekan diluncurkan. Hal yang tidak terlalu buruk mengingat rata-rata permainan mobile hanya diunduh beberapa ribu kali.

Pada Januari lalu, Bubble Ball malah berhasil mengalahkan game mobile terbesar Anggry Birds sebagai permainan yang banyak diunduh dalam fasilitas Apple App store.

“Teman saya mengusulkan agar membuat permainan yang bisa digunakan di perangkat Apple. Saya berpikir ini hal yang menarik dan saya pun mencobanya,” kata Nay.

Tanpa latar belakang ilmu pengkodean dalam komputer, Nay pergi ke perpustakaan publik untuk mempelajari bagaimana membuat program permainan.

Satu bulan setelah membaca beberapa buku dan memproduksi lebih dari 4.000 kode-kode program, Bubble Ball berhasil dibuat. Total biaya untuk memproduksi permainan ini mencapai US$1.200 yang berasal dari sumbangan orangtua Nay untuk membeli komputer Machintos dan perangkat lunak berlisensi.

Program permainan Puzzle yang tersedia untuk Apple dan perangkat berbasis Android ini, kini sudah diunduh lebih dari tujuh juta kali.

Perusahaan pengembangan permainan yang sudah memasuki tahun ke delapan ini, Nay Games, saat ini sedang mengembangkan beberapa tambahan baru pada Bubble Ball seperti proyek program lainnya.

3. Mark Bao (18 Tahun)


Pada usia 18 tahun, Mark Bao yang merupakan warga New York dinobatkan sebagai enterpreneur teknologi dan philanthropi paling sukses. Pemuda belasan tahun ini telah menjual tiga perusahaan website dimana dua diantaranya dianggap memberikan keuntungan sangat besar.

Satu perusahaan web-nya telah memperoleh anggota lebih dari seperempat juta hanya dalam tiga minggu setelah diluncurkan. Bao juga kini telah mulai mendirikan yayasan non-profit.

Perusahaan lamanya yang seluruhnya dibiayai sendiri yaitu threewords.me, situs media sosial dimana anggotanya menggambarkan tiga kata mengenai kepribadian temannya, Atomplan, perangkat manajemen bisnis kecil, dan Facebook Idol, aplikasi layaknya American Idol.

“Saya selalau tertarik dengan teknologi dan bagaimana ini bisa membuat perubahan,” kata Bao. “Aksi enterpreneur menciptakan perubahan.”

Perusahaan yang kini dibangunnya, Supportbreeze, adalah perangkat layanan konsumen yang membantu pebisnis dalam mengelola permohonan. Layanan ini secara dramatis membantu mengurangi waktu dan penggunaan tenaga kerja.

4. Lizzie Marie Likness (11 Tahun)

Juru masak yang mampu memberikan insiprasi sejak berusia dua tahun ini, dianggap sedang dalam jalurnya untuk menjadi pengganti Rachel Ray, juru masak yang membawakan program memasak di televisi.

Suatu ketika, orangtua Lizzie pernah bertanya bagaimana caranya memperoleh uang. Seketika itu, Lizzie menjawab, “Saya menjual makanan rumahan yang sehat untuk pasar lokal.” Sejak saat itu, Lizzie dianggap sebagai pendiri dari Lizzie Marie Cuisine.

“Lizzie Marie Cuisine sangat unik karena saya mengajarkan anak-anak bagaimana memasak makanan sehat yang menyenankan dan bagaimana hidup sehat,” ujar Lizzie. “Perusahaan saya mengajarkan masyarakat, tidak hanya memakan yang sehat tetapi juga bagaimana hidup sehat.”

Beberapa tahun kemudian, pembicaraan mengenai resep originil dan kemampuan untuk memberdayakan kaum modal yang dimiliki Lizzie menjadi percakapan hangat penduduk lokal. Lizzie kemudian mendapat sejumlah undangan untuk memamerkan caranya memasak bersama sejumlah koki terkenal dalam sebuah acara.

Saat ini, Likness merupakan serial televisi paling diminati di WebMD Fit Channel dengan nama program Healthy Cooking with Lizzie. Dia juga baru saja menandatangani kontrak program terkenal TV terkenen dengan salah satu perusahaan di New York, DBG. Serta agen pemasaran digital global, Digitas.

5. Farrhad Acidwalla (17 tahun)

Dengan bermodal US$10 dari orangtuanya, Farrhad Acidwalla telah masuk dalam peringkat entrepreneur pada usia 13 tahun ketika memutuskan membangun komunitas online yang khusus menyasar aviasi dan aero-modeling. Beberapa bulan kemudian, dia memutuskan menjual komunitasnya tersebut kepada seorang penggemar senilai US$1.200.

Empat tahun kemudian, Acidwalla menempatkan US$400 pada Rockstah Media sebuah agen yang fokus pada bisnis branding, pemasaran, dan pengembangan web di Maharashtra, India.

“Di masa depan, kami berencana mendiversifikasi usaha dan memperluas skala bisnis dengan memproduksi program hiburan berbahasa Hindi,” kata Acidwalla. seraya mengungkapkan dirinya mempertahankan 42 pegawainya dengan menawarkan keuntungan kepemilikan saham.

6. Asya Gonzalez (14 tahun)

Asya lahir dari orangtua yang memang memiliki darah entrepreneur dan langkah itu pun ingin diikuti perempuan berusia 14 tahun ini.

“Saya menyadari bahwa keinginan saya adalah memperoleh kebebasan, menghasilkan uang dan peraturan sendiri. Kamu tidak bisa melakukan itu, semua hanya dengan menaiki jenjang perusahaan…kata Ayah saya,” ujar Asya.

Pada usia 13 tahun, Gonzalez meluncurkan Stinky Feet Gurlz, sebuah perusahaan yang mendesain, memasarkan, dan menjual t-shirt era 1940-an dan perlengkapannya.

Perusahaannya juga menyumbangkan uang dari setiap pakaian yang dijual ke She’s Worth It!, lembaga non profit yang dibangunnya dan dikhususkan pada perdagangan manusia dan perbudakan seks.

Asya menargetkan pendapatan perusahaan tahun depan bisa menembus US$20 ribu.

7. Brian Wong (20 tahun)

Dua tahun lalu dalam sebuah perjalanan panjang menggunakan pesawat, Brian Wong menyadari banyak penumpang pesawat merupakan penggila games mobile dan bisa menghabiskan berjam-jam untuk melakukan hal itu.

Beberapa waktu setelah itu, mantan pegawai Digg ini mulai menggelar penelitian pasar dan mulai memikirkan rencana untuk platform program games.

Dalam setahun setelah ide itu muncul, Wong telah mampu meraup US$4 juta untuk pendanaan perusahaannya yang bernama, Kiip.

“Saya selalu gatal dengan hal-hal berbau entrepreneur, namun yang paling membuat saya bersemangat adalah peluang untuk menciptakan ulang ruang baru,” kata Wong.

Kurang dari dua bulan, Kiip sudah dikenal sebagai jaringan pemberi hadiah mobile yang menawarkan penggila games hadiah sungguhan dari penghargaan virtual. Hadiah yang ditawarkan misalnya kupon untuk sebotol soda jika memperoleh nilai tertinggi atau menyelesaikan tingkatan tersulit.

Dengan akses lebih dari 15 juta penggila games dan klien, seperti Dr Pepper dan Sephora, entrepreneur muda asal San Fransisco ini berharap bisa menjadi pemimpin dalam bisnis periklanan bergerak.

8. Adam Horwitz (19 tahun)

Sejak usia 15 tahun, Adam Horwitz telah memiliki cita-cita entrepreneur-nya yaitu menciptakan perusahaan bernilai jutaan dolar AS ketika usianya sudah 21 tahun.

Tiga tahun berlalu dengan 30 usaha yang tidak sukses, Horwitz akhirnya bisa menghasilkan satu produk sukses bernama Mobile Monopoly. Pelatihan dengan sistem online ini mengajarkan masyarakat bagaimana cara menghasilkan uang menggunakan teknik pemasaran mobile dan mendatangkan keuntungan bagi Horwitz.

Dia lalu menambahkan beberapa pelatihan online lain, di mana setiap pelatihan menambah pendapatan dan akhirnya menghasilkan jutaan dolar AS ketika ulang tahunnya yang ke-18. Perusahaan Mobile Monopoly yang dibangunnya adalah platform pelatihan multimedia yang membantu pemilik bisnis.

“Saya senang bisa membangun sebuah bisnis dan memperhatikannya berkembang menjadi perusahaan besar,” kata Horwitz.

Usaha lain yang sedang dibangun adalah Yeptext, sebuah layanan pesan singkat yang bisa membuat perusahaan memikat pelanggan di lokasinya masing-masing menggunakan iklan menggunakan pesan singkat ke telepon genggamnya.

CERITA YOUNG ENTREPRENEUR


Menjelang tahun baru 2008, otak saya ‘melar’ cukup dahsyat. Banyak ide-ide pengembangan usaha dan Young Entrepreneur Academy yang terpaksa belum bisa terealisasi karena terlalu banyak liburan. Mungkin itulah salah satu musuh pengusaha, yes, liburan. Jangan salah artikan bahwa saya gila kerja, namun sebaliknya, saya ini suka bermain-main dengan hobi saya, yaitu menjadi pengusaha dan mengajar. Saat bingung mau ngapain saat liburan, ehh di koran nongol iklan jalan-jalan akhir tahun ke Kuala Lumpur (KL), Genting Highland dan Malaka. Daripada bengong di rumah, saya ajak aja istri untuk bulan madu (entah keberapa). “Yuk!”, dia menyaut.
Perjalanan itu sungguh membuat saya takjub, bagaimana pariwisata menjadi pemasok devisa yang besar bagi negara kecil tersebut. Jangan bandingkan dengan Indonesia tentang kekayaan wisatanya. Negeri kita…., jaauuuh lebih kaya dan cantik dari mereka. Hanya saja, kita tertidur, sedangkan mereka sudah terbang. Yang mereka sebut-sebut sebagai ‘Caves’, tak lebih cantik dibanding Ngarai Sianok di Bukit Tinggi. Pemandangan sekitar Genting Highland, tak lebih apik dibanding Puncak – Bogor. Tapi mengapa setiap sudut dari Genting bisa menghasilkan uang. Mungkin anda akan menjawab karena adanya casino disana. Menurut saya bukan. Buktinya, mayoritas dari pelancong, justru tidak pernah menginjakkan kaki ke ruang casino, termasuk saya. Namun wisata belanja dan permainannya yang mirip miniatur Dufan – Ancol, cukup membuat kaki kita pegel menapakinya.

Toko Turis
Rombongan kita sempat singgah di Duty Free Shop, yang terletak di kawasan pergudangan di daerah KL, yang jauh dari keramaian. Tempat itu benar-benar tidak seperti showroom jam dan cendera mata untuk turis. Harganyapun jauh lebih mahal dibanding dengan Batam. Tapi kenapa ramai dan laris? Turislah pembelinya. Sempat juga kita terhenti ke pusat penjualan coklat, ya, permen coklat, yang harganya terbilang mahal, tapi laku keras juga bak kacang goreng. Pernah saya lontarkan ide tentang membuka toko turis ini di kelas pengusaha di Bali, seperti halnya ‘toko Erlangga’, ehh kebanyakan mengatakan,”Turis sekarang pinter-pinter Pak, mereka tahu beli dimana yang murah”. Inilah yang disebut ‘BANYAK TAHU, BANYAK TAKUT’. Mereka berfikir para turis tahu tempat yang murah, seperti halnya mereka. Padahal, prosentasi yang tidak tahu dan ‘pasrah’ terhadap tour guide lebih banyak. Dan perlu diingat, banyak dari para pelancong yang tidak price sensitive, alias “bayar aja deh…!”
Masih nggak percaya kalo tempat terpencil tindak menjadi masalah? Coba datangi tempat-tempat berikut ini, Molen Kartikasari – Bandung, yang tempatnya di gang sempit seukuran satu mobil; Brownis Amanda – Bandung; Bolu Meranti – Medan; Moaci Gemini – Semarang; Pedesan Pepaya Teluk Betung – Lampung; dan masih banyak lainnya. Mungkin Anda berfikir bahwa mereka sudah lama berdiri, namun sebenarnya itu semua bisa diciptakan secara instan dengan pola kerjasama bersama tour & travel. Ingat, mayoritas pendatang di suatu kota, baik untuk urusan wisata atau bisnis, mereka akan menanyakan,”Apa oleh-oleh khas sini?”. Jangan takut, masih banyak yang tidak tahu!

Beberapa tahun yang lalu, Indonesia memilki idola dari segala idola. Hampir semua golongan dan bahkan lintas agama mengagungkannya. Pamornya melebihi presiden ataupun bintang film paling terkenal sekalipun. Kharismanya saat berbicara membuat para jendralpun ‘segan’ saat berdampingan dengannya. Siapa lagi jika bukan KH Abdullah Gymnastiar, atau lebih beken dengan sebutan Aa Gym. Saya pernah diminta menjadi MC dadakan, pada acara ‘wejangan’ untuk para pengusaha di bawah bendera HIPMI Batam. Tak seperti biasanya yang lancar berbicara di depan umum, kali itu keluar keringat dingin saya. Spontan saya berucap,”Ntah kenapa saya merasa seperti seekor monyet yang penuh dosa dihadapan Aa (panggilan Aa Gym) yang begitu mulia. Seolah mata Aa menelanjangi aib-aib saya.” Aa-pun tersenyum dan hanya mengucap,”Masa’ sih?!”
Tak berapa lama kemudian, ada sebuah berita tentang ‘penambahan’ statusnya sebagai seorang suami. Meski beliau tidak melakukan suatu ‘kesalahan’ secara hukum agamanya, namun beliau melakukan sesuatu yang tidak ‘disukai’ oleh kebanyakan orang, apalagi kaum hawa. Tak lama berselang, mayoritas umatnya mulai meninggalkannya. Anehnya, meski kata-kata dalam dakwahnya sama dan baik, namun mayoritas orang tidak lagi mempedulikannya? Mengapa? Karena mereka kecewa. Sosok Aa Gym dianggap telah ‘menodai’ keagungan seorang figur masyarakat. Darimana datangnya kekecewaan itu?
Sebelum Aa Gym berpoligami, beliau memiliki ‘harapan peran’ sebagai seorang yang dianggap ‘suci’ oleh masyarakat. Namun masyarakat tidak sadar bahwa Aa Gym bukanlah malaikat. Mereka tidak mencari tahu apa sesungguhnya alasan Aa berbuat seperti itu? Tapi mereka telanjur menghakimi berdasarkan prasangka mereka. Apalagi mendapat dukungan kaum oportunis, juga media masa yang memancing di air keruh.
Sudah menjadi sifat dasar manusia memandang seorang publik figur seolah malaikat. Mereka menilai orangnya, bukan hikmah yang diajarkannya. Bagaimana dengan orang tua atau anak Anda? Apakah Anda masih menghargai dan menerima mereka, meski ‘menurut kita’, mereka berbuat nista? Mengapa tidak kita anggap seolah saudara kita? Ingat, benar menurut siapa, salah menurut siapa?

“Terimalah aku satu paket, bukan hanya sisi baiknya, namun sisi kurangnya juga. Aku hanyalah manusia, bukan makhluk tanpa dosa. Aku belajar dengan waktu bahwa manusia berubah dengan waktu dan kejadian-kejadian. Aku belajar dengan pengalaman, ternyata banyak prasangkaku yang keliru. Aku belajar dengan waktu, untuk memahami, bukan menghakimi.”


GOAL

Semua orang ingin sukses, tapi tak semua orang layak sukses. Jalan sukses itu berliku, terjal, naik, berbelok-belok, memutar, tapi jalan itu ada! Jalan itu terbuka untuk semua orang, termasuk Anda, tapi tak semua orang akan sampai ke finish. Banyak godaan untuk berhenti, baik faktor langit ataupun bumi dikambing hitamkan. Jarang ada orang yang ‘mengepel’ (baca:introspeksi) saat terpeleset. Banyak juga yang mengulangi kesalahan yang sama dengan dalih ‘konsistensi’.

You can not live with yesterday standard and expect extra ordinary income today!

Dibutuhkan extra kreativitas, pertambahan knowledge untuk menghadapi perubahan dan persaingan. Jika tahun lalu anda membuka toko dan laris, tahun ini pasti banyak toko serupa di sekitar Anda. Hargapun akan banting-bantingan. Itu sudah hukum alam, jangan salahkan kompetitor. Salahkan diri Anda yang tak mau berubah.

Dimana Anda tahun lalu? Kemajuan apa yang Anda capai? Mungkin tahun lalu Anda belum mulai usaha, tapi sekarang Anda sudah menjadi pengusaha. Bisa jadi usaha Anda maju pesat dalam setahun, tapi bisa jadi Anda bangkrut sekarang ini. Bukan hanya hasilnya yang patut dipuji, tapi spirit Anda untuk tetap bergerak, bangkit dari kegagalan yang patut diacungi double jempol! Itulah Entrepreneur Sejati! Hidup tak selamanya adil. Mungkin Anda sekarang barusan tertipu, difitnah, jangan kurangi spirit Anda. Meskipun Anda sedang dibawah, yang penting Anda terus bergerak.

Sekarang waktunya my friend, untuk EVALUASI. Menghitung pencapaian dan kerugian. Re-strategy untuk kemajuan. Menengok kebelakang, mengecek perbekalan, menetapkan tujuan di tahun yang baru. Jangan katakan Anda tak punya waktu untuk mengasah gergaji Anda, karena itu bukan pilihan, tapi keharusan.
Cukup 30menit+10menit! Cari tempat yang tenang, jika perlu pergi ke resort. No hp, No children, No voice, Just between You and God! Sediakan selembar kertas putih dan pena.

10 menit pertama
Rileks dan ingat-ingat kembali, apa target-target Anda tahun ini? Mana yang tercapai, mana yang tidak. Kenapa tidak tercapai? Bagaimana cara memperbaikinya? Jika tahun ini tidak ada target, sesalilah kondisi Anda saat ini yang tidak banyak perubahan. Menangislah jika perlu, seolah-olah hari ini adalah hari terakhir Anda didunia. Seolah-olah malaikat sedang meng-audit hasil kerja Anda tahun ini. Berjanjilah untuk tidak mensia-siakan waktu.

10 menit kedua
Buat target baru tahun depan. Berapa target penghasilan Anda perbulan? Prestasi apa yang akan Anda capai! Tentukan tanggalnya! Apa komitmen sosial Anda? Berapa target zakat yang akan Anda bayar tahun depan? Berapa banyak anak yatim yang akan Anda santuni? Perbaikan hidup seperti apa yang Anda targetkan untuk keluarga Anda? Targetkan berdasarkan kebutuhan bukan keinginan. Visualisasikan dalam bentuk gambar. Tulis tanggal pencapaian Anda. Jangan membuat target sesuai dengan kemampuan anda sekarang, tapi sedikit lebih dari apa yang anda pikirkan. Sesungguhnya kemampuan kita melebihi apa yang kita pikirkan.

“Only those who can see the invisibles, they can do the impossibles”

10 menit ketiga
Bagaimana cara mencapai target-target Anda diatas? Gajahpun bisa dimakan kalau dipotong-potong, dibuat dendeng, abon dan di sup dagingnya. Potong-potong target tahunan Anda menjadi target 6 bulan, 3 bulan, bulanan, mingguan dan harian. Pikirkan strategi untuk mencapai target-target Anda, kemudian tuliskan. Jangan lupa ACTION, bukan hanya rencana saja!!!

+10 menit
“Mohon AmpunanMu ya Tuhan atas waktu yang terbuang percuma, bahkan ternoda oleh banyak dosa. Semoga Engkau masih memberikan hamba nafas untuk mejadi lebih baik dan mensyukuri segala rahmatMu”. Jangan puas terhadap apa yang kita capai, tapi syukuri apa yang telah kita dapatkan. Kita telah diberikan waktu puluhan tahun untuk bernafas. Apa balasan kita kepadaNya? Bahkan selalu kita meminta karena kekurangan. Pernahkah kita bersyukur anak kita terlahir utuh. Pernahkah kita bersyukur terhadap segala nikmat yang tak terhitung? Yang terakhir, barulah kita memohon kemudahan atas upaya kita. Bukan menjadi pengusaha yang kita cari, tapi nilai-nilai entrepreneurshipnya. Sukses bukanlah masalah pencapaian saja, tapi bertumbuh ke potensi maksimal yang diberikan Sang Pencipta kepada kita.

HIDUP INI SINGKAT!

Jika hari ini adalah hari terakhir Anda di dunia, BAGAIMANA Anda ingin dikenang?
Jika hari ini adalah hari terakhir Anda di dunia, APA kata-kata terakhir yang ingin Anda dengar, dari orang-orang yang mencintai Anda?
Jika hari ini adalah hari terakhir Anda di dunia, APAKAH Anda sudah memberikan yang TERBAIK?
Jika Hari ini adalah hari terakhir Anda di dunia, APA yang Anda tinggalkan?
Apakah Anda layak sukses?
Apakah Anda sudah berusaha yang terbaik?
Apakah Anda membuat orang lain bangga ?
Apakah Anda meninggal seperti seorang PEJUANG? …atau PECUNDANG?
Berapa jam sehari Anda mengabdikan waktu Anda untuk bertumbuh?
Berapa jam sehari waktu terbuang percuma?
Semoga masih ada hari esok!
Hidup itu pilihan! Mana yang Anda pilih?
Hidup itu singkat, jadi ……


Sudah baca belum, tulisan terdahulu saya “Hukum Semut”? Kalau belum baca, scroll down dulu. Memang awalnya bermula dari gula yang ditebar, setelah itu semut berdatangan. Tapi bukan berarti lantas kita berdiam dan menunggu hasil, karena semua itu bukanlah permanen. Saat tempat lain menawarkan gula yang lebih manis, tentu saja semut-semut yang tadinya nongkrong di tempat kita, berpindah kelain hati. Fenomena ini sering terjadi di bisnis mall. Mereka berfikir dengan adanya tenant anchor (gula) seperti Carefour, Hypermart, cukup untuk membuat para semut betah di sana, eiiits nanti dulu. Selama tidak ada pesaing lain di sekitar yang menawarkan sesuatu yang lebih manis, oke-oke saja. Sudah jadi hukum alam, jika ada yang ‘berkilau’, maka kompetitorpun akan segera hadir di sekitar. Mulailah perang gula terjadi. Akibatnya, semut-semut yang tadinya jadi pelanggan kita, mulai mencoba yang baru, bahkan seringkali tak mau kembali lagi.

Apa yang membuat permanen?
Ternyata bukan gula yang membuat permanen, tapi sarang semutnya. Selain tingkat ‘kemanisan’, jarak juga menjadi pertimbangan si semut untuk mendatanginya. Jika ada gula-gula yang sejajar di dekat sarang mereka, tentu saja mereka memilih yang terdekat. Jadi hal yang terbaik adalah mendekatkan tempat bisnis kita di sarang semut tersebut. Trus apa yang termasuk kategori sarang semut? Pabrik, sekolah, rumah sakit, perkantoran, perumahan. Jarang sekali ditemui, gara-gara ada pabrik baru didirikan, membuat para karyawannya berbondong-bondong pindah kerja ke pabrik yang baru kan? Begitu juga para siswa yang bersekolah, asalkan tidak benar-benar jauh sekali jarak sekolah dengan rumahnya dan tidak ada kekecewaan yang mendalam, jarang sekali siswa pindah sekolah dengan alasan iseng saja.

Hal inilah yang harus dijadikan acuan memilih tempat usaha kita, agar tak perlu kerja keras menarik semut nun jauh disana, untuk sekedar mengunjungi toko kita. Percuma memilih tempat yang murah jika tak ada semut yang lewat. Serupa halnya dengan membuka warung bakso di kuburan, yang beli kuntilanak, hiiii. Ada seorang peserta Entrepreneur Camp bertanya,”Saya punya usaha konter crepes, tapi sepi pengunjung, dikarenakan mall yang saya tempati sepi juga. Apa yang harus saya lakukan?”. Saya berkata,”Saya akan menjawab, asal tidak ada kata ‘tapi’ setelah itu! Setuju?”. Dia jawab,”Setuju”. Dan sayapun berkata,”Pindaaaaah!”. Lebih baik bayar lebih mahal, daripada menanggung kerugian operasional gara-gara tidak ada pendapatan. Pastikan saat memilih tempat usaha, banyak semut yang lewat.

Sarang semut juga bisa diciptakan dari menebar gula, hingga si semut merasa nyaman dan menarik kawan-kawannya untuk menjadikan tempat itu sebagai markas barunya. Contohnya adalah fitness centre ternama. Karena member mereka yang cukup banyak dan loyal, fitness centre tersebut bisa jadi sarang semut. Jika Anda akan membuka usaha di mall, pastikan di dalam mall tersebut ada sarang semutnya, jadi tak perlu takut sepi. Tanpa menarik semut dari luarpun, sudah cukup ramai mall tersebut.

Fasilitas untuk sarang semut
Bagi Anda yang memiliki kategori bisnis sebagai sarang semut, misalnya sekolah, kursus ternama, fitness centre, klinik (dengan dokter yang ternama), bisa bernegosiasi mendapatkan keringanan biaya sewa, bahkan gratis! Kenapa? Karena keberadaan bisnis Anda akan mendatangkan semut yang membuat wilayah tersebut laku, karena ramai. Jadi tinggal pilih, dekat dengan sarang semut atau menjadi sarang semut, monggo….
Akhir-akhir ini saya sering sekali nongkrong di Twitland. Selain bisa berbagi ke lebih banyak orang, juga lebih efektif karena one to many, bahkan many to many. Bagi saya, setiap problem dari mereka, merupakan latihan bagi otot otak saya. Kali ini ada sebuah soal dari beberapa tweeps yang pernah menjadi contoh kasus alumni Entrepreneur Camp (ECamp) kami, sebut saja Juli. Beginilah percakapan kami…
Juli : Mas J, aku punya usaha jualan busana muslim. Apakah aku harus menggunakan nama tokoku di papan nama depan ataukah menggunakan merek salah satu produk orang lain yang terkenal?
MJ : Hah, apa alasanmu pakai merek orang lain di papan nama tokomu?
Juli : Karena pelanggan tuh tahunya aku jual jilbab ABC (sebut aja seperti itu). Merek itulah yang lebih dikenal dibanding nama tokoku.
MJ : Oww, gitu tho kasusnya…. Emangnya kamu sudah jadi distributor resminya dia juga?
Juli : Gak juga sih, cuma agen aja. Ada beberapa agen lainnya selain aku. Belum ada distributornya disini.
MJ : Selain dari produk merek ABC, adakah produk-produk lain yang kamu jual?
Juli : Banyak mas, tapi tak selaris produknya dia.
MJ : Apa kamu ada rencana atau visi, suatu saat akan menerbitkan merek sendiri untuk busana muslimmu?
Juli : Pasti donk mas, siapa sih yang gak pengin, tapi kan merekku belum terkenal. Trus gimana nih mas?
MJ : Oke aku paham kondisinya. Jadi intinya kamu menanyakan, apakah sebaiknya pakai nama ABC sebagai nama tokomu ataukah merekmu sendiri, betul?
Juli : Bener mas…
MJ : Begini Jul…, ada beberapa poin yang perlu diperhatikan sebelum kita mengambil keputusan. Pertama, karena statusmu bukan sebagai exclusive distributor yang mendapat proteksi dari produsen, maka sangatlah beresiko. Apa jadinya setelah kamu berjuang mempopulerkan produk-produk mereka, kemudian suatu saat nanti mereka mendepakmu atau membuka Toko ABC yang jauh lebih besar di kotamu?
Kedua, bukankah kamu punya impian membangun merekmu sendiri, bukan sekedar menjadi reseller merek lain? Kenapa tidak kamu besarkan merekmu saja?
Juli : Bener juga ya mas, aku gak kepikiran poin yang pertama. Tapi untuk poin yang kedua, kan perlu waktu dan biaya ekstra untuk mempopulerkan sebuah sebuah merek, mas?
MJ : Betul! Nah, inilah seni memadukan keduanya… Gunakan produk dari merek-merek terkenal sebagai ‘gula’ (baca artikel Hukum Semut) untuk menarik para semut datang. Karena bagaimanapun, lebih gampang menjual merek yang terkenal. Jika sudah banyak pesaing lain yang menjual merek-merek tersebut, berikan diskon lebih. Jangan berfikir mengambil untung dari produk tersebut. Ingat, yang penting semutnya datang dulu dan betah di tokomu (sering kembali). Bukan hanya itu, ciptakan kondisi getok tular hingga para semut akan saling memberitahu,”Mau jilbab ABC, ke toko XYZ (nama tokomu) saja, miring harganya!”. Nah, saat para semut menjadi pelangganmu, tawarkan ‘roti’, ‘susu’ dan ‘coklat’, yang berlabelkan merekmu sendiri. Jelas?
Juli : Tapi mas….

Pemirsa, eh pembaca…. Apa kelanjutan dari kisah tersebut? Juli tetap menggunakan merek ABC sebagai nama tokonya. Sampai-sampai kita menyapanya dengan ‘Juli ABC’. Dia aktif mengkampanyekan merek tersebut, meski belum menjadi distributornya. Malangnya, beberapa tahun kemudian, setelah pasar teredukasi dan mencukupi kuota, ABC membangun Toko di kota Juli dan melarang Juli menggunakan ABC sebagai nama tokonya. Disitulah Juli mulai terpukul dan mengganti nama tokonya dengan Toko XYZ. Malangnya, pelanggan berfikir Toko ABC sudah pindah tempat dan tak mau menjajal produk di Toko XYZ Akhirnya Juli banting setir membuka bisnis lainnya yang beda total dengan sebelumnya.
Belajar dari kisah Juli, memang tidak ada yang sia-sia atas apa yang terjadi. Tapi alangkah baiknya kita belajar dari pengalaman orang lain, untuk menghindari ‘lubang’ yang serupa. Boleh kita numpang beken dengan merek orang lain, tapi besarkanlah jalur distribusinya, bina pelanggannya dan besarkan besarkan merek kita, bukan sekedar bangga dengan kebesaran merek orang lain. Perlu diperhatikan juga bahwa semut yang kita pancing dengan gula, haruslah sesuai dengan target pasar ‘roti’, ‘susu’ dan ‘coklat’ yang kita jual. Jika tidak, maka para semutpun tak berselera dengan produk-produk kita. Paham? Jika tidak, twit saya di @jayayea

SUMBER:JAYA SETIABUDI - Founder & Director Young Entrepreneur Academy (YEA)

Sukses dalam hidup tidak ditentukan oleh kartu baik, tapi dengan cara memainkan kartu buruk dengan baik – Joshua Doll

Anda bisa sukses sekalipun tak ada orang yang percaya Anda bisa. Tapi Anda tak pernah akan sukses jika tidak percaya pada diri sendiri – William JH B

Ingatlah, bahwa kehidupan bukanlah apa yang terjadi pada kita, tetapi apa yang kita lakukan untuk menyikapi apa yang terjadi tersebut – anonymous

Fokuslah pada solusi, bukan pada masalahnya. Jng berkutat dng pikiran negative. Jng bergantung pd pendapat orang lain – Donald Trump

Kita tidak akan bisa memenuhi potensi kita yang sebenarnya, bila kita memilih diam dan tetap tinggal di dalam ZONA NYAMAN kita – Oprah Winfrey

Pemimpin mencapai suksesnya melalui pelayanan kepada orang lain, bukan dengan mengorbankan orang lain – H. Jackson Brown

Kegagalan hanyalah kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih cerdas – Hanry Ford

Saya tidak tahu kunci kesuksesan, tetapi kunci kegagalan adalah berusaha menyenangkan semua orang – Bill Cosby

Saya tidak perlu menjadi seorang penemu cukup menjadi peniru yang baik saja – Max Cooper

Kesempatan anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaan anda pada diri sendiri – Robert Collier

Orang yang berhasil akan mengambil hikmat dari kesalahan2 yang dibuatnya dan mencoba lagi dengan cara yang berbeda – Dale Carnegie

Keberhasilan dalam bisnis sama dengan seperti mengendarai sepeda. Kalau kita tidak terus maju, kita akan jatuh – anonymous

Untuk memecahkan masalah besar, Anda harus berani melakukan tindakan yang tidak popular – Lee Lacocca

Hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk orang lain bukanlah membagikan kekayaan Anda, tetapi membantu ia untuk memiliki kekayaannya sendiri – Benjamin Disraeli


Keberanian sesungguhnya adalah Berani mengakui kekurangan, kesalahan, kekalahan...

Kebahagiaan bagaikan sebuah tanaman; harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi – J.Donald Walters

Salah satu alasan orang dewasa berhenti belajar adlh karena mereka semakin tidak bersedia menghadapi resiko GAGAL – John W.G

Memaafkan tidak mengubah MASA LALU, tapi melapangkan MASA DEPAN – Paul Boese

seperti ap yg diutarakan Hal Lindsey, 'Manusia dapat hidup 40hari tanpa makan, sekitar 3hari tanpa air, sekitar 8hari tanpa udara, tapi hanya 1DETIK jika TANPA HARAPAN' maka dari itu bulatkan tekad, tentukan tujuan, dan gapai harapan.


Orang sukses selalu meninggalkan jejak. Jejak yang bisa dilihat dan digambar ulang. Seperti menyusuri peta, mengikuti jejaknya akan membawa kita ke tempat tujuan yang kita inginkan. Jejak yang salah membawa anda kepada kegagalan, jejak yang tepat membawa anda kepada kesuksesan!


BBC: Indonesia dan AS, Surga Bagi Pebisnis
Indonesia, Amerika Serikat, Kanada, India dan Autralia adalah surga bagi para pebisnis pemula maupun yang sudah profesional. Sedangkan Kolombia, Mesir, Turki, Italia dan Rusia dinilai sebagai negara paling ramah

Jika Anda tidak menyukai suatu hal, ubahlah hal itu; jika Anda tidak dapat mengubahnya, ubahlah cara Anda memandang hal itu – anonymous

Nyawa manusia itu ada batasnya. Batasan itulah yang bias membuat seseorang berjuang dalam hidupnya – Hattori Heiji

Self Responsible
Bertanggung jawab terhadap diri sendiri merupakan syarat mutlak untuk menjadi seorang pengusaha.

Tidak gampang. Dimulai dari hal kecil, seperti misalnya bangun pagi.

Banyak orang merasa bahwa menjadi pengusaha itu sama dengan menjadi bos atau tukang perintah. Ini jelas salah kaprah!

Apalagi bila membayangkan bahwa memiliki usaha sendiri itu artinya tanggung jawab lebih ringan, atau usaha yang dilakukan lebih sedikit daripada menjadi karyawan.

Justru sebaliknya, menjadi pengusaha artinya usaha Anda harus 2x lipat lebih keras ketimbang Anda menjadi karyawan, karena Anda sendiri lah yang bertanggung jawab akan income Anda dan kelangsungan hidup perusahaan.

Being Creative
Apa sih rahasia para pengusaha? Kadang kita sering menemukan banyak pengusaha kawakan yang memulai usaha dengan modal dengkul, alias dengan modal Rp 0,-. Kok bisa?

Kreatif adalah kuncinya. Bukan menjadi faktor yang paling utama dan satu-satunya, tapi menjadi kreatif adalah keahlian yang harus diasah setiap harinya.

Mungkin semua orang sudah bosan mendengar kata "kreatif" karena ujung-ujungnya banyak juga yang terpentok usahanya karena masalah permodalan yang minim atau seret.

Kreatif ini justru harus diimbangi dengan kemampuan lainnya, misalnya finance, marketing dan juga dengan nilai2 lainnya.

Sama saja seperti anak sekolah, kreatifitas itu sangat penting dan seringkali modalnya hanya kertas dan crayon untuk menjadikan lukisan yang indah.

Jadi mulailah berlatih untuk menjadi kreatif dari hal kecil.

Antara Bos vs Pengusaha
Sering kita bertanya. Apa sih beda pengusaha dengan bos di suatu perusahaan? Selain status, tentu saja hal ini berbeda. Saya cuma ingin menyampaikan dalam tulisan singkat ini bahwa ada kualitas leadership yang berbeda antara menjadi bos bagi diri sendiri (dan usaha sendiri) dan bos karyawan.

Pertama, kendala yang sering muncul adalah bos karyawan seringkali tidak memiliki skill intrapreneurship. Yang ia cari sebagai pejuang karir tentu saja karir yang lebih tinggi. Hanya disitu saja.

Kedua, bos karyawan selalu berkutat dengan data dan masalah profit/loss. Mereka pikir, dengan memikirkan perusahaan secara strategic mereka sudah memiliki ilmu sebagai pengusaha kelas kakap. Ini sedikit keliru! Pengusaha yang notabene adalah pedagang memang memikirkan untung rugi, tapi yang mereka cari adalah peluang atau kesempatan.

Ketiga, politik bos karyawan dan pengusaha juga berbeda. Bos karyawan selalu mencari kesempatan untuk tampil beda dan menonjol, berusaha bersosialisasi. Network menjadi kata kunci. Menjadi pengusaha, yang menjadi pikiran politisnya adalah sinergy antara beberapa resource yang dia kelola berjalan atau tidak.

Semoga dari tiga hal parameter ini, Anda bisa melihat, apakah Anda lebih ingin jadi bos atau pengusaha.

RENUNGAN ENTREPRENEUR


Saat pertama kali bergabung di salah satu anak perusahaan Astra di Batam, saya dan teman-teman satu batch (angkatan), harus melewati masa training. Di akhir sesi training kita selama 3 bulan lamanya, kita diwajibkan untuk membuat studi kasus yang harus diselesaikan menggunakan metode Practical Problem Solving (PPS). Permasalahan yang timbul adalah, kami diwajibkan presentasi menggunakan metode PPS dalam bahasa Inggris. Review presentasi dilakukan sebanyak 4 kali, sampai akhirnya final presentation di depan COO (Chief Operational Officer) yang notabene orang ‘bule’. Celakanya, bahasa Inggris saya saat itu amburadul dan super tidak lancar. Untuk menutupi ketidak lancaran saya setiap presentasi dalam bahasa inggris, saya berdalih menyalahkan metode PPS yang tidak up to date.

Suatu saat, sepulang dari tempat kerja, saya menyambangi kawan satu batch saya, Fajar Hidayat namanya. Di kamar mess (rumah dinas) Fajar, saya menggerutu tentang kelemahan-kelemahan metode PPS dan tidak adanya manfaat yang didapat dari materi tersebut. Awalnya Fajar hanya mendengar sambil melirikkan matanya dari bawah keatas. Tiba-tiba dia memotong omongan saya dengan nada serius,”Yak (panggilan akrab saya), menurut aku, kamu itu tipe orang yang suka excuse terhadap sesuatu yang kamu tidak mampu. Kamu tidak berusaha membuat dirimu mampu. Orang kayak kamu itu, biasanya tidak pernah nomor satu!”

Wow wow wow, saya hanya terdiam sejenak dengan muka merah terbakar omongan kawan baik saya. Sayapun bertanya dengan nada tinggi,”maksudmu?!” Fajarpun menjawab dengan sangat jelas,”Sebetulnya bukan metode PPS-nya yang kurang, tapi aku tahu kamu punya kekurangan tidak lancar berbahasa inggris. Dari situ kamu membuat dalih untuk menutupi kekuranganmu!”. Tanpa bicara lagi, dengan muka masam, saya meninggalkan mess Fajar, yang jaraknya hanya satu gang dari mess saya. Malam hari itu darah saya naik ke kepala, rasanya ingin marah besar, karena belum pernah ada orang yang mengkritik saya setajam itu. Saya merenung memikirkan kembali setiap perkataan Fajar,”….orang kayak kamu itu, biasanya tidak pernah nomor satu!”.

Saya flashback ke masa lalu saya, ternyata benar apa yang dikatakan Fajar, memang SAYA TIDAK PERNAH NOMOR SATU. Setelah menganalisa kembali apa yang menyebabkan saya tidak pernah nomor satu? Padahal saya terhitung pekerja keras dan gigih. Ternyata kuncinya ada di kata-kata Fajar,”…kamu itu tipe orang yang suka membuat EXCUSE terhadap sesuatu yang kamu tidak mampu. Kamu tidak berusaha membuat dirimu mampu!”. Exactly, itulah diri saya di masa lalu. You woke me up, my friend! Sejak malam itu saya berikrar,”Saya akan menjadi yang terbaik di manapun saya berada dan di bidang yang saya tekuni!”

Belajar dari pengalaman saya dan orang lain, saya menyimpulkan bahwa ada POLA SUKSES dan POLA GAGAL. Tuhan telah menciptakan manusia dengan mekanisme serba otomatis. Orang-orang yang gagal dalam kehidupannya, dia memiliki pola gagal yang berulang. Begitu juga orang yang sukses, memiliki pola sukses yang berulang. Apapun deskripsi Anda tentang sukses, amatilah orang yang menurut Anda sukses dan gagal, perhatikan polanya. Saat saya memutuskan untuk mengubah nasib saya, saya mengubah pola saya yang lama, seperti tidak disiplin, banyak alasan, cepat menyerah, tidak tuntas dalam kerja, juga ketidak beranian mengambil resiko. Apa pola gagal Anda? Simple, hanya dibalik saja dan sukseslah Anda.

Entah kenapa, setiap kali saya mengunjungi pulau Dewata, selalu ada yang membisikkan ke saya, tidaklah lengkap kalau belum mampir ke Joger. Entah kenapa, ketika saya melewati kota Bogor, nggak sah juga, jika tidak membungkus roti unyil Venus. Dan entah kenapa, dari pegawai sampai menteri, jika berkunjung ke Batam, seolah mereka ‘wajib’ mencicipi sup ikan Yong Kee. Masih banyak produk-produk lain, seperti, brownis Amanda dan molen Kartikasari dari Bandung, bakpia Patok di Jogja. Mungkin ini semacam ritual, jika tidak melakukannya, serasa kurang pas.

Coba bayangkan jika produk atau jasa Anda dijadikan ritual bagi orang lain yang melewati kota Anda. Hitung saja, berapa banyak keuntungan yang akan Anda raih. Tentu saja tak semudah itu, saat pertama kali saya makan di sup ikan Yong Kee, belasan tahun yang lalu, mereka hanya berdiri di sebuah kios kecil, 1 lantai berukuran kurang lebih 5 x 6 meter saja. Untuk makan di weekend, harus mengantri dan makan di trotoar, tanpa air-con, tanpa pelayan. Siapa sangka saat ini sup ikan Yong Kee memiliki bangunan yang besar-bertingkat dan menjadi mesin pencetak uang. Kalau tidak percaya, tongkrongin saja di salah satu cabangnya, hitung keluar masuknya orang per-jamnya.

Apa Penyebabnya?

Bagaimana sebuah merek (atau produk) bisa menarik fanatisme? Apakah karena rasanya? Saya paling tidak percaya jika orang meng-klaim “paling enak dan tidak ada yang bisa membuat lebih enak”. Wong membuat pesawat terbang aja bisa, masak buat bumbu pecel yang ‘serupa’ tidak bisa?! Perhatikan… kebanyakan merek-merek ritual, tidak ‘dikerek’ dengan promosi yang sensasional. Namun lebih dikarenakan efek dari mulut ke mulut alias referensi. Efeknya tidak instan seperti kebanyakan marketer saat ini menginginkan. Karena yang instan melejit, biasanya juga instan umurnya. Kenapa bisa begitu? Ya itulah hukum alam.

Perhatikan merek-merek yang dianggap ritual, apa ciri khasnya? Kebanyakan si pendiri terjun langsung memberikan spirit di setiap produknya. Pernahkah Anda melihat suatu usaha serasa hilang rohnya, saat si pemilik tidak ada disitu? Padahal bumbunya standar lho. Trus, apakah kita harus nongkrongin warung kita sampai kita mati? Dalam buku Pour your heart into it, Howard Schultz mengungkapkan bagaimana STARBUCKS dibangun dari secangkir demi secangkir kopi yang disajikan dengan hati. Artinya, ’roh’ dalam bisnis itu harus diturunkan turun temurun ke semua karyawan, sebelum si pendiri meninggalkannya. Jikalau para karyawan saja tidak memiliki rasa bangga dan alasan (selain uang), kenapa mereka bekerja disana, maka roh itu belum nempel. Setiap karyawan bahkan harus menjadi pengguna (jika memungkinkan) dan pengagum produk yang dijual. Dimanapun dan kapanpun mereka berada, hati dan mulut mereka membicarakan kelebihan produknya.

Semuanya butuh proses, seperti menanam sawit, memakan waktu tahunan untuk dapat memetik hasilnya. Kebanyakan pengusaha sekarang tidak tahan menunggu prosesnya. Belum sempat roh itu menular dan merasuk ke tubuh perusahaan, pengusaha baru terlalu terburu-buru mencaplok bisnis yang lain.

”Semua bisnis bagus, asalkan ditekuni dengan serius dan di manage dengan benar”


Jujur, apa yang pertama kali terbesit di benak Anda, begitu membaca Judul diatas? Judul diatas adalah cuplikan dari sebuah artikel di web, yang kita muat di web kita beberapa tahun lalu. Sungguh fenomenal memang, hanya dalam hitungan hari, artikel tersebut menduduki peringkat peng-klik terbanyak, bahkan diantara artikel lain yang lebih dahulu terbit. Saking penasarannya saya, sebagai pengasuh web tersebut, iseng-iseng mengubah judul artikel-artikel yang sesungguhnya bagus, namun tidak ter-klik oleh pengunjung web. Misal artikel tentang Hendi Setiono, owner kebab Turki Baba Rafi, kita ubah judulnya menjadi “Usia 25 tahun, miliki 300 Outlet Kebab Turki”. Wush… dalam hitungan hari terjadi lonjakan pengunjung.

Aneh tapi nyata, hanya karena judulnya diubah, pengunjungnya jadi naik drastis. Itulah psikologi angka dan iming-iming. Kebanyakan orang lebih suka dengan iming-iming yang bisa langsung diindera. Kedua, orang selalu ingin jalan pintas untuk sukses. Padahal kalo diurut-urut secara teliti lagi biografi mereka, bukannya jalan pintas yang mereka lalui. Berapa lama mereka uji coba dalam kondisi merugi, baik waktu maupun uang, sebelum mereka mendapatkan kesuksesan. Tapi itulah faktanya, kebanyakan orang tetap percaya dengan ‘jalan pintas’. Maka dari itu, pembicara-pembicara seminar motivasi ataupun bisnis yang paling laku adalah yang memberikan iming-iming jalan pintas. Misalnya: “Dijamin uang mengalir dalam 15 menit”. Jika terbukti tidak mengalir, paling-paling si pembicara menyanggah dengan seloroh,”Syarat dan ketentuan berlaku”, he he, ketipu loe.

Headline…

Lepas dari yang berbau janji-janji muluk, kita akan ambil pelajaran,”Bagaimana menciptakan judul atau headline di iklan/ promosi usaha kita, sehingga mengundang pembaca penasaran?”. Pertama, desainnya harus sesuatu yang tidak umum alias unik. Misalnya, jika bentuk iklan di koran/brosur kebanyakan menggunakan bentuk standar segi empat, ya kita bisa mencoba menggunakan bentuk bulat atau oval. Memang ruang iklannya jadi kurang maksimal, namun dari segi ketertarikan lebih menyolok mata. Kedua, ukuran headline yang besar, sekitar 30% dari total ruang iklan dan diberi warna kontras dari latar belakangnya. Ketiga, buat kata-kata yang menyolok. Saya pernah membuat seminar yang serupa, dengan headline yang berbeda, hasilnya berbeda pula. Contohnya, ada sebuah iklan perampingan tubuh dengan headline,”GRATIS PACAR BARU”. Apalagi disertai dengan gambar yang mem-visual-kan kemolekan tubuh yang diidamkan wanita, pasti lebih efektif. Sekali lagi, inilah contoh permainan context bukan content!

Tapi jangan keburu gegabah menonjolkan angka atau janji-janji ya. Kalo kebanyakan iklan menggunakan angka atau kata ‘gratis’, ya jadinya tidak unik lagi. Apalagi kalo angkanya terlalu besar, misalnya ada sebuah artikel true story tentang pendiri facebook.com. Disitu kita beri keterangan “Usia 24 tahun, Rp 13,5 trilyun, malah tidak seheboh artikel yang 90 juta. Kenapa? Karena menginderakannya susah! Gak kebayang tuh seberapa besar ukuran duit 13,5 trilyun. Ingat, headline-nya boleh heboh, tapi isi beritanya juga harus sesuai dengan janjinya. Jika tidak, akan berdampak pada kepercayaan calon pelanggan pada kita.

“Promise only what you can deliver and deliver more than you promised”

Hukum ini adalah hukum alam yang simple tapi sangat powerful. Hukum sebab akibat mengatakan bahwa setiap tindakan kita akan berakibat sesuatu pada kita. Apa yang terjadi pada kita dimasa sekarang disebabkan oleh yang kita tanam dimasa lalu. Apa yang kita lakukan saat ini akan berdampak pada kehidupan yang akan datang. Alam itu netral, tidak memihak ke siapapun, tidak peduli siapa Anda. Hukum Sebab Akibat mengatakan jika Anda melakukan apa yang orang sukses lakukan, maka Anda akan mendapatkan hasil seperti yang orang sukses dapatkan. Tentu saja jika kondisi start-nya sama dengan mereka.

Kenyataannya kebanyakan orang pengusaha sukses, awalnya mereka adalah orang-orang biasa, dengan pendidikan rata-rata, bekerja di tempat yang biasa, hidup dengan standar rata-rata. Tapi setelah mereka menemukan ‘formula’ pengusaha sukses, mereka melakukan yang pengusaha sukses lakukan, terus-menerus, terus-menerus, sampai mereka mencapai apa yang pengusaha sukses dapatkan.


“SUKSES bukanlah kebetulan, tetapi dengan melakukan suatu tindakan secara terencana, terus-menerus dan terus-menerus, sampai mencapai apa yang Anda Impikan.”

Belajar dari Petani

Jika Anda akan menanam jagung, Anda harus mulai dari satu biji. Anda harus menanamnya dengan benar di tanah yang subur. Anda harus membajak tanah tersebut terlebih dahulu. Kemudian Anda harus menyiraminya dengan air dan memberinya pupuk. Lalu Anda harus mencabuti rumput-rumput liar disekitarnya dan akhirnya, saat tanaman itu mulai tumbuh, apakah Anda dapat meninggalkannya? Tidak! Karena masih ada kemungkinan mati ! Anda tetap harus tetap memberinya pupuk, menjaganya dari serangan hama, dan terus menyiraminya tiap hari. Hingga saat tanaman tersebut tumbuh dewasa, dari satu biji, keluar ribuan biji.

Jika Anda ingin sukses di suatu bisnis, Anda harus berfikir seperti seorang petani. Orang-orang yang gagal dalam suatu bisnis karena mereka hanya mau merampas hasilnya. Mereka tidak bersedia bersusah payah untuk membajak lahannya, menanam bijinya, memupuki tanahnya dan menyirami tunasnya. Mereka tidak mau bersusah payah mencabuti rumput liarnya, membasmi hamanya dan melakukan proses tersebut setiap hari yang membuat tangan mereka kotor. Jika Anda menginginkan suatu bisnis yang besar dan menikmati hasilnya kelak, Anda harus bersedia membayar harganya!

Anda harus bersedia mengkorbankan pesta-pesta Anda, nonton TV, bermain games, apalagi ngegosip dengan teman-teman, untuk beberapa bulan bahkan tahunan. Sirami dan pupuk bisnis Anda dengan pelatihan, seminar dan buku. Konsisten lakukan prosesnya secara terus menerus, sampai berbuah. Kebanyakan orang menilai kesuksesan seseorang dari kondisi sekarang, bukan dari bagaimana proses mendapatkannya. Berapa kali Kolonel Sanders ditolak? 1009 kali. Berapa kali Edison gagal? Puluhan ribu kali. Siapa dulu Sohichiro Honda? Seorang kacung. Bagaimana mereka bisa berhasil? Karena mereka rela Membayar Harganya! Apakah Anda rela membayar harga untuk kesuksesan Anda?

“Jalan untuk sukses berliku, terjal, menanjak, tapi jalan itu ada dan layak diperjuangkan”


“Masj, saya memiliki sebuah warung makan. Awalnya warung makan saya rame. Mendadak koki saya pulkam, saya terpaksa ganti dengan koki baru. Sejak itu, warung saya sepi. Sekarang koki lama dah balik lagi, tapi tetap sepi. Gimana promosinya agar pelanggan lama mau balik lagi? Trims.” Itulah pesan singkat yang panjang, masuk di hape saya. Bisa dibilang tiap hari, saya mendapat sms-sms konsultasi, curhat, keluhan dan lain-lain. Jika saya memikirkan jawabannya dengan serius, bisa-bisa kepala saya botak. Alih-alih menjawab ala profesor marketing, saya menjawab ala kadarnya saja. Jawaban sms diatas seperti ini: “Buat spanduk gede, tulis: KOKI LAMA UDAH BALIK LAGI LHO!”. Gampang kan! Contoh kasus yang kedua, saat saya memberikan kelas mentoring di kota Padang, seorang alumni Ecamp (Entrepreneur Camp) bernama Elfi, bercerita tentang toko kelontongnya. Dia memiliki kompetitor pas di seberang tokonya. Awalnya toko Elfi sangat ramai dikunjungi pelanggan dan rata-rata mereka adalah pelanggan tetap. Tiba-tiba, suatu hari, toko itu mendadak sepi, gara-gara diisukan (oleh toko seberang) ada ‘kuntilanak’ di pohon besar depan toko Elfi. Apa solusinya? Sekali lagi sambil bercanda, saya menjawab,”Buat aja spanduk besar di pohon itu, terus tuliskan: TAK ADA KUNTIL ANAK, ADANYA KUNTIL IBU! atau KUNTIL ANAK PINDAH KEDEPAN!”. Spontan wanita itu tertawa. Anda sendiri tertawa nggak?

Pada saat review business plan siswa YEA (Young Entrepreneur Academy), saya mempertanyakan slogan produk makanan mereka ‘bersih dan sehat’. Slogan itu adalah slogan sejuta umat. Jadi tidak akan ‘nyantol’ di benak konsumen. Saya bertanya kepada mereka,”Apa sih perbedaan produkmu dibanding milik kompetitor?”. Diapun bercerita,”Produk saya itu Pak, rasanya asam manis nano-nano deh. Lihat aja orang udah ngiler”. Terus saya bertanya,”Kenapa nggak itu yang kamu komunikasikan?”. Dia balik bertanya,”Lha bagaimana ngomongnya?”. Saya jawab,”Ya itu tadi, yang ada ngiler-nya itu!”. Dari situ dia mengubah slogannya menjadi ‘Ngiler kan?’.

Jadi apa sih kuncinya?

Pertama, komunikasikan apa yang ada di benak dengan spontan, liar, polos, layaknya anak kecil. Jangan banyak aturan, kecuali hukum yang berlaku, norma atau agama. Ternyata marketing itu nggak sukar kan? Kita sendiri yang membuatnya sukar! Koq bisa? Karena teori-teori di bangku sekolah tidak diperbaharui. Apa bedanya produk Anda dengan orang lain? Komunikasi apa yang ada di benak Anda. Atau minta masukan kepada pelanggan, ”Apa sih yang mereka sukai dari produk Anda?”

Ketiga, buat calon pelanggan penasaran dengan slogan atau periklanan Anda. Seperti slogannya bakmi Pak Mo (franchise dari bakmi Mbah Mo, Bantul),”Dimasak tanpa api”. Tentu saja membuat orang penasaran. Saat mereka berkunjung dan menanyakan ke Mbah Mo, dengan enteng Mbah Mo menjawab,”Maksudnya tidak pakai kompor, tapi pakai arang yang membara”.

Kelima, tidak harus urut, seperti Anda baca, alinea diatas, dari pertama, lompat ketiga kemudian kelima. Bisa saja Anda memberikan penomoran ‘cabang no. 27’ tanpa harus membuka 26 cabang terdahulu kan? Apakah ini penipuan? Tentu bukan, coba baca ulang dengan seksama, ‘cabang ke 27’ atau ‘cabang no. 27’? Bahkan hal tersebut pernah kita terapkan di proyek Young Entrepreneur Academy (YEA), bernama ‘Katrock Kape’. Lebih dari itu, dibawah tulisan cabang tersebut, kita tuliskan nama kota-kota seperrti, Jakarta, Surabaya, Bandung, Cirebon, Tegal, Semarang, dan lainnya. Tentu saja membuat pelanggan tambah bertanya-tanya,”Lha itu semua cabangnya ya?”. Kemudian kita menjawab, “Bukan, itu trayek bus malam”. Tidak berbohong bukan?

Box?

Masih ingat dengan pertanyaan klasik “Gelas ini setengah isi atau setengah penuh?”. Kemudian dari jawaban tersebut diambil kesimpulan tentang sikap diri kita. Dan anehnya kita meng-amini-nya. Anak kecil akan menjawab,“Lucu ya gelasnya!” Seorang entrepreneur akan balik bertanya,”Berapa ya kulakannya? Bisa dijual berapa ya?”. Jadi apakah harus linier? Kan bisa lateral dan liar.

Saya suka memperhatikan perilaku anak saya yang kecil, Alfin. Istri saya membelikannya dua pasang sepatu yang serupa, tapi beda warna, yaitu merah dan biru. Sewaktu Alfin akan berangkat ke sekolah, ia memilih mengenakan sepatu warna merah di kaki kanannya dan warna biru di kaki kirinya. Istri saya menanyakan, apakah seharusnya kita tegur atau kita biarkan? Saya memilih membiarkannya. Mengapa? Pertanyaan saya: Apa salahnya? Apakah ada aturan kanan dan kiri harus sama warnanya? Apakah melanggar norma? Tidak kan! Ya biarkan saja liar.

Kreativitas seringkali diistilahkan dengan ‘think out of the box’. Kalau menurut saya ‘think without the box’ atau “kenapa sih harus pakai box?”.


Agustus 1998, saya memulai usaha pertama di bidang industrial supply, dengan modal dari 2 orang rekan saya yang bekerja di Singapore.

November 1998, perusahaan saya yang pertama bangkrut karena kehabisan modal, pembayaran tertunda, tak ada lagi uang untuk operasional. Makanpun tinggal indomie dan telor yang saya beli dari uang receh yang tak sengaja terkumpul di kaleng F&N.

Desember 1998, saya mendirikan perusahaan kedua dibidang yang sama, mendapatkan permodalan dari ex-supplier saya di Singapore. Kala itu saya mengontrak ruko yang sangat murah, eks usaha yang bangkrut karena krisis. Mungkin hanya saya yang mau menyewa ruko tersebut, dengan ratusan kg sampah barang-barang berserakan dan bekas banjir yang menimbulkan bau pesing dan lumpur yang mengendap.

Selama 3 hari saya bersihkan sendiri ruko tersebut, karena keterbatasan biaya. Kamar mandi tak berpintu, setiap pintu kamar sudah tidak ber-handle lagi. LAMPU MATI karena sudah lama tidak terbayar tunggakan listriknya. Karena tidak ada kasur, saya tidur di tikar anyaman bambu kalimantan (LAMPIT), pemberian kakak saya. Karena lampu mati, jadi tidur saya ditemani oleh lilin saja.

Nah, saat dalam kondisi paska bangkrut itu, saya menghibur diri saya dengan bisikan,”Jaya, tahu nggak, setiap pengusaha sukses, pasti pernah bangkrut! Sekarang kamu sudah bangkrut, tinggal suksesnya saja!” he he he…. FIGHT!


Agustus 1998, saya memulai usaha pertama di bidang industrial supply, dengan modal dari 2 orang rekan saya yang bekerja di Singapore.

November 1998, perusahaan saya yang pertama bangkrut karena kehabisan modal, pembayaran tertunda, tak ada lagi uang untuk operasional. Makanpun tinggal indomie dan telor yang saya beli dari uang receh yang tak sengaja terkumpul di kaleng F&N.

Desember 1998, saya mendirikan perusahaan kedua dibidang yang sama, mendapatkan permodalan dari ex-supplier saya di Singapore. Kala itu saya mengontrak ruko yang sangat murah, eks usaha yang bangkrut karena krisis. Mungkin hanya saya yang mau menyewa ruko tersebut, dengan ratusan kg sampah barang-barang berserakan dan bekas banjir yang menimbulkan bau pesing dan lumpur yang mengendap.

Selama 3 hari saya bersihkan sendiri ruko tersebut, karena keterbatasan biaya. Kamar mandi tak berpintu, setiap pintu kamar sudah tidak ber-handle lagi. LAMPU MATI karena sudah lama tidak terbayar tunggakan listriknya. Karena tidak ada kasur, saya tidur di tikar anyaman bambu kalimantan (LAMPIT), pemberian kakak saya. Karena lampu mati, jadi tidur saya ditemani oleh lilin saja.

Nah, saat dalam kondisi paska bangkrut itu, saya menghibur diri saya dengan bisikan,”Jaya, tahu nggak, setiap pengusaha sukses, pasti pernah bangkrut! Sekarang kamu sudah bangkrut, tinggal suksesnya saja!” he he he…. FIGHT!


Kalau menengok masa kecil saya, mungkin sebagian besar guru sekolah saya tidak akan menyangka jika saya akan ‘jadi orang’ (bukannya setan). Saking bandelnya, tetangga saya menyebut saya ‘anak setan’. Saat di bangku SD, saya hampir dikeluarkan oleh kepala sekolah saya, karena sering melanggar peraturan. Menginjak bangku SMP, seorang guru BP (Bimbingan Penyuluhan) menyumpahi saya sambil jarinya menuding “Kamu gak bakal sukses!!!”. Bisa jadi jika guru BP saya melihat saya jadi pembicara seminar, mungkin beliau langsung pingsan.

Ada apa dengan mereka? Atau ada apa dengan saya? Mungkin mereka menilai saya malas, suka buat keributan, nyontek terus. Secara prestasi tertulis, diri saya hampir selalu rangking 3 (dari belakang). Itu menurut mereka lho…! Menurut saya, guru saya yang tidak memahami saya. Meskipun selama 3 tahun di bangku SMP, saya tidak pernah mencatat, tapi di mata pelajaran Bahasa Indonesia saat kelas 3 SMP, catatan saya penuh dan rapi. Bukan karena saya suka mata pelajarannya, tapi saya suka gurunya. Dari mayoritas guru yang mengatakan saya anak setan, gak bakal sukses dan umpatan lainnya, hanya beliau yang mengelus saya dan mengatakan,”Jaya, kamu itu pintar!” (sedaaap!). Sama dengan yang dikatakan kedua orang tua saya,”Kamu itu pintar”.

Mengapa saya tidak termotivasi untuk belajar? Menurut saya, (maaf) guru saya yang ‘goblok’! Mereka tidak tahu potensi saya dan men-generalisasi pribadi saya dengan para siswa umumnya. Ditambah, metode pengajaran yang sangat membosankan dan penuh hapalan. Sedangkan saya sangat menyukai logika dan perhitungan. Maka dari itu saya menemukan titik balik saya saat saya masuk sekolah kejuruan dan universitas, meskipun masih ada sebagian mata pelajarannya, menurut saya adalah ‘sampah’.

Asal tidak kurang ajar & kriminal

Orang tua saya selalu menanamkan, nakalnya anak-anak adalah suatu yang wajar, asalkan tidak kurang ajar dan berbau kriminal. Nakalnya anak-anak adalah simbol ‘ekspresi’ kebebasan. Anak ‘ngeyel’ berarti ‘gigih’ memperjuangkan sesuatu. Tidak mau sama dengan yang lain artinya ‘kreatif’ dan berani tampil beda. Lasak artinya ‘aktif’. Tidak takut salah artinya ‘berani mengambil resiko’. Bukankah pribadi para pemimpin dan pengusaha adalah seperti itu? Bandingkan dengan seorang anak yang diarahkan oleh orang tuanya untuk ‘patuh’ pada peraturan, tidak boleh ‘membangkang’, berfikir ‘urut’ dan ‘lurus’, serta ‘menghindari resiko’. Apa jadinya mereka saat ini atau kelak? Karyawan selamanya!

Masalahnya, jarang ada sekolah yang mengijinkan muridnya untuk tampil beda dan kreatif. Salah satunya adalah sekolah anak saya (saat di Batam), Tije Club. Meskipun masih relatif baru dan pendirinya ‘Kak Tije’ adalah master di bidang hukum, namun dia adalah sosok pendidik yang moderat. Pernah suatu saat, anak saya membuat PR menulis huruf ‘B’. Namun anak saya memenuhi 1 halaman itu dengan huruf bervariasi, ada ‘L’, ‘F’ dan berbagai huruf lainnya. Istri saya menanyakan kepada saya, apa yang harus dilakukan? Saya bilang,”diamkan saja, saya mau lihat respon gurunya”. Eh, ternyata gurunya memberi nilai 100 dan tulisan ‘BAGUS’. Kenapa? Intinya khan belajar menulis huruf. Nah, anak saya bahkan bisa menulis lebih dari 1 huruf, ya bagus khan?

Sebagian dari pembaca akan berfikir pola fikir kita (saya dan Kak Tije), ‘nyleneh’. Tapi, menurut saya, itulah kreativitas. Yang penting khan tidak melanggar etika dan norma. Ingat, terlalu disiplin dapat membunuh kreativitas seorang anak. Tapi terlalu longgar juga dapat membuat anak kurang ajar. Jadi boleh disiplin, asal jangan mematikan kreativitas. Boleh nakal, asal tidak kurang ajar dan kriminal. Boleh juga protes tentang tulisan saya, wong namanya juga pendapat. Kalau semua mengangguk, artinya saya tidak kreatif, atau Anda tidak kreatif. Bingung? Bagus!


Masih ingat tulisan saya tentang konsep ‘zero’ yang diajarkan Om Bob Sadino? Tulisan tersebut mengundang sedikit kontroversi saat saya kirimkan melalui milis EA. Saat saya memberikan kelas mentoring bisnis di Bogor, saya ditanya oleh seorang peserta,”Mas J, di tulisan Mas J tentang zero, mas menceritakan tentang konsep yang diajarkan oleh Om Bob untuk tidak berharap. Sementara, di buku The Secret menganjurkan untuk berharap (bermimpi). Mana yang benar?”. Saya jawab,”Beda tingkatan berfikirnya aja mas!”. Artinya semuanya benar, tergantung tingkatan berfikir seseorang. Analoginya adalah seperti anak SD dan seorang profesor. Saat masih SD dulu, sering kita diiming-imingi hadiah sepeda atau mainan kalau naik kelas atau juara kelas, betul? Dari iming-iming tersebut, kita jadi rajin belajar. Hal itu berlangsung dari tahun ketahun, hingga terbentuk apa namanya kesadaran belajar. Nah, lain halnya jika kita bicara dengan seorang profesor. “Prof, jika prof mau belajar lagi dengan rajin, nanti saya belikan mobil ya!”. Yee, bisa ketawa tuh profesor. Tidak usah dibelikan mobilpun, profesor itu tetap akan belajar. Kenapa? Karena belajar sudah jadi kebutuhan dan kesadaran dia!

Om Bob bagaikan sang profesor, dimana dia melakukan setiap langkahnya kedepan, tanpa perlu diiming-iming lagi. Tanpa menciptakan harapan-harapan, Om Bob tetap akan action. Bahkan dalam level Om Bob, dia melakukannya sebagai wujud rasa syukur atas apa yang telah diberikan Allah kepadanya. Makna zero yang digambarkan oleh Om Bob sebagai lingkaran yang kosong, merupakan manifestasi keimanan seutuhnya. Dimana pada level tersebut, seorang hamba berpasrah tanpa prasangka sedikitpun. Zero sangat membantu kita, terutama saat kita mendapatkan ujian atau musibah. Misalnya Anda ditipu oleh seseorang. Apa jadinya jika Anda masih menggunakan logika dan rasa Anda? Anda akan mengumpat atas apa yang dia perbuat terhadap Anda. Atau mungkin frustasi, karena tidak mendapatkan solusi. Jika Anda zero, maka lebih ‘enteng’ bagi Anda menghadapinya. Koq bisa? Iya, nggak usah dipikirin saja. Ambil saja pelajaran positif dari situ, kemudian serahkan kepada yang diatas akan kemudahan solusi-solusinya? Bukankah banyak kejadian dalam kehidupan kita yang tidak masuk akal?

Makna Zero lainnya

Zero juga bermakna pembebasan dari prasangka-prasangka dan ketakutan-ketakutan kita selama ini. Kenapa bisnis kita tidak bisa kita delegasikan ke orang lain? Karena kita punya ketakutan percaya dengan orang lain. Kenapa kita sukar menangkap peluang-peluang yang ada? Karena kita punya ketakutan akan kerugian. Jangan-jangan, nanti-nanti, ya kalau…? Zero bermakna ‘Total Surrender’, keimanan yang bulat terhadap apa yang terjadi dimasa yang akan datang, keyakinan akan keajaiban dan jalan yang bahkan tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Saya pribadi mengalami hal-hal yang tidak pernah terduga dalam kehidupan saya. Solusi yang saya dapatkan, sering tidak masuk dalam logika saya. Biarkan tangan-tangan Allah yang bekerja untuk kita. Ada orang yang mempertanyakan,”Saya sudah total surrender Mas J, tapi koq masih tidak dapat kemudahan-kemudahan itu?”. Artinya Anda masih hitung-hitungan dengan Allah atau Allah mau menguji ketotalan zero Anda! Belajarlah kepada para nabi dan wali. Bagaimana mereka bisa mendapatkan mukjizat-mukjizat itu? Karena keyakinan mereka terhadap yang diatas! Sekali lagi, yuk kita zero!

“Saat logika tak mampu menaklukkan rasa, hanya iman yang menenangkan jiwa. Pasrah adalah jalannya…”

Memang benar pepatah lama “Ada gula, ada semut”, sesuatu yang ‘manis’ akan menarik orang untuk datang. Manis sendiri bisa diartikan uang, kelimpahan, keilmuan, sesuatu yang enak dan lain-lain. Dalam dunia bisnis, saya mengartikan “sesuatu yang menarik, akan mendatangkan orang”. Sesuatu yang ‘menarik’ di metaforakan sebagai ‘gula’ dan orang yang datang ‘mengerubuti’, diibaratkan sebagai ‘semut’. Dalam istilah marketing, tenant anchor yang dapat mendatangkan keramaian (traffic), sebagai gulanya. Nah, para pemilik gula ini biasanya mendapatkan fasilitas yang istimewa, seperti sewa gratis selama beberapa tahun atau kemudahan-kemudahan lainnya. Kenapa mereka bisa mendapat sewa gratis? Ya karena bisa mendatangkan keramaian tadi! Contohnya, para hypermarket yang terkenal seperti Carefour dan Hypermart. Biasanya mereka berada di bagian belakang, bawah, ujung dari suatu mal. Mengapa? Supaya para ‘semut’ yang akan mendatangi mereka, melewati lorong-lorong mal terlebih dahulu. Jika setiap lorong mal tersebut ramai dengan orang lewat, pasti gampang jualan kiosnya.

Coba bayangkan jika Anda berjualan di tempat yang lalat atau semutpun tidak ada yang lewat. Meski murah tempatnya, seperti jualan di kuburan bukan? Kalau siang hari bisa jualan kembang dan kemenyan. Bagaimana kalau malam hari? Jualan bakso sama suster ngesot? Lain halnya jika Anda menyewa suatu tempat yang sudah pasti banyak semutnya, pasti gampang jualannya. Anda bisa berjualan coklat, roti, susu kental manis, atau segala sesuatu yang disukai sang semut. Pertanyaannya, bagaimana cara mendatangkan semut? Ya itu tadi, gulanya disebar dulu!

Apa saja yang bisa jadi gula?

Gula bukan berarti harus tenant besar seperti Carefour, bisa juga kita sendiri yang menciptakan gulanya. Contohnya jika Anda membuka usaha cuci mobil, bagaimana agar para semut datang? Anda bisa mengundang mereka dengan ‘gula gratis’ (baca: cuci gratis). Nah, anehnya, semut dalam bisnis bisa dipancing. Sudah manusiawi, jika ada keramaian, pasti membuat orang lewat penasaran,”Apaan sih itu?”. Dan anehnya juga, kebanyakan orang berasumsi bahwa ‘ramai’ itu artinya ‘laris dan enak’. Bagaimana Anda memutuskan untuk makan di suatu tempat? Selain dari referensi semut yang lain (semut get semut), dari tempat yang kelihatan banyak semut kan? Jadi intinya, semutpun perlu pancingan. Gula bukanlah akhir dari penjualan Anda. Gula hanyalah umpan untuk mendatangkan semut. Setelah para semut datang, Anda bisa menawarkan menu-menu yang lainnya untuk menambah pemasukkan. Boleh creambath gratis, tapi sambil menawarkan vitamin, hair tonic, potong rambut, refleksi kaki, manicure dan pedicure. Soto boleh tidak untung, tapi perkedel, sate kerang, krupuk parunya membuat untung. Persewaan lapangan futsal mungkin super murah, tapi sewa kios di sekitarnya super mahal, belum lagi pemasukan dari iklan disekitarnya

Jadi jangan heran jika ada kafe, salon sampai lapangan futsal yang berani memasang tarif super murah dan tidak masuk akal, dengan tujuan mendatangkan semut. Yang terpenting adalah mendatangkan traffic di tempat usaha, selanjutnya terserah Anda…


Ahli ilmu perilaku pernah mencoba memasukkan katak hidup dalam kuali yang berisi air mendidih. Spontan katak itu lompat melebihi batas lompatannya yang wajar. Percobaan kedua dilakukan dengan cara yang berbeda. Kuali berisi air dengan suhu normal, kemudian katak yang lain dimasukkan. Karena airnya bersuhu normal, katak tersebut tak melakukan perlawanan alias diam saja. Apalagi di dalam kuali tersebut telah berisi enceng gondok dan bunga teratai, seperti layaknya habitat sang katak. Perlahan-lahan suhu kuali dinaikkan dengan menggunakan pemanas listrik. Katak tersebut tidak bergeming, karena ia tidak benar-benar merasakan kenaikkan suhu tersebut. Sampai batas suhu air mendidih, katak tersebut tak melakukan perlawanan dan akhirnya mati. Apa pelajaran dari cerita tersebut?

Bukan hanya kegagalan yang menjadi musuh besar kita, keberhasilan, kemapanan juga musuh terselubung. Seseorang yang gagal, tidak ada pilihan bagi dirinya selain bangkit. Jadi, sangat ‘lumrah’ jika ia fight untuk bangkit dari keterpurukkannya. Namun beda halnya dengan seseorang yang telah mendapatkan keberhasilan, ia memiliki 2 pilihan, untuk menikmati dan terlena, atau membuat target-target pencapaian baru dan siap action lagi. Ambil contoh nyata dalam kehidupan kita, terutama di lingkungan pekerja. Mungkin Anda atau kawan Anda bergabung di suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang penuh dengan fasilitas dan proteksi, terutama sebagai pegawai negeri atau BUMN yang nyaris tidak mungkin dipecat. Apa yang mereka rasakan? Kenyamanan karena dimanjakan! Tidak ada salahnya dengan bergabung ke perusahaan seperti itu, bahkan itulah harapan sebagian besar orang. Namun hal itulah yang menjadi salah satu penyebab krisis mental bangsa ini. Kehilangan ‘fighting spirit’! Coba bandingkan Negara tetangga kita Singapura, yang proteksi terhadap karyawan perusahaan lemah. Kawan saya pernah bekerja di perusahaan perminyakan di Singapura, di-PHK dalam 2 kali 24 jam dengan alasan perampingan. Sekilas kita memandang alangkah tidak berperikemanusiaan mereka. Tapi di sisi lain, mereka dipersiapkan untuk waspada setiap saat.

Di dunia pengusaha, penyakit kemapanan juga dapat menghinggapi kita, namanya kehilangan momentum. Mereka yang sukses dalam usahanya, terlena dan meninggalkan pembelajaran. Semangat juang mereka hilang justru pada saat mereka mendapatkan apa yang telah diimpikannya. Tidak menjadi masalah selama usahanya tetap berkembang atau setidaknya stabil. Namun, seperti roda yang berputar, terkadang gejolak mengganggu tidur kita. Seperti saat krisis ini berlangsung, apa yang akan terjadi pada mereka yang ‘tidur’ terlalu lama? Mereka kelabakan mencari jalan keluar dari krisis. Tapi ternyata ‘peta’ yang mereka gunakan sudah usang. Masih untung jika masih punya semangat untuk bertarung lagi, kebanyakan dari mereka sudah ‘kegemukan’ dan kehilangan ‘momentum’. Bagaimana menghindarinya?


Ciptakan Tantangan

Bagi Anda yang berstatus sebagai karyawan, tantanglah bos Anda untuk memberikan kerjaan lebih atau baru, jika perlu mutasi. Boleh beristirahat dan menikmati pencapaian, tapi jangan lama-lama. Bagi Anda pengusaha yang sudah mapan, buatlah tantangan baru, misalnya dengan membuka cabang, franchise atau diversifikasi usaha. Buatlah otak Anda melar dengan permasalahan baru yang Anda hadapi. Bagi Anda yang belum sukses, berbaik sangkalah kepada Tuhan, berarti Ia sedang melatih diri Anda untuk lebih tangguh. Bukankah manusia yang beruntung adalah yang memanfaatkan waktu untuk selalu bertumbuh?

“Sukses bukanlah pencapaian, namun bertumbuh ke potensi maksimal yang diberikan Allah kepada kita”


Untuk menjaga stamina otak saya agar selalu fresh dan ter-update, saya menargetkan minimum 2 kali dalam setahun harus mengikuti pelatihan(bukan seminar). Rata-rata durasi pelatihan yang saya ikuti 2 sampai 4 hari. Namun di tahun ini ada yang berbeda. Pilihan saya jatuh ke pelatihan meditasi kesehatan Tapa Brata (7 hari, 6 malam) di Bali, yang di asuh oleh Guru Merta Ada, pendiri Bali Usada. Tak ada alasan yang jelas mengapa saya ingin belajar meditasi. Awalnya hanya sebuah referensi dari alumni ECamp saya, Pak Agus Wiyono. Kata beliau ajaran di ECamp mirip dengan ajaran gurunya, tentang kekuatan memaafkan. Hingga ujian demi ujian dalam bisnis dan kehidupan saya yang mendorong saya mendalami makna ‘keheningan’. Dari situlah vibrasi saya semakin kuat untuk mempelajari meditasi.

Saya tidak kompeten untuk menjelaskan apa makna meditasi. Saya hanya akan berbagi apa yang saya dapatkan dari meditasi tersebut. Memang ada sebagian orang yang menakutkan meditasi dapat menyesatkan keimanan kita, saya berkata “Bisa jadi! Tergantung guru dan Anda sendiri yang menafsirkannya”. Namun sepanjang yang saya ikuti bersama Guru Merta Ada, beliau selalu memulai dengan berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing, tidak ada ritual keagamaan khusus yang menggeser tauhid saya.

Apa sih yang dipelajari?

Pertama, duduk bersila tanpa gerak selama 45 menit! Sepertinya enteng ya kalau hanya dibaca. Tapi cobalah Anda lakukan, ‘tanpa bergerak dan mengubah posisi kaki dan tangan Anda’. Apa yang terjadi? Baru beberapa menit saja, gatal-gatal di kepala, muka dan bagian tubuh yang lain menggoda saya untuk menggaruknya. 10 menit berlalu, telapak kaki mulai kesemutan. 20 menit, tidak hanya telapak kaki, betis juga kena getahnya. 30 menit, mati rasa deh, seperti organ yang terputus. Bosan? Jangan ditanya, so pasti! Dari situlah saya belajar mengontrol emosi dan respon saya terhadap kejadian yang menimpa. Tidak mudah reaktif, lebih proaktif dan sabar.

Kedua, saat meditasi, tugas kita hanya ‘mengamati’ nafas (buset, nafas diamati, kayak cewek aja tuh!), bukan mengatur nafas. Mengamati saat keluar dan masuk dari hidung kita. Hal ini sangat berguna bagi saya saat membutuhkan ‘switch’ fokus dengan cepat. Cukup pejamkan mata dan amati nafas, lupakan lainnya.

Ketiga, ‘No Ngelamun’! Lha ini yang tidak mudah, selama 7 hari disana, usai meditasi dan khususnya saat meditasi, dilarang untuk ‘ngelamun’. Ternyata ngelamun adalah sumbernya penyakit. Meng-andai dan mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi, berbicara dengan diri sendiri berlebihan, memutar ulang ‘filem-filem’ buruk masa lalu kita. Semua itu membuat pikiran kita terlalu jenuh dan sukar berfikir jernih. Dari situ saya belajar mengontrol pikiran saya. Hingga tiap saat pikiran saya melayang tak karuan arahnya, saya kembali ke ‘mengamati nafas’.

Keempat, ‘FULL SILENT’, tak boleh berbicara sedikitpun selama 6 hari. Untung saya bukan tipe sanguinis emberis yang tidak betah dengan berdiam. Silent sangat bermana bagi kesehatan pikiran kita, bak puasanya mulut dan pikiran kita. Tatkala mulut berbicara, banyak pembenaran nurani yang dilakukan, fokuspun sering tergoyahkan.

Kelima, vegetarian selama 7 hari. Ehem, kebiasaan makan saya yang cukup rakus, tidak mudah mempraktekkan hal ini. Tapi setelah itu, saya belajar apa itu makna ‘makan secukupnya’. Juga bermanfaat mengontrol keserakahan saya dalam hal-hal lain di kehidupan saya.

Dari pelatihan 7hari 6malam yang ‘membosankan’ itu, saya kangen dengan kedamaian hati sang guru. Jarang saya menemukan orang yang memiliki redaman emosi setingkat beliau. Kerendahan hatinya tercermin dari kesahajaaan pakaian dan tutur katanya, jauh dari keinginan pengkultusan dan popularitas. Padahal dengan jam terbangnya selama 17tahun mengajar meditasi dan 86.000 alumni sedunia (termasuk ketua parlemen Inggris dan keluarga kerjaan Inggris), beliau pantas dipuja. Kemelekatan itu nyaris tak tampak pada dirinya. Semoga nilai-nilai ‘keheningan’ itu bisa saya teladani. Trimakasih Guru Merta Ada!

“Mas J saya sudah baca buku Tepok, sudah kepepet juga, tapi kenapa power-nya koq nggak keluar?” Apa Anda juga punya pertanyaan seperti itu? Di sisi lain, saya juga banyak mendapatkan sms semacam ini,”Mas J, makasih buku Tepoknya. Gara-gara buku itu, sekarang saya bisa memiliki rental mobil sendiri, hanya dengan 100 ribu rupiah saja…” Aneh kan? Apa yang salah dengan bukunya? Atau pembacanya? Iya deh, nggak ada yang salah, kita cari aja solusinya. Saya buat singkat aja, begini intinya….

Buku Tepok adalah buku terapi. Jika Anda ingin mendapatkan dampak dari buku Tepok, lakukanlah tugas-tugas yang diberikan, sekecil apapun!
Meski tugas yang sepele, datang ke show room mobil, tanya, lihat dan tawar, tapi dampaknya saya jamin akan menakjubkan!
Demikian juga tugas menanyakan harga/sewa properti, menawar dan member DP. Itu semua adalah terapi bagi keberanian Anda.
Membaca buku saya tidak akan mengubah nasib Anda, tapi mempraktekkannyalah yang akan mengubah nasib Anda. Ayo PRAKTEK. FIGHT!

“Ikhlas itu makanan apa?” Mudah untuk mengucapkan kata ‘ikhlas’, tapi apakah mempraktekkannya semudah itu? Sebagai pengasuh di YEA (Young Entrepreneur Academy), saya dihadapkan oleh banyak tantangan, terutama masalah-masalah pribadi siswa YEA. Dari korban KDRT, perceraian ortu mereka, hingga putus cinta. Meski itu diluar tanggung jawab saya, tapi bagaimanapun masalah itu sangat mempengaruhi etos belajar mereka di YEA. Mungkin saya tidak bisa menyelesaikan masalah mereka, namun setidaknya saya bisa membantu meredam suasana hati mereka yang gundah.

Salah satu terapi yang paling sering saya sarankan kepada mereka adalah terapi nasi bungkus. Ya benar, terapi nasi bungkus! Inilah pesan saya ke mereka,”Nanti malam belilah 10 nasi bungkus atau sesuai kemampuamu. Kemudian bagikan kepada orang-orang miskin di pinggir jalan yang kamu temui. Tidak usah pedulikan apa suku dan agamanya. Berikan dan lihat wajah mereka saat menerimanya. Rasakan energi positif yang mereka ungkapkan di wajah mereka.” Ternyata terapi yang sederhana ini dapat mengobati berbagai macam penyakit, seperti: sombong, stress, dililit hutang, benci/ dendam, kecewa, termasuk putus cinta lho!

Jangan percaya sebelum mencoba. Coba deh!


Belasan tahun yang lalu, saat saya masih duduk di bangku kuliah di Surabaya, saya sempat mengikuti pengajian rutin, yang dikelola oleh sebuah pondok pesantren ternama di Jawa Timur. Bukan keilmuan agama yang akan saya bicarakan disini. Tapi ada suatu pelajaran yang sangat berharga bagi saya tentang ‘kesombongan’! Seperti kebanyakan orang yang baru keluar dari ‘sekolah’ dengan segudang idealisme, perilaku sayapun berubah drastis. Setiap melihat suatu kejadian yang tidak ‘agamis’, spontan saya ‘nyebut’ kalimat Allah. Ada seorang (wanita) primadona kampus, sebut saja Susi (bukan nama sebenarnya). Saat itu, ia sedang berpakaian seronok dan bercengkerama mesra dengan pacarnya, yang tentu saja bukan muhrimnya. Begitu saya melihat kejadian itu, langsung keluar dari mulut saya ”masya Allah (kata yang sering diucap saat melihat sesuatu yang buruk)…!” Lepas dari kesalahkaprahan saya menggunakan kata itu (harusnya untuk suatu kekaguman), dalam hati kecil saya, terbesit anggapan bahwa ”Dia itu MAKSIAT, sedangkan saya lebih baik dari dia”.

Suatu saat…

…Susi datang bersama kawan-kawan yang lain (yang berjilbab), untuk belajar dengan saya guna menghadapi ujian semester yang segera datang. Baru kali itu Susi datang belajar ke tempat saya. Seperti biasa, pakaian Susi tergolong ketat, membuat saya istighfar terus, (kembali lagi) sambil mencemooh dirinya di hati saya. Pertemuan hari pertamapun selesai. Mereka berjanji akan melanjutkan belajar dengan saya di rumah kos saya esok harinya. Bak Fahri (dalam Ayat-ayat Cinta), Jayapun jadi idola wanita saat itu, narsis euy! Keesokan harinya, tak disangka, Susi datang ke tempat kos saya mendahului kawan-kawan lainnya. Setelah sejenak terdiam karena canggung, Susi berkata,”Jay, sebenarnya dari dulu aku pengin belajar sama kamu, tapi…!” Karena penasaran, saya tanya,”Tapi kenapa?” Dengan wajah tertunduk malu dan suara lirih ia menjawab,”Aku malu ketemu sama kamu! Aku merasa diriku ini ’kotor’, sedangkan kamu itu ’bersih’ dan alim”.

”Astaghfirullah Al’Adziim”, saya nyebut dalam hati dengan muka saya yang memerah, air mata yang hampir menetes. Sejenak saya berfikir,”Seandainya saat itu Allah mencabut nyawa kita berdua, mungkin sayalah yang pantas masuk neraka dan dia yang pantas masuk surga!” Koq bisa begitu? Ya, karena dibalik ’baju alim’ saya, terdapat ’kotoran hati kesombongan’. Sebaliknya, Susi yang merasa dirinya ’kotor’ tidak memiliki pikiran kotor terhadap orang lain. Jadi menurut saya, Susilah yang lebih ’suci’ dari saya.

Bukankah semua agama mengakui bahwa iblis, yang hampir sepanjang hidupnya taat, tidak dapat masuk surga karena ’kesombongannya’, karena merasa dirinya lebih unggul dari makhluk Tuhan lainnya? Sementara Nabi Adam, meskipun berbuat dosa, diijinkan masuk ke surga karena kerendahan hatinya? Guru saya pernah memperingatkan untuk berhati-hati terhadap suatu penyakit, yang disebut ’tertipu oleh diri sendiri’. Penyakit ini justru akan muncul saat kita bertambah ilmu dan bertambah amal. Tapi ilmu dan amal itulah yang membuat kita terjerumus. Semoga kita terhindar dari hal yang demikian!

”Daripada sibuk melihat aib orang lain, sibuklah melihat aib sendiri!”


Beberapa lalu lalu Om Bob Sadino menelepon saya, sekedar memberitakan bahwa beliau telah menerbitkan buku baru, berjudul “Bob Sadino; Orang Bilang Saya Gila”. Ehh, pas kebetulan saya sedang di Jakarta, Om Bob-pun mengatakan,”Jay, mampir donk kesini, kangen nih aku ngobrol sama kamu!”. Spontan saja saya meluncur kesana. Untuk ketiga kalinya saya berkunjung ke rumah Om Bob, masih saja saya terkagum akan apa yang telah dicapainya. Di atas tanah seluas 2 hektar, berdiri bangunan bergaya klasik nan kokoh, memberikan kedamaian. Di halaman parkir, terdapat beberapa mobil mewah, antara lain 2 buah jaguar bernomor polisi ‘2121’. Jangan ditanya kenapa nomornya ‘2121’ (baca: tuan-tuan), pasti Om Bob akan menjawab,”Masa saya nyonya-nyonya!” Jika Anda menelusuri sepanjang rumah Om Bob, Anda hampir tidak percaya dibuatnya. Di kepadatan bangunan jalan Lebak Bulus P&K, terdapat pemandangan lain yaitu lapangan berkuda yang terletak di bawah beranda rumah Om Bob.

Cerita saya bukan untuk memamerkan kekayaan seseorang diantara kisah penderitaan sekitar kita. Namun saya hanya berusaha ‘menyerap’ energi di balik pencapaian-pencapaian Om Bob,”Apa sih rahasianya?”. Bagi sebagian Anda yang pernah menonton seminar atau talk show Om Bob, mungkin masih banyak yang bingung,”arahnya kemana sih omongan Om Bob itu?”. Sayapun saat pertama kali bertemu selama 3 jam di rumahnya, pulang dengan membawa kebingungan. Baru setelah pertemuan ketiga bersama beliau, saya ‘ngeh’, apa yang selalu ia gemborkan,”Bebaskan dari belenggu rasa takut dan jangan berharap!”. Yang pertama sih, sangat bisa dipahami, tapi yang kedua itu,”Jangan berharap”. Lho, bukannya orang hidup dan bertahan itu karena ‘harapan’? Apa sih maksudnya?

Ternyata Om Bob mengajarkan ke saya konsep ‘Zero’ yang pernah diajarkan oleh Pak Ary Ginanjar dalam ESQ. Saya tidak memahami benar-benar konsep ‘zero’ pada saat mengikuti ESQ. Namun saya mendapatkan ‘klik’nya dari Om Bob! Gimana sih maksudnya? Orang yang melangkah dengan harapan, jika tidak tercapai, tentu saja akan kecewa atau menghibur diri dengan harapan-harapan baru, betulkah? Apa yang terjadi jika setiap kali kita membuat harapan dalam langkah kita, ternyata semuanya tidak tercapai? Depresi kan? Coba pikirkan yang satu ini,”Kenapa sih kita masih berharap lebih atas apa yang telah Allah berikan kepada kita?” Bukannya ‘harapan-harapan’ itu membuktikan rasa ‘tidak syukur’ kita atas apa yang telah kita dapatkan? Kenapa tidak, apa yang kita lakukan atau akan lakukan adalah sebagai wujud syukur kita kepada Allah? Jika demikian pemikiran kita, maka ‘harapan’ akan hasil itu tidak diperlukan lagi.

Saya bukan ustad lho berbicara seperti ini, namun Pak Ary Ginanjar pernah menanyakan kepada saya,”Pak Jaya, apa yang Bapak dapatkan dari training ESQ?”. Saya menjawab sambil meneteskan air mata,”Selama ini saya hanya banyak ‘meminta’, namun saya jarang (bahkan hampir tidak pernah) bersyukur. Setelah mengikuti training ESQ, saya ‘takut’ untuk meminta. Saat saya berdoa, saya hanya berterimakasih atas apa yang Allah limpahkan kepada saya. Saat detik-detik anak saya lahir, saya penuh ketakutan, jangan-jangan ada yang kurang. Saya hitung jari-jemarinya, komplit 10. Saya adzankan di kedua telinganya, dia merespon tanda mendengar. Apa yang saya ucapkan? Alhamdulillaah! Terus apa lagi yang mau saya minta dari Allah? Pantaskah?” Terus apa sih intisari ‘zero’ itu? Ikhlas kali ya? Tawakal atau pasrah? Bisa jadi, tapi saya juga bingung bagaimana mengungkapkannya. Silakan Anda sendiri yang memaknainya. Yang saya dapatkan (akibat) dari ‘zero’ adalah, saya tidak memilki rasa takut akan masa depan saya, titik!


Suatu Statement yang bertolak belakang dari kata-kata almarhum ayah saya (yang juga seorang karyawan),”Lebih baik kecil jadi bos, daripada gede jadi kuli!” Tapi itulah kenyataannya. Mayoritas orang tua secara tidak langsung menggiring anaknya jadi kuli. Jika Anda memiliki seorang anak yang sekarang bingung mau jadi apa? Coba ingat-ingat kembali, apa yang telah Anda ajarkan bagi mereka? Sejak dari usia dini, mereka diajarkan untuk “tidak membuat kesalahan”, betulkah?! Sebagian atau mungkin mayoritas pembaca akan protes (saya juga pas dengar kata-kata ini dari Om Bob Sadino juga bertanya-tanya),”Emang mau ngajarin anak kita berbuat salah atau gagal?” Saat anak Anda belajar berjalan dan mulai memanjat, Anda berkata,”Eehh, JANGAN manjat-manjat, nanti jatuh!” Doktrinisasi lainnya,”Belajar yang rajin, sekolah yang tinggi, biar gampang CARI KERJA”. Kala anak kita ingin memulai usaha sambil kuliah, Andapun berkata,”Udah, selesaikan sekolahmu dulu…!” Apa yang dikatakan kebanyakan orang tua setelah anaknya lulus kuliah dan ingin memulai usaha? “Kerja dulu di perusahaan besar, cari pengalaman dan kumpulkan uang untuk modal, baru mulai usaha!” Biasanya mereka akan terjebak di zona kenyamanan dan hilanglah keberanian. Apa yang akan Anda katakan saat anak Anda gagal usaha? “Udahlah, kamu tuh nggak bakat jadi pengusaha!”

Sadar atau tidak, sebagai orang tua, Anda sangat berperan membentuk nasib anak Anda saat ini atau dimasa mendatang. Jika mereka jadi bimbang saat mau melangkah, takut salah, takut gagal, diam ditempat dan loyo. Yaa itu buah dari apa yang telah Anda tanamkan ke mereka. Saya adalah sebagian kecil orang yang beruntung mendapatkan nilai-nilai kemandirian dari orang tua saya. Meskipun ayah saya seorang karyawan sampai pensiun, namun doktrinisasi kemandiriannya membuat saya tegar menghadapi semua rintangan hidup. Apa kata-kata lain yang sering diucapkan ayah saya? “Papah yakin, kamu PASTI BISA!”, “Coba terus sampai bisa”, “Gelar itu tidak penting, skill lebih penting”, “Belajarlah dari kesalahan”, bukannya tidak boleh salah lho.

Cari KETRAMPILAN Bukan Gelar

Beberapa tahun lalu saya berjumpa dengan salah seorang mahasiswi Universitas Ciputra, bernama Carol. Di usianya yang baru 19 tahun saat itu, saya cukup kagum dengan kemampuannya berinteraksi dengan orang lain. Carol menceritakan perihal pertemuannya dengan Ciputra, pendiri Universitas Ciputra. Pak Ci berpesan kepada Carol,”Kamu semester 6 keluar aja, bangun usahamu. Tak usah lama-lama sekolah”. Jika Anda sebagai seorang dosen atau orang tua murid, beranikah Anda mengatakan seperti itu? Pikir 200 kali mungkin ya? Kenapa Pak Ci berani mengatakan seperti itu? Justru karena beliau melihat potensi Carol yang bisa melesat lebih jauh dibanding jika ia tetap di bangku kuliahnya? Bagaimana dengan gelarnya sebagai seorang sarjana? Justru saat ia tidak mendapat gelar sarjana, tidak memberikan pilihan baginya menjadi seorang karyawan. Perlu diketahui, saat itu, Universitas Ciputra statusnya belum terakreditasi! Siapa sih orang tua yang mengijinkan anaknya sekolah seperti itu?

Sama halnya dengan Young Entrepreneur Academy (YEA) yang kami dirikan. Sengaja kami tidak mau memberikan sertifikat. Karena jika diberikan, biasanya akan dipakai untuk melamar pekerjaan. Siswa YEA akan diluluskan hanya jika “Mencapai OMSET USAHA minimum 50 juta rupiah perbulan dan NETT PROFIT 5 juta perbulan”. Gilanya lagi, mahasiswa YEA boleh membuat kesalahan, asalkan menanggung kesalahan itu bersama timnya. Sejak minggu pertama di YEA, mereka sudah berkompetisi dalam menjual dan menanggung kerugian jika tidak menang. Saat salah satu kelompok Event Organizer YEA angkatan 2 membuat kerugian 8 juta rupiah, merekalah yang harus menanggung kerugian yang telah mereka perbuat. Untungnya, meski masih berusia belasan tahun, mereka tahu bagaimana cara mencari uang untuk menutup kerugian itu. Inilah realitas kehidupan sebagai seorang pengusaha yang diajarkan ala YEA.

Pertanyaan saya kepada para orang tua:

Apakah anak Anda dipersiapkan menjadi karyawan atau pengusaha?
Apakah anak Anda bisa mandiri, (maaf) jika Anda meninggal nantinya?
Apakah Anda mengijinkan anak Anda berbuat kesalahan (bukan kejahatan)?
Apakah GELAR atau KETRAMPILAN yang lebih penting bagi anak Anda?
Apakah Anda memberikan ‘ikan’ atau mengajarinya ‘memancing’?
“Jangan biarkan anak Anda jadi kuli, kasihan!”
Ahli ilmu perilaku pernah mencoba memasukkan katak hidup dalam kuali yang berisi air mendidih. Spontan katak itu lompat melebihi batas lompatannya yang wajar. Percobaan kedua dilakukan dengan cara yang berbeda. Kuali berisi air dengan suhu normal, kemudian katak yang lain dimasukkan. Karena airnya bersuhu normal, katak tersebut tak melakukan perlawanan alias diam saja. Apalagi di dalam kuali tersebut telah berisi enceng gondok dan bunga teratai, seperti layaknya habitat sang katak. Perlahan-lahan suhu kuali dinaikkan dengan menggunakan pemanas listrik. Katak tersebut tidak bergeming, karena ia tidak benar-benar merasakan kenaikkan suhu tersebut. Sampai batas suhu air mendidih, katak tersebut tak melakukan perlawanan dan akhirnya mati. Apa pelajaran dari cerita tersebut?

Bukan hanya kegagalan yang menjadi musuh besar kita, keberhasilan, kemapanan juga musuh terselubung. Seseorang yang gagal, tidak ada pilihan bagi dirinya selain bangkit. Jadi, sangat ‘lumrah’ jika ia fight untuk bangkit dari keterpurukkannya. Namun beda halnya dengan seseorang yang telah mendapatkan keberhasilan, ia memiliki 2 pilihan, untuk menikmati dan terlena, atau membuat target-target pencapaian baru dan siap action lagi. Ambil contoh nyata dalam kehidupan kita, terutama di lingkungan pekerja. Mungkin Anda atau kawan Anda bergabung di suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang penuh dengan fasilitas dan proteksi, terutama sebagai pegawai negeri atau BUMN yang nyaris tidak mungkin dipecat. Apa yang mereka rasakan? Kenyamanan karena dimanjakan! Tidak ada salahnya dengan bergabung ke perusahaan seperti itu, bahkan itulah harapan sebagian besar orang. Namun hal itulah yang menjadi salah satu penyebab krisis mental bangsa ini. Kehilangan ‘fighting spirit’! Coba bandingkan Negara tetangga kita Singapura, yang proteksi terhadap karyawan perusahaan lemah. Kawan saya pernah bekerja di perusahaan perminyakan di Singapura, di-PHK dalam 2 kali 24 jam dengan alasan perampingan. Sekilas kita memandang alangkah tidak berperikemanusiaan mereka. Tapi di sisi lain, mereka dipersiapkan untuk waspada setiap saat.

Di dunia pengusaha, penyakit kemapanan juga dapat menghinggapi kita, namanya kehilangan momentum. Mereka yang sukses dalam usahanya, terlena dan meninggalkan pembelajaran. Semangat juang mereka hilang justru pada saat mereka mendapatkan apa yang telah diimpikannya. Tidak menjadi masalah selama usahanya tetap berkembang atau setidaknya stabil. Namun, seperti roda yang berputar, terkadang gejolak mengganggu tidur kita. Seperti saat krisis ini berlangsung, apa yang akan terjadi pada mereka yang ‘tidur’ terlalu lama? Mereka kelabakan mencari jalan keluar dari krisis. Tapi ternyata ‘peta’ yang mereka gunakan sudah usang. Masih untung jika masih punya semangat untuk bertarung lagi, kebanyakan dari mereka sudah ‘kegemukan’ dan kehilangan ‘momentum’. Bagaimana menghindarinya?


Ciptakan Tantangan

Bagi Anda yang berstatus sebagai karyawan, tantanglah bos Anda untuk memberikan kerjaan lebih atau baru, jika perlu mutasi. Boleh beristirahat dan menikmati pencapaian, tapi jangan lama-lama. Bagi Anda pengusaha yang sudah mapan, buatlah tantangan baru, misalnya dengan membuka cabang, franchise atau diversifikasi usaha. Buatlah otak Anda melar dengan permasalahan baru yang Anda hadapi. Bagi Anda yang belum sukses, berbaik sangkalah kepada Tuhan, berarti Ia sedang melatih diri Anda untuk lebih tangguh. Bukankah manusia yang beruntung adalah yang memanfaatkan waktu untuk selalu bertumbuh?

“Sukses bukanlah pencapaian, namun bertumbuh ke potensi maksimal yang diberikan Allah kepada kita”

SUMBER:ENTREPRENEUR YEA