27 Juli 2011

MENIKMATI KESULITAN HIDUP : PROSES ENTREPRENEUR

ENTREPRENEUR atau PENGUSAHA, suatu kata yang mudah diucapkan dan banyak yang memimpikan. Tetapi sebenarnya sangat mudah jika ingin jadi ENTREPRENEUR atau PENGUSAHA kelas wahid yang beretos baja. Tips nya diantaranya adalah :
1. Dari Karyawan menuju Pengusaha, Why Not?
Tunjukkan komitmen Anda, perubahan pandangan atau pola berpikir karyawan atau profesional menjadi pola pikir entrepreneur diperlukan revolusi yang sangat radikal dalam mental dan pikiran seseorang. Banyak sekali ketakutan dan kekhawatiran dalam benak seseorang apabila ingin berubah status dari karyawan menjadi pengusaha. Permasalahan yang banyak dihadapi adalah belum siapnya mental sesorang untuk mengurusi kebutuhan diri sendiri secara total serta komitmen yang tinggi. Tanpa adanya komitmen yang maksimal maka dikhawatirkan sesorang akan mengalami frustasi dan kegamangan dalam menjalani proses ‘banting tulangnya’ menjadi seorang pengusaha. Adanya komitmen yang tinggi diperlukan untuk memberikan spirit dan ’semangat’ supaya seseorang mempunyai kemauan keras dan usaha yang pantang menyerah serta mampu menumbuhkan etos kerja keras yang maksimal.

2.Pengalaman itu Penting Bung…
Jadikan pengalaman kerja, ketrampilan atau hobi sebagai modal wirausaha, sebelum melakukan pilihan jenis bisnis mana yang akan dijalani oleh seseorang maka alangkah bijaksananya untuk menginventarisasi kompetensi dan pengetahuan yang telah dimilikinya sebagai modal berwiraswasta. Tujuannya supaya seseorang mampu memilih bidang usaha yang mempunyai fondasi cukup kuat dalam dirinya serta selalu senang dan bersemangat mengelola bisnisnya.

3. Jadikan Hobi sebagai Bidang Usaha
Banyak contoh pengusaha yang memulai bisnisnya dari hobi yang disukainya dan ternyata membawa kesuksesan yang luar biasa. Oleh karena itu jangan remehkan hobi yang Anda miliki sekarang seperti memotret, membuat masakan, merawat mobil, mendesain rumah, siapa tahu bisa menjadi peluang bisnis.

4. Tampil Beda & Trendsetter ( I’m a Leader )
Berani tampil beda, untuk menjalankan bisnis kita supaya lebih sukses maka ada salah satu strategi yang bisa dilakukan yaitu membuat produk bisnis dan jenis usaha yang dikelola dengan ‘usaha tampil beda’ atau mampu melaksanakan differentiating strategy. Dengan tampil beda berarti produk atau jasa tersebut mempunyai keunggulan atau kelebihan yang tidak ada pada produk atau jasa lain yang sejenis. Kunci ‘tampil beda’ dalam mengelola bisnis baru diharapkan mampu menjadi produk yang menguntungkan. Terapkan strategi ‘tampil beda’ pada bidang usaha Anda, sehinggga bisnis Anda bisa mempunyai “nice market” di pasar konsumen yang semakin ketat persaingannya.
5. Efisiensi Modal & Memaksimakan Hutang dengan “Smart”
Gunakan modal seaman dan sehemat mungkin, untuk memulai usaha serta wiraswasta secara cerdas dan bijaksana maka gunakanlah modal secukupnya dan sehemat mungkin. Evaluasi kebijakan modal investasi secara konservatif dan gunakan uang modal secara bijaksana. Dengan melakukan penghematan dan kontrol modal investasi diharapkan apabila Anda mengalami kegagalan awal dalam mengelola bisnis maka jumlah kerugian yang dialami tidak akan begitu besar yang akan membuat Anda jera memulai bisnis baru lainnya. Teknik lainnya, yaitu gunakanlah uang secara aman dan mempunyai konsep yang penting lainnya yaitu pilihlah sumber uang yang tidak mempunyai beban atau kewajiban pembayaran suku bunga yang ketat. Pernyataan “Jangan takut hutang” adalah salah satu kunci keberhasilan. tapi jangan salah mengartikan.
6. Modal Mental
Sebesar apapun usaha kita, sebesar apapun modal kita, tanpa diimbangi dengan Mental baja, apapun usaha kita tidak akan bisa Maju, Lancar & Gemilang.Siapkan modal mental,keuletan dan ketekunan, untuk menjadi sukses sebagai wiraswastawan dibutuhkan beberapa modal yang sangat penting yaitu antara lain modal pengetahuan (knowledge capital), modal investasi (investment capital) serta modal ketekunan atau keuletan.

7. Relasi & Marketing
Perbanyak relasi dan analisa terus pemasaran, kunci sukses seorang dalam mengelola usahanya salah satunya yaitu dengan adanya dukungan jaringan pemasaran, distribusi serta promosi produk dan jasa yang dikelolanya. Cara untuk dapat menambah relasi dan jaringan pemasaran yang luas yaitu dengan cara lebih proaktif serta lebih agresif untuk menambah jumlah calon konsumen yang dimilikinya. Lakukanlah pemasaran yang proaktif dan agresif karena setiap produk mempunyai peluang pasar yang harus direbut secepatnya kalau tidak maka produk dan jasa orang lain yang akan merebut hati konsumen.
8. Jangan Takut Gagal
Jangan takut gagal, kegagalan apabila berani mencoba lagi adalah awal langkah menuju kesuksesan. Kata gagal merupakan momok bagi banyak orang untuk melakukan sesuatu usaha baru. Apabila Anda membuat usaha bisnis yang baru maka perasaan rasa ketakutan dan kegagalan selalu menghantui diri Anda. Di sinilah dimulai tantangan untuk untuk tidak takut gagal dalam memulai usaha baru. Oleh karena itu bagi Anda yang ingin mencoba berbisnis, jangan sekali-kali takut pada kegagalan, karena kegagalan adalah bagian proses menuju kesuksesan bisnis Anda

9. Be “On-time”
Karena kita pengusaha,biasanya kita jadi Big Bos minimal bagi diri kita sendiri. Dan terkadang para “entrepreneur pemula” suka mempunyai penyakit Molor & Malas. Kenapa? Karena kita adalah bos bagi kita sendiri. Jika itu sampai mendarah daging dalam diri anda. Kehancuran pasti tinggal Menghitung hari.SUMBER:ENTREPRENEUR

11 SIKAP DAN KEBIASAN entrepreneur / PENGUSAHA
1. Mandiri / Tidak Terlalu Bergantung pada Orang Lain
Mereka ingin mengendalikan masa depan mereka sendiri, sehingga mereka memutuskan untuk menjadi bos bagi diri sendiri, bukannya menjadi budak bagi orang lain.

2. Gigih dan Bertekad Bulat
Mereka gigih berusaha untuk mewujudkan cita-cita, meski dihadang oleh hambatan yang mereka temui di tengah perjalanan mereka. Kegigihan dan kebulatan tekad mereka diperkuat oleh suatu bahan bakar yang bernama keinginan membara untuk mencapai tujuan keberhasilan dalam bidang bisnis mereka masing-masing.

3. Percaya Diri
Kemandirian mereka juga disertai dengan kepercayaan diri. Mereka percaya akan kemampuan mereka sendiri, dan mereka memastikan bahwa mereka berusaha sebaik mungkin dan sekaligus mengharapkan hasil terbaik dari usaha mereka. Dunia bisnis sangatlah kompetitif, dan dunia bisnis bukanlah tempat yang cocok untuk orang-orang yang hanya setengah hati dalam berbisnis.

4. Kreatif
Dalam dunia bisnis, seseorang tak bisa terus bersikap puas dan tidak kreatif, kecuali ia ingin tertinggal oleh kompetitornya yang lain. Karena itu, ia harus kreatif agar bisa memunculkan ide-ide baru, sekaligus agar bisa memunculkan solusi untuk masalah yang menghambat bisnisnya.

Orang yang kreatif biasanya selalu ingin tahu dan fleksibel dalam berpikir. Mereka mampu mengamati lingkungan dan menangkap atau menciptakan peluang usaha.

5. Terorganisasi dan Goal-oriented / berorientasi pada tujuan
Seorang entrepreneur tahu nilai dari suatu organisasi dalam usahanya berbisnis. Setiap usaha harus difokuskan untuk mencapai sasaran. Entrepreneur atau pengusaha yang baik akan merencanakan langkah-langkahnya, sehingga ia bisa menyelesaikan pekerjaan dengan waktu yang lebih singkat.

6. Visioner
Seorang pengusaha memiliki visi untuk masa depannya. Dalam setiap usahanya, ia dibimbing oleh visinya. Visinya bisa berupa visi jangka pendek, menengah, atau panjang, yang semuanya berfungsi untuk mengembangkan bisnis mereka.

7. Berani mengambil risiko dan mentoleransi kegagalan

Pengusaha yang baik tahu bahwa kegagalan itu biasa dalam berbisnis. Mereka tidak menyerah dan selalu mengambil pelajaran dari kegagalan yang mereka temui, kemudian mereka selalu melanjutkan perjalanan mereka.

8. Bekerja keras
Tak akan ada keberhasilan tanpa kerja keras.

9. Tahu dan peduli masalah keuangan
Pengusaha yang sukses tahu akan nilai / value dari uang, dan mereka bersikap hati-hati tentang keuangan. Biasanya, pengusaha yang sukses telah belajar tentang nilai uang dan bagaimana mengatur keuangan sejak dini. Banyak dari mereka yang tahu bagaimana menghargai nilai uang dengan cara mencari uang ketika masih kecil, seperti misalnya dengan menjual koran atau memotong rumput tetangga.

10. Komitmen
Seorang pengusaha tak akan bisa sukses jika ia sudah menyerah ketika melihat satu tanda-tanda masalah.

11. Jujur
Tanda seorang pengusaha sukses terwujud dari cara kerjanya yang jujur, yang nantinya akan menuntun pada reputasi yang bagus serta hubungan yang baik dengan rekan bisnis maupun pelanggan.
SUMBER: ENTREPRENEUR

Menjadi seorang yang mandiri adalah dambaan semua orang. Mampu berdiri sendiri dan bertahan di dunia yang semakin kompetitif ini merupakan impian semua orang. Salah satu caranya adalah dengan bekerja. Namun pada kenyataannya lapangan pekerjaan sangat terbatas, sementara jumlah jobseeker semakin bertambah. Hal inilah yang mendesak orang untuk berusaha lebih mandiri dan menjadi seorang entrepreneur atau pengusaha.
Konsep entrepreneurship sebaiknya sudah ditanamkan pada anak muda sejak dini, terutama pada mahasiswa. Tak sedikit dari universitas yang memberikan entrepreneurship education di perguruan tinggi mereka. Dengan tujuan tak lain dengan harapan mereka bisa madiri. Tak sedikit pun anak muda mencoba untuk membuka usaha masing-masing dan berhasil. Sebaliknya, jumlah wirausaha yang gagal juga tak sedikit. Penyebabnya bisa karena kalah dalam persaingan atau kurangnya bekal entrepreneurship education sehingga resiko-resiko yang ada tidak dapat diatasi. Untuk mencegah hal tersebut, Solusilunas.com menawarkan pelatihan entrepreneurship education untuk para siswa yang ingin menjadi entrepreneur handal. Program Entrepreneurship for Student yang ditawarkan situs ini menjadi solusi yang tepat untuk mereka yang ingin menjadi pengusaha sukses di usia muda. Program ini menekankan pada pembekalan mengenai motivasi, kemampuan teknis, serta pengetahuan-pengetahuan lainnya yang dibutuhkan untuk menjadi seorang entrepreneur.
Tak dibatasi gender atau usia, baik pria maupun wanita, muda atau tua, semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pengusaha. Dengan semangat dan motivasi yang kuat serta entrepreneurship education yang cukup, semua berbakat menjadi pengusaha yang handal. Jadi janganlah ragu untuk menjadi seorang pengusaha.

Setelah memiliki sikap mental positif sebagai landasan untuk menjadi entrepreneur, menciptakan mimpi dan berusaha mengejarnya, mengambil langkah dengan memulai bisnis tanpa uang, mengetahui rahasia atau strategi melambungkan bisnis, maka langkah kelima adalah menerima kegagalan sebagai pelajaran. Kegagalan merupakan label yang seringkali kita hubungkan dengan suatu tindakan yang tidak berhasil dan begitu diterapkan, label ini membuat kita dikatakan orang yang tidak mampu atau orang yang gagal. Hal ini menurunkan semangat kita untuk menjadi orang yang sukses.
Pada saat kita masih kecil, kegagalan tidak mempunyai makna, karena kita tidak mempunyai konsep “kegagalan”. Jika kita memiliki konsep kegagalan, maka kita tidak akan dapat berbicara, karena kita hanya dapat menangis. Bila kita ingin minum susu ibu, maka kita cukup menangis, ibu kita sudah tahu. Bila kencing, kedinginan ataupun kepanasan cukup menangis langsung direspon oleh orang tua. Mulai sepatah kata yang tidak jelas meluncur dari mulut, meskipun tidak jelas kedua orang tua kita tidak menganggap bahwa merupakan kegagalan, bahkan sebaliknya merupakan keberhasilan, mereka sudah sangat senang, sehingga akhirnya kita dapat berbicara.
Demikian pula dari hanya bisa tidur terlentang, tengkurap, duduk, mulai merangkak, latihan berjalan dengan jatuh tidak terhitung jumlahnya. Orang di sekitar tidak mencemooh ketika jatuh, tidak mencaci ketika menangis kesakitan, tetapi memeluk, menciumi, menimang-nimang, menghibur, memotivasi untuk belajar berjalan kembali dengan susah payah, tetapi akhirnya kita dapat berjalan. Andaikata pada waktu kecil, kita mempunyai konsep “kegagalan” maka kita tidak akan pernah dapat berbicara, berjalan, menulis, membaca dan sebagainya. Kita sangat beruntung dan bersyukur kepada Allah mempunyai orang tua yang tidak mengajarkan konsep “kegagalan” ketika masih kecil. Memanglah, sesungguhnya kegagalan itu “tidak ada”, yang ada hanyalah hasilnya tidak sesuai dengan yang kita inginkan atau kegagalan itu hanyalah merupakan umpan balik untuk menggapai kesuksesan atau kegagalan itu hanyalah suatu informasi yang kita butuhkan dan berusaha untuk menggali lebih dalam agar kita dapat memanfaatkan untuk meraih kesuksesan.
Pengalaman saya ketika pertama kali diajarkan berjualan kedondong oleh Nenek saya, maka saya berjualan kedodong berangkat pagi menuju sekolah, kemudian menggelar selembar koran dan menjajakan kedondong di atas koran tersebut. Dari jam 6 pagi sampai jam 7 pagi, saat lonceng tanda masuk sekolah dibunyikan, tidak seorangpun yang membeli kedondong saya. Kemudian dagangan saya tersebut saya kemasi, kedondong bersama koran sebagai alas untuk berjualan, saya masukkan ransel sekolah. Dalam bahasa kita, tidak ada yang membeli adalah “kegagalan”, tetapi sesungguhnya memberi umpan balik atau informasi, tidak ada yang membeli kedodong di pagi hari, karena takut makan kedodong kalau perutnya sakit atau informasi bahwa karena pagi hari sudah sarapan, maka sudah kenyang dan sebagainya. Ketika waktu istirahat tiba, saya menggelar dagangan kembali. Ada dua gadis kecil kawan saya sekelas yang membeli kedondong, barangkali kasihan sama saya. “Berapa Yan harganya?” mereka bertanya. “Lima rupiah dapat tiga” jawab saya. “Diibuhi ya?” mereka meminta tambahan. “Ya. Silakan” jawab saya. Dua gadis kecil itulah yang membeli kedondong saya. Dari situlah, Yanto kecil itu tidak lagi menjual kedodong di pagi hari, ia akhirnya menjual kedodong di siang hari atau di sore hari. Demikian pula dalam dunia bisnis, kita juga dapat menggunakan konsep yang tidak mengenal kegagalan seperti pada saat masa kecil, maka Insya Allah kita akan berhasil dalam mengelola bisnis. Baca Lebih rinci pada Buku :The Accidental Entrepreneur: The 50 Things I Wish Someone Had Told Me About Starting a Business(See all Small Business & Entrepreneurship Books)
Kegagalan merupakan label yang seringkali kita hubungkan dengan suatu tindakan yang tidak berhasil dan begitu diterapkan, label ini membuat kita dikatakan orang yang tidak mampu. Hal ini menurunkan semangat kita untuk menjadi orang yang sukses. Pada saat kita masih kecil, kegagalan tidak mempunyai makna, karena kita tidak mempunyai konsep “kegagalan”. Jika kita memiliki konsep kegagalan, maka kita tidak akan dapat berbicara, tidak akan dapat menulis dan tidak akan dapat berjalan. Karena untuk berbicara, menulis dan berjalan harus melalui kegagalan yang tak terhitung jumlahnya. Demikian juga dalam dunia bisnis juga dapat meniru kegagalan kita di masa kecil dan kita dapat belajar dari kegagalan tersebut.
Coca-Cola mengalami kegagalan pada tahun pertama penjualannya. Penjualan dilakukan dengan menempatkan Coca-Cola pada tempat minuman di Apotek dan menghabiskan dana 73,96 dolar untuk melakukan promosi lewat spanduk dan kupon iklan. Kegagalan tersebut membuat Coca-Cola membuat kesadaran adanya media lain, yaitu media massa yang mempunyai kekuatan lebih disbanding media lainnya saat itu dan mempromosikan Coca-Cola dengan suasana kegembiraan.
Matsushita memproduksi untuk pertama kali adalah adaptor steker. Adaptor ini sesungguhnya telah diusulkannya kepada majikannya terdahulu tetapi tidak memperoleh tanggapan. Untuk membuat produk ini, Matsushita bersama empat kawannya membutuhkan waktu empat bulan. Setelah produk ini jadi, ternyata tidak seorangpun mau membeli produk ini.
Pada tahun 1993, Compaq yang pada saat itu sebagai pemimpin pasar penjualan PC, melalukan pemotongan harga untuk menyaingi Dell. Hasilnya Dell Computer menderita kerugian 65 juta dolar pada enam bulan pertama, yang menyebabkan hampir bangkrut. Dell belajar dari kegagalan ini. Ia mencoba mencari cara lain untuk menjual komputer. Akhirnya Dell melakukan perubahan yang sangat mendasar dalam proses bisnisnya yang disebut rekayasa ulang. dalam bisnisnya dengan mengenalkan E-Commerce. Pada 1999, Dell dapat menjual 1,7 juta dolar per hari lewat situs E-Commercnya. Saham Dell naik 2000 persen dalam dua tahun. Dell mampu bersaing dengan perusahaan berkelas dunia seperti IBM, Compaq, HP, dan Bell-Nec. Bahkan pangsa pasar dan keuntungannya terus meningkat dan akhirnya menjadi penjual PC terbesar di dunia.
Ketika saya memulai usaha bersama kawan-kawan, sayapun mengalami kegagalan yang berulang ulang. Diawali dengan kegagalan saya menjadi Salesman Buku, Salesman telex lewat telepon, dan Salesman bahan pengkilap mobil. Primagama yang hanya mendapatkan 2 siswa pada hal telah melakukan promosi yang cukup gencar. CV. Wijaya, yaitu perusahaan yang melayani jasa perawatan mobil yang akhirnya mati. Demikian juga memulai usaha pusat pendidikan komputer “IMKI”, hanya mendapatkan 3 siswa serta AMIKOM hanya dipercaya oleh 6 siswa. Saya bersama kawan-kawan mencoba untuk belajar dari kegagalan, kemudian melakukan koreksi dan mecoba memperbaikinya untuk meraih keberhasilan.SUMBER: ENTREPRENEUR

26 Juli 2011

Berani Mencoba ?

Dalam buku Dare to Try di awali dengan tulisan sbb:

We were born to Try …
try to walk,
try to talk,
try tpo read,
try to graduate from school,
try to achieve great career,
try to build a business,
try to love someone,
try to build a family,
try to make a better life,
try to survive,

We’ll never stop trying unless we have died.
All things that have happened to us are the result of our trial.

Jika kita perhatikan tulisan di atas, tampak bahwa keseluruhan hidup manusia adalah terdiri dari rangkaian mencoba dan mencoba. Mulai dari mencoba belajar berjalan, sampai dengan membangun keluarga adalah diawali dengan aktivitas mencoba. Bayangkan seandainya anak kecil tidak berani mencoba memulai belajar berjalan, anak-anak takut mencoba belajar membaca, remaja takut mencoba menjalin hubungan cinta, dan orang-orang dewasa takut mencoba survival. Apa jadinya ? Tentu tidak akan ada kehidupan.

Lalu apa jadinya jika ada individu tidak memiliki keberanian untuk melakukan percobaan-percobaan seperti itu ? Tentulah, he has died. Kehidupan seperti itu adalah kehidupan yang mati alias hidup dalam kematian.

David Mc Clelland membuat kupasan yang menarik dari sisi psikologi tentang entrepreneur ini. Dalam bukunya The Achieving Society ( 1961 ), ia menguraikan bahwa ‘dorongan untuk mencapai keberhasilan’ merupakan faktor determinan, tidak saja bagi keberhasilan individu, tapi juga bangsa dalam memperoleh kemajuan hidup. Artinya, berhasil tidaknya sebuah bangsa dalam melaksanakan pembangunan bergantung pada jumlah penduduk yang mempunyai ‘dorongan untuk berhasil’ need for achieving ini. Dorongan ini oleh David Mc Clelland dinamakan ‘virus N Ach’.

Mengapa disebut virus ? Dalam penelitiannya terhadap bangsa-bangsa, Mc Clelland menemukan unsur-unsur yang dapat menggerakkan penduduk agar memiliki nilai-nilai yang mampu mendorong orang untuk selalu ingin berprestasi.

Nilai-nilai yang bagaimanakah yang disebut Mc Clelland virus tersebut ?

Menurut ahli psikologi ini, “seseorang yang terjangkit virus ini menampilkan perilaku yang berani mengambil resiko selalu ingin meraih prestasi, bekerja keras, , dan penuh tanggungjawab.”

Jadi, keberanian untuk mengambil resiko merupakan dasar dari orang yang selalu ingin meraih prestasi. Setelah itu, barulah kegemaran bekerja keras dan dimilikinya mental tanggung jawab. Mengapa keberanian mengambil resiko diletakkan sebagai basic dari “need for achievemen” ? Karena tidak akan ada kegemaran bekerja keras dan mental bertanggungjawab dari orang-orang yang tidak memiliki keberanian untuk mengambil resiko.

Orang yang tidak berani mengambil resiko sama dengan orang yang tidak berani mencoba segala hal. Setiap mencoba sesuatu, kita pasti dihadapkan dengan salah satu dari dua akibat, yakni keberhasilan dan kegagalan.

Orang-orang yang tidak berani mengambil resiko adalah orang-orang yang tidak memiliki kesiapan menerima kegagalan. Sebenarnya kegagalan tersebut tidak pernah menyakiti seseorang. Kegagalan bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Tapi, mengapa kebanyakan orang takut mengalami kegagalan ?

Hal ini merupakan kebudayaan yang dibawa oleh orang-orang dewasa. Mereka ini menyebarkan tahayul-tahayul mengenai kegagalan ini :“kegagalan adalah aib yang memalukan”, “kegagalan menunjukkan kebodohan, dan tersingkapnya kebodohan merupakan sesuatu yang memalukan”, “kegagalan menunjukkan ketidakmampuan dan ketidakmampuan ini merupakan sesuatu yang memalukan”, dan seterusnya.

Jadi, kegagalan bukanlah sesuatu yang menyakitkan, tetapi pandangan kita yang berupa tahayul-tahayul itulah yang membuat kita merasa sakit ketika menerima kegagalan. Karena ketakutan menerima kesakitan itulah yang menyebabkan kita tidak berani menerima kegagalan, yang selanjutnya menjadi tidak berani mencoba.

Fitrah Manusia : Berani Mencoba

Tuhan memberkati semua manusia tanpa terkecuali dengan keberanian untuk mencoba. Buktinya: Setiap anak yang tidak cacat pasti bisa berjalan dan berbicara. Bukankah kemampuan berbicara dan berjalan pasti dimulai dengan mencoba belajar berjalan dan berbicara. Dan dalam percobaan tersebut pasti menglami berkali-kali kegagalan ? Tapi karena anak-anak belum ‘terjangkiti tahayul-tahayul mengenai kegagalan’ anak-anak tetap bersemangat untuk mencobanya lagi hingga akhirnya berhasil.
Tapi sayangnya, berkah Tuhan tersebut ‘dicemari oleh tahayul-tahayul yang dibuat oleh manusia sendiri. Internalisasi tahayul-tahayul tersebut terutama diawali dalam dunia pendidikan formal, sebuah institusi masyarakat yang seharusnya mendukung aspek-aspek kehidupan manusia yang positif. Bobbi de Porter dkk dalam buku Quantum Learning memberi ilustrasi sebagai berikut :

Marilah kita lihat beberapa tonggak belajar pada usia awal seorang anak yang normal dan sehat. Peluangnya adalah bahwa anak ini sangat mirip dengan Anda dahulu. Saat Anda merayakan ulang tahun pertama, mungkin Anda telah belajar berjalan- suatu proses yang rumit yang hampir-hampir mustahil untuk dijelaskan dengan kata-kata atau diajarkan tanpa mendemonstrasikannya. Meski demikian,Anda dapat melakukannya walau dengan berkali-kali terjatuh. Mengapa begitu ? Sebagai orang dewasa, tentu Anda dapat mengingat beberapa kasus ketika Anda menyerah mempelajari sesuatu yang baru setelah gagal satu atau dua kali. Jadi, mengapa Anda mencoba dan mencoba lagi ketika Anda sedang belajar berjalan ?

Jawabnya adalah Anda tidak mengenal konsep kegagalan.Untuk membantu,orang tua Anda meyakinkan bahwa Anda bisa melakukannya jika terus berusaha dan mereka selalu mendampingi Anda untuk memberi dorongan. Setiap keberhasilan diakhiri dengan kegembiraan dan tepukan, yang memompa diri Anda.

Saat Anda berusia sekitar dua tahun, Anda mulai berkomunikasi dengan ketrampilan yang Anda pelajari tanpa buku tata bahasa, sekolah, atau ujian. Nyatanya, sebelum ulang tahun kelima,Anda sudah mempelajari 90% semua kata yang selalu Anda gunakan selama hidup. Dan jika Anda tinggal di dalam rumah yang menggunakan lebih dari satu bahasa, mungkin Anda akan lancar menggunakan kedua bahasa tersebut.

Pada usia enam tahun,Anda memasuki sebuah fase ,yang oleh para ahli disebut tersulit-yakni Anda belajar membaca. Anda melakukan ini berkat kekuatan luar biasa otak Anda.

Lalu pada suatu hari, mungkin di kelas satu atau kelas dua, guru Anda berkata,”Siapa yang dapat menjawab pertanyaan ini ?” Anda mengacungkan tangan sembari bergeser ke ujung tempat duduk dengan bersemangat hingga guru itu memanggil nama Anda. Dengan penuh keyakinan Anda menjawabnmya.Lalu Anda mendengar beberapa anak tertawa dan guru Anda berkata,”Tidak, itu salah. Saya heran melihatmu.”

Anda merasa malu sekali dihadapan teman-teman dan guru Anda, yang merupakan tokoh penting dalam hidup Anda saat itu. Keyakinan Anda terguncang, dan benih-benih keraguan mulai tertanam dalam jiwa Anda. Bagi banyak orang, inilah awal terbentuknya citra negatif diri. Sejak saat itu, belajar menjadi tugas berat. Keraguan tumbuh dalam diri Anda, dan Anda mulai mengurangi resiko sedikit demi sedikit.

Jack Canfield, pakar kepercayaan-diri, melaporkan bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau yang bersifat mendukung. Umpan balik negatif yang kontinyu ini sangat berbahaya. Setelah beberapa tahun bersekolah, “kemandekan belajar” yang sesungguhnya terjadi, dan anak-anak menghalangi/menutupi pengalaman belajar secara tidak sadar. Saat lulus Sekolah Dasar, kata belajar membuat murid merasa tegang dan terbebani. Dengan fakta ini, membuat kita harus segera sadar bahwa komentar-komentar negatif dapat membuat citra diri yang negatif. Karena itu jika suatu saat Anda menerima komentar semacam itu, abaikanlah!

Karena kita semua telah terjangkit tahayul-tahayul yang dibuat umat manusia sehingga selalu mengalami ketakutan untuk mencoba sesuatu, maka tugas kita adalah membenahi diri dengan membuang tahayul-tahayul tersebut. Membaca buku Dare to Try merupakan salah satu upaya tersebut.

oleh : Rohadi Wicaksono (Ketua Pengurus Yayasan Putera Indonesia Malang )

( http://rohadieducation.wordpress.com )

10 Juli 2011

JENIS PEMBELAJARAN YANG BISA DITERAPKAN PADA KBM GEOGRAFI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 TASIKMALAYA















GEOGRAFI
SOSIOLOGI
SMA MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
PENDIDIKAN

MENJADI MANUSIA LUAR BIASA


Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. ( QS. Al Baqarah : 155 )
Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfaal : 66)

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah : 214)
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.(QS. Luqman : 31)
Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( QS. An Nahl : 110 )
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ( QS. At Taghabun: 11 )
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. ( QS. An Nahl : 96 )
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran : 142)
Berlian adalah sebongkah batu yang menjadi berharga setelah melalui proses yang keras, yaitu dipoles dan digosok.
Pohon yang sering diterpa angin bukan saja semakin kekar, tetapi akarnya juga tumbuh semakin dalam dan menghujam ke tanah.
Semakin gelap langit, semakin terang kelihatan bintang-bintangnya.
Setelah melewati lembah yang tinggi dan jurang yang dalam, barulah anda dapat menilai keindahan gunung yang tertinggi.
Lebih banyak kecelakaan kendaraan terjadi di jalan tol yang lancar daripada di pegunungan yang penuh dengan kelokan.
Sebuah batu yang keras bisa berlubang oleh tetesan air yang jatuh di atasnya setetes demi setetes.
Kita tidak mungkin menemukan lautan biru jika tidak berani berlayar jauh dari pantai.
Pohon yang berebut mendapatkan cahaya matahari di hutan rimba lebih kuat daripada tumbuhan yang menjalar pada batang dan dahan. Atau tumbuhan pakis yang tertutup daun.
Kesuksesan lahir dari banyak kegagalan melalui proses perbaikan.
Kegagalan adalah peluang untuk memulai lebih bijak dan cerdas.
Yang dilihat orang pada kesuksesan saya hanya 1 %. Tetapi apa yang tidak mereka lihat adalah 99 %, yaitu kegagalan-kegagalan saya. (Soichiro Honda)
Saya telah mendapati bahwa ukuran kesuksesan bukan sekedar tergantung pada prestasi yang telah dicapai, tetapi juga tergantung pada berapa kali dan berapa tahap kesukaran telah diatasi dalam mencapai kedudukan itu.(Dr. Booker T. Washington)
Titik baik dalam kehidupan mereka yang berhasil biasanya datang pada saat suatu krisis, yang memperkenalkan mereka kepada “ diri mereka yang lain “ . (Napoleon Hill)
Tidak ada kesuksesan sejati tanpa penolakan. Semakin banyak penolakan yang anda alami, semakin unggul, semakin banyak belajar, dan semakin dekat dengan harapan anda. (Anthony Robbins)

Pemahaman Pembelajaran Ber-Karakter – Eksplorasi, Elaborasi & Konfirmasi


Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penenaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran.

Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar.

Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Distribusi penanaman nilai-nilai utama dalam tiap mata pelajaran dapat dilihat sebagai berikut:

Pendidikan Agama: Nilai utama yang ditanamkan antara lain: religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil.
Pendidikan Kewargaan Negara: Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, mengahrgai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
Bahasa Indonesia: Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
Ilmu Pengetahuan Sosial: Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
Ilmu Pengetahuan Alam: Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
Bahasa Inggris: Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial
Seni Budaya: Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
Penjasorkes: Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain
TIK/Ketrampilan: Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
Muatan Lokal: Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.
Bagaimana kesemuanya diaplikasikan? Setiap nilai utama tersebut dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi.

Bagian pertama adalah Eksplorasi, antara lain dengan cara:

Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
Bagian kedua adalah Elaborasi, nilai-nilai yang dapat ditanamkan antara lain:

Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Dan bagian ketiga adalah konfirmasi, nilai-nilainya antara lain:

Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis)
Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
Penanaman nilai inilah yang nantinya diharapkan akan menjadikan peserta didik menjadi lebih berkarakter.
SMA MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

09 Juli 2011

Technopreneurship

Kompetensi Technopreneurship
Guru yang memiliki jiwa Technopreneurship (teknologi dan jiwa kewirausahaan) adalah mereka yang selalu melakukan pengembangan ilmu pengetahuan berbasis teknologi dan kewirausahaan. Kompetensi TIK saat ini sudah bukan menjadi kewajiban, melainkan kebutuhan. Penguasaan TIK akan sangat membantu proses pembelajaran dan pengembangan karir ke depan.

Dasar kewirausahaan Guru masa depan:
* Visi, Misi & Manajemen Diri
Guru, dalam pemahaman lebih personal, harus pula memiliki visi misi yang jelas serta manajemen diri yang terukur dan terstruktur.
Sebagai contoh, seorang Guru yang memiliki visi misi menjadi penulis, maka dia akan berupaya mengikuti kegiatan workshop menulis.

* Membangun Brand
Brand atau merek adalah kesan yang kuat dalam pikiran orang lain pada produk, jasa ataupun individu (Eleri Sampson, Build Your Personal Brand). Sebagai Guru pun harus dapat membangun ‘merek’ yang istimewa di hadapan murid, orang tua sesama profesi Guru ataupun pihak atasan.

Dalam konsep Marketing Strategy (Strategi Pemasaran) perusahaan, dikenal istilah STP (Segmentation, Targeting & Positioning). Konsep ini dapat pula diimplementasikan untuk mengembangkan karir dan masa depan Guru, dengan pemahaman sebagai berikut:

Segmentation, seorang Guru sejak awal sudah harus menentukan kompetensi apa yang akan menjadi prioritas, menentukan pihak-pihak yang akan berhubungan dengan diri, serta prioritas kegiatan yang akan diikuti sehingga mendukung proyeksi masa depan.

Targeting, setiap Guru harus memiliki tujuan/goal dan tahapan-tahapan target yang jelas.

Positioning, seorang Guru sejak awal dapat memahami posisi saat ini, dan harus melakukan apa memposisikan diri ke depan; sebagai peneliti, penulis buku/artikel, atau pemimpin bagi diri, kelas, kelompok, sekolah, group sekolah, dan sete rusnya.

Guru yang berkemampuan “TECHNOPRENEURSHIP” (Teknologi dan Jiwa Kewirausahaan), tak akan pernah ketinggalan jaman, karena semua informasi dapat diakses dan dianalisa terlebih dahulu sebelum karyanya diterbitkan.

Pertanyaan selanjutnya? Sudahkah Guru memiliki kemampuan daya analisa yang memajukan kemanusiaan tertinggi sebagai manusia? Di tengah kemajuan teknologi, kemajuan diri sebagai manusia tetaplah menjadi yang utama.

Bukan karena tidak ada rintangan kita menjadi optimis tapi karena kita optimis rintangan menjadi tidak ada

Bukan karena semua baik kita tersenyum tapi karena kita tersenyum semuanya menjadi baik.

Memang hidup kita penuh berkah….(M Arif Romadoni)
MENJADI PENGUSAHA
GURU KREATIF
GURU INOVATIF
GURU INSPIRATIF
GURU ABAD 21

07 Juli 2011

Pengembangan Kurikulum: Siklus Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfimasi


Kegiatan pembelajaran terdiri atas pendahuluan, inti, penilaian dan penutup. Salah satu model pendekatan proses bersiklus ialah eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam hal ini guru minimal menguasai aplikasi siklus tersebut. Syukur kalau guru dapat menguasai siklus lain sehingga proses pembelajaran lebih variatif.
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru melibatkan siswa mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi siswa berinteraksi sehingga siswa aktif, medorong siswa mengamati berbagai gejala, menangkap tanda-tanda yang membedakan dengan gejalan pada peristiwa lain, mengamati objek di lapangan dan labolatorium.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru mendorong siswa membaca dan menuliskan hasil eksplorasi, mendiskusikan, mendengar pendapat, untuk lebih mendalami sesuatu, menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen, mendalami pengetahuan tentang sesuatu, membangun kesepakatan melalui kegaitan kooperatif dan kolaborasi, membiasakan peserta didik membaca dan menulis, menguji prediksi atau hipotesis, menyimpulkan bersama, dan menyusun laporan atau tulisan, menyajikan hasil belajar.
Konfirmasi
Dalam ini guru memberikan umpan balik terhadap yang siswa hasilkan melalui pengalaman belajar, memberikan apresiasi terhadap kekuatan dan kelemahan hasil belajar dengan menggunakan teori yang guru kuasi, menambah informasi yang seharusnya siswa kuasai, mendorong siswa untuk menggunakan pengetahuan lebih lanjut dari sumber yang terpecaya untuk lebih menguatkan penguasaan kompetensi belajar agar lebih bermakna. Dan, setelah memeperoleh keyakinan maka siswa dalam mengerjakan tugas-tugas untuk mengasilkan produk belajar yang kongkrit dan kontekstual.Guru membantu siswa menyelesikan masalah dan menerapkan ilmu dalam aktivitas yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Elaborasi, Eksplorasi, dan Konfirmasi

Paradigma behaviorisme dan kognitivisme
Behaviorisme adalah teori yang berlandaskan pada prinsip stimulus-respon. Menurut teori ini seluruh perilaku manusia muncul karena rangsangan eksternal. Tokoh yang berkontribusi pada teori ini di antaranya adalah Ivan Pavlov. Dengan menggunakan teori itu sebagai dasar pengelolaan kegiatan pembelajaran, peran utama pendidik sebagai faktor eksternal harus memberikan rangsangan kepada siswa agar siswa mampu merespon dengan baik serta meningkatkan perhatian atas apa yang harus dipelajarinya. Guru juga berperan agar respon yang siswa berikan diarahkan pada prilaku yang guru harapkan.
Tidak semua pakar sependapat dengan teori itu. Alasannya, respon dalam teori behaviorisme hanya berlaku pada hewan. Secara faktual kekuatan pada diri manusia tidak sesederhana itu. Manusia sebagai makhluk yang berakal dapat menunjukkan tingkat aktivitas yang jauh lebih sempurna. Manusia dapat mengembangkan aktivitas pikirannya jauh lebih kompleks. Manusia tidak hanya dapat merespon, namun dapat mengembangkan potensi pikirannya tanpa ada stimulus dari luar dirinya sekalipun. Manusia menunjukan kelebihannya sebagai konsekuensi dari proses berpikir atas akal yang dimilikinya.
Sekali pun prilaku siswa menunjukan kompleksitasnya, namun perubahan perilaku siswa dapat diamati terutama dari hasil belajarnya. Pandangan seperti ini muncul dari pihak yang pro kognitivisme. Penganut kognitivisme mengibaratkan pikiran manusia seperti komputer; mendapat input informasi, memproses informasi, dan menghasilkan outcomes tertentu. Alur sistem ini selanjutnya dijadikan landasan dalam meningkatkan mutu belajar.

Para ahli dari kelompok kognitif pada dasarnya berargumen bahwa “kotak gelap” otak manusia itu harus dibuka dan dipahami. Para pembelajar dipandang sebagai prosesor informasi dalam komputer. Oleh karena itu terdapat beberapa kata kunci dalam usaha memahami kecakapan berpikir seperti : skema, pengolahan informasi, manipulasi simbol, pemetaan informasi, penafsiran informasi, dan mental model.
Studi kognitivisme berfokus pada kegiatan batin atau mental, membuka kotak gelap pikiran manusia agar dapat memahami bagaimana orang belajar. Proses mental seperti berpikir, mengingat, mengetahui, memahami, memecahkan masalah perlu dicermati dengan teliti. Pengetahuan dapat dipahami sebagai skema atau konstruksi simbol-simbol mental. Belajar dipandang sebagai proses perubahan pada pikiran siswa.
Elaborasi
Kognitivisme memiliki beberapa cabang ilmu, di antaranya teori asimilasi, atribusi, pertunjukkan komponen, elaborasi, mental model, dan pengembangan kognitif. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi. Pengertian ini dirumuskan Charles Reigeluth dari Indiana University dan koleganya pada tahun 1970-an. Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi.

Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih detil. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam “episode belajar”. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang dielaborasi atau dipelajari.
Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.
Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini.
Terdapat urutan instruksi yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.
Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, (1) urutan elaborasi (2) urutan prasyarat belajar (3) ringkasan (4) sintesis (5) analogi (6) strategi kognitif, dan (7) kontrol terhadap siswa. Komponen terpenting yang melandasi semua itu adalah perhatian.
Semua stratregi itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam pengembangan ide atau keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya. Contoh yang tepat untuk ini adalah peserta didik yang memiliki daftar contoh konsep atau sifat yang dapat bermanfaat.
Eksplorasi
Eksplorasi adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan pemahaman atas suatu fenomena (American Dictionary). Strategi yang digunakan memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan menerapkan strategi belajar aktif.
Pendekatan pembelajaran yang berkembang saat ini secara empirik telah melahirkan disiplin baru pada proses belajar. Tidak hanya berfokus pada apa yang dapat siswa temukan, namun sampai pada bagaimana cara mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Istilah yang populer untuk menggambarkan kegiatan ini ialah “explorative learning”. Konsep ini mengingatkan kita pada pernyataan Lao Tsu, seorang filosof China yang menyatakan “I hear and I forget. I see and I remember. I do and I understand.”
Jaringan komputer pada saat ini telah dikembangkan menjadi media yang efektif sebagai penunjang efektifitas pelaksanaan pembelajaran eksploratif. Salah satu model yang dikembangkan oleh Heimo adalah Architecture of Integrated Information System sebagai model terintegrasi yang menggambarkan kompleksnya proses pembelajaran yang efektif dan interaktif.
Pendekatan belajar yang eksploratif tidak hanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi, namun harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Informasi tidak hanya disusun oleh guru. Perlu ada keterlibatan siswa untuk memperluas, memperdalam, atau menyusun informasi atas inisiatifnya. Dalam hal ini siswa menyusun dan memvalidasi informasi sebagai input bagi kegiatan belajar (Heimo H. Adelsberger, 2000).
Peta Konsep yang dikembangkan oleh Laurillard (2002) dalam tulisan Heimo menunjukan kompleksitas kegiatan eksplorasi dalam proses pembelajaran yang mengharuskan adanya proses dialog yang (1) interaktif (2) adaptif, interaktif dan reflektif (3) menggambarkan tingkat-tingkat penguasaan pokok bahasan (4) menggambarkan level kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan keterampilan menyelesaikan tugas sehingga memeperoleh pengalaman yang bermakna. Ada pun konsep tersebut dapat disajikan seperti diagram di bawah ini :
Pendekatan eksploratif berkembang sebagai pendekatan pembelajaran dalam bidang lingkungan atau sains. Sylvia Luretta dari Fakultas Pendidikan Queensland misalnya, mengintegrasikan pendekatan ini dengan lima faktor yang menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna, yaitu belajar aktif, belajar konstruktif, belajar intens, belajar otentik, dan kolaboratif yang menegaskan pernyataan bahwa pembelajaran eksploratif lebih menekankan pada pengalaman belajar daripada pada materi pelajaran.
Dari pengalaman menggunakan model kooperatif dan kolaboratif dalam praktek pembelajaran pengelolaan kelas ternyata mampu meningkatkan kinerja belajar siswa dalam melakukan langkah-langkah eksploratif.
Model pembelajaran ini dapat dikembangkan melalui bentuk pertanyaan. Seperti yang dikatakan oleh Socrates bahwa pertanyaan yang baik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan lebih mendalam.
Eksplorasi merupakan proses kerja dalam memfasilitasi proses belajar siswa dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa menghubungkan pikiran yang terdahulu dengan pengalaman belajarnya. Mereka menggambarkan pemahaman yang mendalam untuk memberikan respon yang mendalam juga. Bagaimana membedakan peran masing-masing dalam kegiatan belajar bersama. Mereka melakukan pembagian tugas seperti dalam tugas merekam, mencari informasi melalui internet serta memberikan respon kreatif dalam berdialog.
Di samping itu siswa menindaklanjuti penelusuran informasi dengan membandingkan hasil telaah. Secara kolektif, mereka juga dapat mengembangkan hasil penelusuran informasi dalam bentuk grafik, tabel, diagram serta mempresentasikan gagasan yang dimiliki.
Pelaksanaan kegiatan eksplorasi dapat dilakukan melalui kerja sama dalam kelompok kecil. Bersama teman sekelompoknya siswa menelusuri informasi yang mereka butuhkan, merumuskan masalah dalam kehidupan nyata, berpikir kritis untuk menerapkan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan yang nyata dan bermakna.
Melalui kegiatan eksplorasi siswa dapat mengembangkan pengalaman belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan serta menerapkannya untuk menjawab fenomena yang ada. Siswa juga dapat mengeksploitasi informasi untuk memperoleh manfaat tertentu sebagai produk belajar.
Konfirmasi
Kebenaran ilmu pengetahuan itu relatif. Sesuatu yang saat ini dianggap benar bisa berubah jika kemudian ditemukan fakta baru yang bertentangan dengan konsep tersebut. Oleh karena itu, sikap keilmuan selalu terbuka dalam memperbaiki pengetahuan sebelumnya berdasarkan penemuan terbaru. Sikap berpikir kritis dan terbuka seperti itu telah membangun sikap berpikir yang apriori, yaitu tidak meyakini sepenuhnya yang benar saat ini mutlak benar atau yang salah mutlak salah. Semua dapat berubah.
Cara berpikir seperti itu tercermin dalam istilah mental model yang mendeskripsikan sikap berpikir seseorang dan bagaimana pikirannya berproses dalam kehidupan nyata. Hal tersebut merepresentasikan proses perubahan sebagai bagian dari persepsi intuitif. Mental model itu membantu seseorang dalam mendefinisikan maupun menetapkan pendekatan untuk memecahkan masalah (wikipedia). Dengan sikap berpikir seperti itu siswa dapat mengembangkan, mengembangkan ulang, dan menggugurkan pengetahuannya jika telah menemukan kebenaran yang lain.
Mental model itu juga dapat melahirkan keraguan terhadap informasi yang diperolehnya. Untuk meningkatkan keyakinan akan kebenaran maka siswa dapat difasilitasi dalam mengembangkan model struktur sseperti pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi atau klarifikasi.
Model ini dapat dinyatakan dalam diagram seperti tertuang di bawah ini meliputi enggage, explore, explain, extend, dan berpusat pada pengembangan kemampuan mengevaluasi sebagaimana yang dikembangkan Anthony W. Lorsbach dari Universitas Illinois sebagai berikut


Dalam prakteknya guru meningkatkan kemampuan ini melalui pengembangan materi. Baik mengenai hal apa yang ingin diketahui siswa lebih jauh, seperti apa tingkat pemahaman dan penguasaan yang ingin dikembangkan dan keraguan apa yang melekat dalam pemahaman tersebut.

Sikap keraguan itu perlu dijawab dengan mengkonfirmasikan terhadap unsur-unsur yang dapat meningkatkan kejelasan atas kebenaran suatu informasi. Siswa melakukan uji kesahihan apakah informasi yang dijadikan landasan kesimpulan itu benar-benar kuat.
Penguatan itu sendiri diperoleh melalui kegiatan eksplorasi melalui perluasan pengalaman, elaborasi melalui sharing dan observation, proses dan genaralisasi dan akhirnya siswa menerapkan pembelajaran yang berstandar dengan merujuk pada paradigma kognitifisme.

Model Rencana Pembelajaran
Di bawah ini sebuah model Rencana Pembelajaran yang menerapkan pendekatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi atau klarifikasi pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan mengadaptasi model rencana pembelajaran di bawah ini :
Support and Elaboration in Writing
By – Rebecca Columbo
Primary Subject – Language Arts
Grade Level – 6-10
http://info.waldenu.edu/
Objective:
The students will write paragraphs containing well-developed supports that clearly illustrate a character trait.
Materials:
index cards
visual reference — overhead projector, dry erase board or handout reference sheet
four stacks of laminated cards — 20 of each variety:
character traits,
silly character cards,
problem cards, and
setting cards; and
sample paragraphs from students’ previous writings.
Preparation:
Laminated cards:
The character trait cards should display the character trait to be discussed as well as a simple definition of the trait.
The character cards should each have a picture of a fictitious character: i.e., superman, Scooby-doo, etc.
The problem cards should have a picture of something that could be the source of an external conflict: i.e., quicksand, Tyrannosaurus rex, etc.
The setting cards should each depict a fun, exciting, or imaginative location.
Procedure:
Read two to three samples of student writing that clearly show inadequate elaboration. Brainstorm with the students the details that could have made the supports more complete.
List the words: “who,” “what,” “when,” “where,” “why,” and “how” on the board or projector as a visual reference. Instruct the students to use these words as a checklist to be sure that they have provided the necessary information to their readers.
Pick one card from each pile of cards. Create a silly story to model for the students; show your selected character trait in the chosen setting and in the given situation.
Divide the students into groups of two or three. Have each group choose a card from each pile. As a group, they should write a detailed paragraph on an index card that illustrates their character trait.
When the students are finished, collect the cards and read each as a story to the class. Have the class look for weaknesses such as missing information and inadequate support for the trait given.
Continue this process until the students are able to write well-developed supports for a given trait.
Suggestion for Assessment:
Have the students return to their own desk.
Write the following words across the board. Under each word, write five options.”Character Trait,” “Character,” “Problem,” “Setting”
Instruct the students to work individually to write a well-developed paragraph on their index card that clearly supports their character trait. They can choose traits, characters, problems, and settings from those chosen on the board.
Di bawah ini model RPP hasil adaptasi dari model di atas :
Tujuan
Siswa menuliskan sebuah paragraf yang secara jelas menggambarkan suatu karakter.
Bahan :
Kartu indeks
Referensi visual, LCD, atau papan tulis atau handout
4 jenis kartu dengan masing-masing 20 kartu per jenis
Kartu sifat manusia
Kartu karakter seseorang
Kartu masalah
Kartu latar seperti tempat, waktu, zaman
Contoh paragraf yang pernah ditulis oleh siswa
Persiapan
Kartu
Kartu indeks (daftar kata)
Kartu sifat manusia yang menampilkan sifat yang akan didiskusikan dan mencantumkan definisi sederhana dari sifat tersebut
Pada kartu karakter harus mencantumkan satu gambar tokoh fiksi seperti superman atau scooby-doo, doraemon dll.
Kartu masalah harus mencantumkan suatu gambar yang bisa menjadi sumber konflik eksternal seperti Giant pada Doraemon, Joker pada Batman, Tom pada Jerry.
Kartu latar/setting harus dapat menggambarkan suatu lokasi, waktu, kondisi,atau suasana yang menyenangkan, menggembirakan, menyedihkan, serta dapat dibayangkan.
Prosedur
Baca dua hingga tiga contoh paragraf yang siswa hasilkan sebelumnya, jabarkan kandungannya dan elaborasi secara memadai sehingga siswa memahami kekuatan dan kelemahannya.
Lakukan dialog dengan siswa mengenai detil-detil mana saja yang bisa membuat paragraf menjadi lebih lengkap dan baik.
Mintalah siswa untuk mengeksplorasi paragraf dari sumber lain sebagai pembanding.
Buatlah daftar kata tanya : “siapa”, “apa”, “kapan”, “dimana”, “mengapa” dan “bagaimana” pada papan tulis atau pada layar monitor sebagai referensi visual.
Perintahkan siswa untuk menggunakan kata-kata tersebut sebagai sebagai penanda analisis paragraf, mereka harus menjamin bahwa kandungan paragraf tersebut memberikan informasi yang cukup untuk para pembaca
Bagilah siswa menjadi 3 sampai 4 kelompok. Setiap kelompok mengambil setiap jenis kartu yang telah tersedia. Sebagai kelompok, mereka harus merancang, menuliskan, dan menyempurnakan paragraf secara detil pada suatu kartu indeks yang menggambarkan suatu sifat serta sifat yang bertentangan sebagai sumber konflik.
Saat siswa telah menyelesaikan tulisannya, kumpulkan kartu dan bacakan setiap tulisannya sebagai suatu cerita di depan kelas. Minta siswa untuk melihat mengelaborasi kelemahan seperti informasi yang kurang atau hilang, dukungan yang kurang memadai terhadap sifat yang mereka ingin gambarkan, konflik yang kurang kuat, serta seting yang kurang jelas.
Lakukan hal ini terus hingga siswa mampu untuk menulis suatu sifat dengan dukungan yang baik dengan dukungan konflik atau masalah dan seting yang menarik.
Saran untuk penilaian
Minta siswa untuk kembali ke bangkunya semula
Tuliskan kata-kata berikut di papan tulis. Di bawah setiap kata, tulis lima pilihan
“ sifat”, “karakter”, “masalah”, “setting”
Perintahkan siswa untuk bekerja secara individual untuk menulis paragraf yang baik pada kartu indeks yang secara jelas mendukung sifat yang ingin mereka gambarkan. Mereka dapat memilih sifat, karakter, masalah dan seting dari setiap kata pada papan tulis.
Referensi:
Heimo H. Adelsberger, 2000. http://www.informs sim.org/wsc00papers/232.PDF
http://www.learning-theories.com
http://www.umsl.edu/technology/frc/DEID/destination5methods
http://eprints.qut.edu.au/2146/2/2146.pdf
http://www.kit.edu/fzk/idcplg?IdcService=KIT&node=4211&document=ID_066979〈=n
http://www-hagen.informatik.uni-kl.de/~kerren/pubs/kerren-iticse04.pdf
http://www.coe.ilstu.edu/scienceed/lorsbach/257lrcy.htm
http://www.interconnections.co.uk/Market/PCFG/learning.htm
Sylvia Lauretta Edwards, 2000. Jason Watson, Supporting Explorative Learning By Providing Collaborative Onlie Problem Solving (COPS), Faculty of Information Technology, Robyn Nash Faculty of Health Ann Farrell Faculty of Education Queensland University of Technology, AUSTRALIA
Rebecca Columbo, Support and Elaboration in Writing, Primary Subject – Language Arts Grade Level – 6-10, http://info.waldenu.edu/
Rigeluth (http://tip.psychology.org/reigelut.html), 9 April 2009
SUMBER:GURU PEMBAHARU

Download