Jenis tanah yang terdapat di Indonesia bermacam-macam, antara lain:
a). Organosol atau Tanah Gambut atau Tanah
Organik
Jenis
tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau
rumput
rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas,
ketebalan
lebih dari 0.5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu
lempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organic
lebih
dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur
pasir,
umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah.
Berdasarkan
penyebaran tipografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga yaitu:
(1).
gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5
–
16 meter, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hamper selalu
tergenang
air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran pantai
Sumatra,
Kalimantan dan Irian Jaya (Papua);
(2).
gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di
daerah
dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa,
ketebalan
0.5 – 6 meter, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih
tinggi.
Contoh penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok
(Ciamis,
Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah); dan
(3).
gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari
sisa
tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh
penyebarannya
di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan
susunan kimianya tanah gambut dibedakan menjadi:
(1).
gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih
tinggi;
(2).
gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2 , miskin unsur hara, biasanya selalu
tergenang
air; dan
(3).
mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
b). Aluvial
Jenis
tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan
induk
aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi
dalam
keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga
tinggi.
Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan
daerah
cekungan (depresi).
c). Regosol
Jenis
tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir,
struktur
berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan
sedang,
berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai.
Penyebarannya
di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk
pasir pantai.
d). Litosol
Tanah
mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan induknya batuan
beku
atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan
kadang-kadang
merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah
beranekaragam,
dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur,
terdapat
kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai
pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng
miring
sampai curam.
e). Latosol
Jenis
tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam,
tekstur
lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga
agak
teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim
basah,
curah hujan lebih dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material
vulkanik,
breksi batuan beku intrusi.
f). Grumosol
Tanah
mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung
berat,
struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan
bawah,
konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan
tanah
retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi
tinggi,
permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur,
mergel,
batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah
iklim
sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
g). Podsolik Merah Kuning
Tanah
mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung
hingga
berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang
dari
5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning, kejenuhan
basa
rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik,
bersifat
asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan
lebih
dari 2500 mm/tahun.
h). Podsol
Jenis
tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri dari
horizon
albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur
gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat
masam,
kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka
terhadap
erosi, batuan induk batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi,
batuan
lempung dan tuf vulkan masam. Penyebaran di daerah beriklim basah,
curah
hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan.
Daerahnya
Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya (Papua).
i). Andosol
Jenis
tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal,
warna
agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur
(smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa
tinggi dan
daya
absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap
erosi.
Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
j). Mediteran Merah – Kuning
Tanah
mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna
coklat
hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung,
struktur
gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga
agak
basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan
peka
erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat
basa.
Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan
kurang
dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi Karst dan
lereng
vulkan ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning
di
daerah topografi Karst disebut terra rossa.
k). Hodmorf Kelabu (gleisol)
Jenis
tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu
topografi
merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air,
solum
tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga
lempung,
struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5
–
6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu
yang
berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari
profil
tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub
humid,
curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.
l). Tanah sawah (paddy
soil)
Tanah
sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun)
dipersawahkan
memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari
tanah
aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang
hampir
kedap air disebut padas olah, sedalam 10 – 15 cm dari muka tanah dan
setebal
2 – 5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan
mangan
dan besi, tebalnya bervariasi antara lain tergantung dari permeabilitas tanah.
Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran,
terutama
bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah
latosol, mediteran
dan regosol, samara-samar pada tanah aluvial dan grumosol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar