05 April 2013

FAUNA INDONESIA - BIOGEOGRAFI

Kuskus Beruang atau Kuse (Ailurops ursinus)


Rusa bawean (axis kuhlii)

babyrousa babyrussa (babirusa)
Katak tanpa paru-paru-Barbourula Borneoensis


Banteng jawa-Bos javanicus





GEOGRAFI SMA MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

APAKAH GEOGRAFI ITU ?


Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang pernah disebut sebagai induk ilmu pengetahuan 
(mother of sciences) mengalami pasang-surut peranannya untuk memberikan 
sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan. 
Apabila geografi tetap ingin berperan dalam memberikan sumbangan pemikiran dalam 
kebijakan pembangunan, geografi harus mempunyai konsep inti, metodologi dan aplikasi 
yang mantap. Makalah ini bertujuan untuk menelusuri konsep inti geografi yang sesuai 
untuk dikembangkan di Indonesia untuk mendasari kompentensinya, khususnya dalam 
bidang geografi fisik. Pemisahan geografi fisik dan geografi manusia yang tinggi kurang 
mencirikan jati diri geografi, dan jika kecenderungan pemisahan tersebut semakin 
berlanjut jati diri geografi akan pudar dan akan larut dalam disiplin ilmu lainnya, dan 
bahkan kita akan kehilangan sebagian dari kompetensi keilmuan geografi. Geografi 
terpadu atau geografi yang satu (unifying geography) menjadi satu pilihan sebagai dasar 
pembelajaran geografi yang sesuai untuk Indonesia, yang diikuti dengan pendalaman 
keilmuan pada masing-masing obyek material kajian geografi tanpa melupakan obyek 
formalnya. Komponen inti dari geografi terpadu adalah ruang, tempat/lokasi, lingkungan 
dan peta, yang berdimensi waktu, proses, keterbukaan dan skala. Komponen inti geografi 
terpadu tersebut dijadikan dasar untuk menentukan kompetensi geografi. Kompetensi 
geografi fisik, yang obyek materialnya fenomena lingkungan fisik (abiotik) pada lapisan 
hidup manusia, sangat luas antara lain: penataan ruang, pengeolaan sumberdaya alam, 
konservasi sumberdaya alam, penilaian degradasi lingkungan, pengelolaan daaerah aliran 
sungai, penilaian tingkat bahaya dan bencana, penilaian risiko bencana. Kompetensi 
geografi fisik tersebut selalu dikaitkan dengan kepentingan umat manusia, dengan konsep 
bahwa lingkungan fisikal sebagai lingkungan hidup manusia. 
1. PENGANTAR 
Perbincangan tentang jati diri Geografi telah beberapa kali dilakukan di 
Indonesia, baik melalui lokakarya, seminar maupun melalui sarasehan yang dilakukan 
oleh Fakultas/Jurusan/Departemen Geografi, organisasi profesi (IGI) dan ikatan alumni 
(IGEGAMA). Jati diri suatu disiplin ilmu dapat ditelaah dari definisinya. Dalam Seminar 
Peningkatan Relevansi Metode Penelitian Geografi tanggal 24 Oktober 1981 Prof. 
Bintarto dalam papernya berjudul Suatu Tinjauan Filsafat Geografi mengemukakan 
definisi Geografi sebagai berikut: Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-2
gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang 
fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, 
melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan 
program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1984). Seminar dan 
lokakarya yang dilaksanakan di Jurusan Geografi, FKIP, IKIP Semarang kerjasama 
dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi: Geografi adalah ilmu 
pengetahuan yang mempelajari perbedaan dan persamaan fenomena geosfer 
dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan. 
Rumusan dua definisi Geografi tersebut sedikit berbeda namun memberikan 
ketegasan dan kejelasan tentang obyek kajian dalam Geografi baik obyek material 
maupun formalnya. Obyek materialnya adalah gejala, fenomena, peristiwa di muka bumi 
(di geosfer), sedang obyek formalnya adalah sudut pandang atau pendekatan:keruangan, 
kelingkungan dan kompleks wilayah. Ketegasan obyek formal kajian Geografi penting 
untuk membedakan kajian dengan disiplin ilmu lain yang obyek materialnya juga 
fenomena geosfer. Geosfer terdiri atas atmosfer, litosfer (termasuk pedosfer), hidrosfer 
dan biosfer (termasuk antroposfer); sfera bumi tersebut membentuk satu sistem alami 
yang masing-masing sfera saling berinteraksi, saling pengaruh mempengaruhi. Konsep 
sfera bumi membentuk satu sistem alami merupakan konsep penting dalam geografi, 
karena dapat dijadikan dasar untuk memahami dinamika fenomena dari muka bumi. 
Definisi Geografi versi Semlok Semarang tersebut masih banyak digunakan 
dalam proses pembelajaran geografi di sekolah dan perguruan tinggi, dan bukan satusatunya yang harus diajarkan kepada peserta didik, karena masih banyak definisi lain 
yang perlu disampaikan untuk memperkaya dan memperluas wawasan tentang jati diri 
geografi. Definisi geografi itu sangat banyak, berikut ini disampaikan lima definisi untuk 
memberikan diversitas cakupan, dan jati diri Geografi. 
1) Geography is concerned to provide an accurate, orderly, and rational description 
and interpretation of the variable character of the Earth’s surface (Hartshorne, 
1959). 
2) Geography is the scientific study of changing spatial relationships of terrestrial 
phenomena viewed as world of man (Bird, 1989). 3
3) The core of Geography is an abiding concern for human and physical attribute of 
places and regions and with spatial interaction that alter them (Abler et al, 1992). 
4) Geography is the study of the surface of the Earth. It involves the phenomena and 
processes of the Earth’s natural and human environments and landscapes at local 
to global scales (Herbert and Matthews (2001). 
5) Geography is a discipline concerned with understanding the spatial dimensions of 
environmental and social processes (White, 2002) 
 Variasi definisi tersebut di atas juga memberikan ketegasan kepada kita bahwa 
obyek kajian Geografi adalah fenomena geosfer dan sudut pandangnya adalah keruangan, 
kelingkungan dan kewilayahan meskipun dengan rumusan yang berbeda. Rumusan yang 
berbeda dari definisi Geografi dapat dipahami dengan munculnya pandangan Geografi 
yang menyatakan bahwa geografi adalah apa yang dikerjakan oleh geograf. Dua 
definisi terakhir dari lima definisi tersebut di atas aspek lingkungan mendapat tekanan 
yang lebih. Hal tersebut sangat mungkin diinspirasi oleh permasalahan lingkungan yang 
semakin meningkat dan mengglobal di muka bumi ini, seperti perubahan iklim global, 
penurunan kualitas lingkungan, bencana banjir, kekeringan, longsor, kemiskinan, 
penurunan dan kerusakan sumberdaya alam. Permasalahan lingkungan dan bencana yang 
banyak terjadi tersebut timbul sebagai akibat ketidak imbangan interaksi antara 
lingkungan dengan aktifitas manusia. Interaksi lingkungan-manusia merupakan sebagian 
dari kajian geografi yang menggunakan pendekatan kelingkungan..Oleh sebab itu 
permasalahan lingkungan menjadi perhatian geograf, dan selain itu geografi sebagai ilmu 
yang berorientasi pada pemecahan masalah (problems solving). Permasalahan lingkungan 
yang terjadi saat sekarang dan masa depan bersifat kompleks, multi dimensi, saling kait 
mengkait, sehingga pemecahannya memerlukan pendekatan terpadu. 
 Dalam merespon permasalahan lingkungan yang multidimensi dan berskala lokal 
hingga global, Geografi dihadapkan pada dua permasalahan yang terkait disiplin ilmu 
geografi itu sendiri dan permasalahan kompetensi geograf sebagai pemangku ilmu 
geografi. 
1) Geografi yang bagaimanakah yang mampu memberikan kontribusi nyata untuk 
pengambilan kebijakan dalam memecahkan permasalahan lingkungan yang 
berdimensi lokal hingga global secara berkelanjutan? 4
2) Kompetensi apakah yang diperlukan bagi geograf di masa mendatang? 
 Pertanyaan pertama dimunculkan, karena ada tiga alasan penting yang terkait 
dengan geografi: 
1) geografi menghadapi tantangan untuk memberikan masukan dalam 
memecahkahn masalah yang multi dimensi dan kompleks yang memerlukan 
pendekatan antar bidang, apabila geografi tidak terpadu maka kontribusi 
geografisnya kurang lengkap, bahkan berisiko sebagian disiplin geografi 
menjadi bagian disiplin ilmu lain; 
2) pembelajaran geografi harus utuh tidak terkotak-kotak secara tegas antara 
geografi fisik dan geografi manusia, karena masalah di sekeliling lingkungan 
kita semakin meningkat dan geograf harus mampu memberikan kontribusi yang 
nyata kepada masyarakat, oleh karena itu geograf harus berbekal teori/konsep 
yang matang; 
3) riset fundamental dalam elemen inti geografi belum banyak dilakukan untuk 
menghasilkan teori dasar geografi yang dapat digunakan sebagai masukan dalam 
kebijakan pemerintah, jika geografi tidak mengembangkan geografi terpadu 
akan kehilangan kesempatan/kedudukan sebagai pemberi masukan sesuai bidang 
keilmuan geografi. Label dari geografi adalah ruang, tempat, lingkungan dan 
peta, yang tidak dimiliki oleh disiplin ilmu lain (Mathews et al, 2004). 
Dalam mengupas permasalahan pertama tersebut perlu didasari pemahaman tentang 
ruang lingkup Geografi, komponen inti kajian geografi. Pembahasan permasalahan kedua 
tentang kompetensi khususnya dalam bidang kajian geografi fisik, perlu didasari dengan 
metode penelitian geografi dan identifikasi dari permasalahan lingkungan yang terkait 
dengan obyek kajian Geografi 
2. RUANG LINGKUP KAJIAN GEOGRAFI 
 Sebutan geografi sebagai ilmu pengetahuan cukup banyak, antara lain: i). geografi 
sebagai ilmu holistik yang mempelajari fenomena di permukaan bumi secara utuh 
menyeluruh, ii) geografi adalah ilmu analitis dan sintesis, yang memadukan unsur 5
lingkungan fisikal dengan unsur manusia dan iii). geografi adalah ilmu wilayah yang 
mempelajari sumberdaya wilayah secara komprehensif. Tiga sebutan geografi tersebut 
yang menjadi landasan untuk membahas kajian geografi yang mampu merespon 
permalasalahan lingkungan yang berdimensi lokal hingga global. Pertanyaan pemandu 
untuk mengetahui ruang lingkup kajian Geografi pada umumnya adalah: 
1) apa (what), 
2) dimana (where), 
3) berapa (how long/how much), 
4) mengapa (why), 
5) bagaimana (how), 
6) kapan (when), 
7) siapa (who) (Widoyo Alfandi, 2001). 
Pertanyaan pemandu yang mencerminkan bahwa geografi itu adalah holistik, sintesis dan 
kewilayahan adalah sebagai berikut: 
1) apa, dimana dan kapan (what, where and when), pertanyaan ini menuntun kita 
untuk mengetahui fenomena geografis dan distribusi spasialnya pada suatu 
wilayah, serta kapan terjadinya; 
2) bagaimana dan mengapa ( how and why), pertanyaan ini bersifat analitis untuk 
mengetahui sistem, proses, perilaku, ketergantungan, organisasi spasial dan 
interaksi antar komponen pembentuk geosfer; 
3) apakah dampaknya (what is the impact), pertanyaan bersifat analistis, sintesis 
untuk mengevaluasi fenomena geografi yang mengalami perubahan baik oleh 
proses alam maupun oleh hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan 
alamnya; 
4) Bagaimana seharusnya (how ought to ), pertanyaan ini menjurus ke sintesis dan 
evaluasi untuk pemecahan permasalahan lingkungan suatu wilayah dan 
memberikan keputusan dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan. 
Pertanyaan pemandu pertama dalam geografi yang umum tersebut dapat 
digunakan untuk proses pembelajaran pada tingkat manapun dengan memperhatikan 
tingkat kedalaman atau kedetilannya. Pertanyaan pemandu yang kedua dapat ditujukan 6
untuk jenjang pendidikan pada perguruan tinggi, dengan asumsi bahwa wawasan dan 
penalaran mahasiswa lebih mantap. 
3. KONSEP GEOGRAFI
Berikut ini disampaikan beberapa konsep geografi yang dapat dijadikan pegangan untuk 
menentukan kompetensi geograf. 
1. Geografi menduduki tempat yang jelas dalam dunia pendidikan, geografi 
menawarkan kajian terpadu dari hubungan timbal balik antara masyarakat 
manusia dengan komponen fisikal dari bumi. 
2. Disiplin geografi dicirikan oleh subyek material yang luas, yang secara tradisional 
terdiri dari dari geografi manusia dan geografi fisik. 
3. Komponen pengetahuan alam dan sosial dalam geografi tidak dapat dipisahkan 
satu dengan yang lain, dan tidak ada disiplin ilmu lain yang memadukannya 
seperti yang dilakukan oleh geograf. 
4. Geografi mempelajari interelasi dan interdependensi dari dunia nyata dari 
fenomena dan proses yang memberikan ciri khas pada suatu wilayah. 
5. Obyek kajian geografi adalah geosfer yang terdiri dari atmosfer, litosfer, pedosfer, 
hidrosfer, biosfer dan antroposfer; masing-masing sfera tersebut saling terkait 
membentuk sistem alami. 
6. Obyek kajian geografi tersebut juga menjadi kajian bidang ilmu lainnya, yang 
menjadi pembeda adalah pendekatan yang digunakan; pendekatan yang 
dimaksud adlah pendekatan spasial (keruangan), ekologikal dan kompleks 
wilayah. 
7. Geografi mempelajari wilayah secara utuh menyeluruh tentang sumberdaya alam 
dan sumberdaya manusia, sehingga mempunyai peran penting dalam pengelolaan 
sumberdaya alam dan lingkungan dalam rangka otonomi daerah. 
8. Geografi mempelajari proses perubahan lingkungan alam maupun lingkungan 
sosial ekonomi, sehingga pelajaran geografi memberi bekal untuk tanggap 
terhadap isu-isu dan perubahan lokal, regional dan global. 
9. Peta merupakan salah alat utama dalam kajian geografi dan juga merupakan salah 
satu hasil utama dalam kajian geografi. 7
10. Perkembangan pesat dari ilmu dan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi 
geografis sangat membantu dalam proses-belajar geografi dan penelitianpenelitian geografis. 
4. GEOGRAFI SEBAGAI SATU DISIPLIN: GEOGRAFI TERPADU 
 Setiap disiplin keilmuan normalnya memiliki satu bidang kajian tertentu, satu 
asosiasi kerangka teoritik dan pendekatan yang lazim digunakan untuk mengkaji dengan 
teknik yang sesuai, kesemuanya itu tidak hanya untuk pemahaman tetapi juga untuk 
penemuan pengetahuan baru dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. Bagi 
geografi bidang kajiannya banyak, yang mempunyai metode dan teknik yang berbeda, 
sehingga tidak mudah untuk mendudukan geografi sebagai satu disiplin. Misalnya 
geografi fisik yang obyeknya kajiannya atmosfer, litosfer dan hidrosfer, masing-masing 
mempunyai kerangka teoritik dan pendekatan yang berbeda, demikian juga halnya 
dengan geografi manusia yang obyeknya: kependudukan, sosial, ekonomi, budaya dan 
politik. Bagi geografi dimasukkan ke dalam cross-disciplinary link, mirip munculnya 
sain terpadu, seperi Sain Sistem Bumi ( Earth System Science) dan Sain Keberlanjutan 
(Sustainability Science), dan bagi geografi subyek kajiannya adalah lingkungan fisikal 
dan manusia, dengan menggunakan teori dan metodologinya kompleksitas dari unsur 
muka bumi (Mathews et al,2004). 
Kesulitan untuk mendudukan/memposisikan geografi sebagai satu disiplin ilmu, 
maka ada baiknya apabila geografi itu hanya satu, tidak terpisah-pisah menjadi geografi 
manusia dan geografi fisik. Geografi yang satu (unifying geography) mempunyai 
banyak keunggulan dalam berperan ke masa depan, dengan asumsi permasalahan di masa 
depan sifatnya kompleks dan multi dimensi, yang pemecahannya memerlukan 
pendekatan terpadu dan holistik. Dalam geografi terpadu tidak berarti kekhususan 
(spesialisasi) akan hilang, tetapi tetap ada hanya dilandasi oleh konsep geografi yang 
satu. Bagi spesialisasi geografi fisik, fokus kajian pada komponen lingkungan fisik tetapi 
harus mengkaitkannya dengan aspek sosial; spesialisasi dalam geografi manusia geografi 
fisik sebagai latar belakang, sedang yang spesialisasi dalam geografi yang satu fokusnya 
adalah pemecahan masalah dengan pendekatan geografis secara utuh. 8
ALASAN UNTUK MENJADI GEOGRAFI TERPADU 
1) Satuan (unit) yang lebih besar akan membawa keuntungan yang berarti, akan 
dan memberikan arah yang jelas dalam pengetahuan dan pemahaman; fokus yang 
besar dan menyatu dalam Geografi akan memerkuat identitas Geografi dan dapat 
memberikan masukan dalam kebijakan pembangunan; 
2) Satuan (unit) yang lebih besar memberikan makna yang lebih besar bagi 
mahasiswa dalam, disiplin geografi yang terpisah-pisah tidak menyatu akan 
membingungkan dalam penyusunan kurikulum. Pada hal geografi menempati 
posisi tempat yang menonjol dalam mempelajari dunia, yang menawarkan kajian 
terpadu terhadap hubungan timbalbalik antara manusia dan lingkungan alamnya, 
sehingga kalau tidak menjadi satu kesatuan maka tidak akan lengkap kajiannya. 
Satuan yang lebih besar dapat memberikan prioritas dalam pengajaran dan 
penelitian, yang kesemuannya itu untuk mempromosisikan geografi agar lebih 
berperan. 
3) Satuan yang lebih besar dapat menunjukkan kepada masyarakat tentang 
kemampuan akademiknya untuk memberikan kontribusi nyata dalam menentukan 
kebijakan dan memperbaiki pemahaman umum tentang Geografi.
5. KOMPONEN INTI GEOGRAFI 
 Untuk menuju geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen 
inti Geografi. Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen inti Geografi : 
ruang (space), tempat (place), lingkungan (environment) dan peta (maps). 
Ruang menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat dipandang sebagai 
pendekatan spasial-korologikal untuk Geografi. Ruang juga mendominasi Geografi 
setiap waktu, ketika analisis spatial menjadi satu pendeskripsi untuk satu bentuk dari 
pekerjaan geografis. Pola spasial umumnya menjadi titik awal untuk kajian geografis; 
yang selanjutnya dapat dilacak proses perubahan secara spasial dan sistem spasial. 
Tempat merupakan komponen kedua dalam inti geografi. Tempat terkait dengan 
kosep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan karakteristik, kemelimpahan dan batas. 
Tempat merupakan bagian dari dunia nyata tempat manusia bertem dan dapat dikenali, 
dinterpretasi dan dikelola. Dalam ahli geografi manusia tempat merupakan refleksi dari 9
identitas idividu maupun kelompok; sedang bagi ahli geografi fisik tempat tempat 
merupakan refleksi dari perbedaan lingkungan biofisik. 
Lingkungan merupakan komponen inti Geografi ketiga yang mencakup 
lingkungan alami (topografi, iklim, air, biota, tanah) dan sebagai komponen inti yang 
memadukan dengan komponen geografi lainnya. Lingkungan menjadi interface antara 
lingkungan alam dan budaya, lahan dan kehidupan, penduduk dan lingkungan 
biofisikalnya. 
Peta sebagai komponen inti Geografi keempat lebih merupakan bentuk 
representasi, tehnik dan metodologi dari pada sebagai satu konsep atau teori. Peta 
dipandang sebagai pernyerhanaan perpektif spasial dari fenomena/peristiwa yang dikaji 
dalam Geografi. 
Ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi. Komponen 
tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik dalam kajian 
Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar konsep 
untuk disiplin Geografi secara utuh. 
Komponen inti Geografi tersebut bersifat dinamik, dalam arti dapat terjadi 
perubahan, yang tergantung karakteristik lingkungan, proses yang berlangsung dan 
waktu. Oleh sebab itu perlu ada dimensi kualifikasi dari komponen inti geografi tersebut. 
Dimensi yang dimaksud adalah waktu, proses, keterbukaan dan skala. Sebagai contoh 
tempat yang terletak di pegunungan yang semula subur menjadi lahan kritis dalam waktu 
10 tahun, karena proses erosi dan longsor karena daerahnya terbuka akibat pembalakan 
hutan di atasnya, yang luasnya melebihi 70%. Komponen inti geografi dan dimensi 
kualifikasinya tercantum pada Tabel 1. 
Tabel 1. Komponen esensial inti Geografi dan dimensi kualifikasinya 
Komponen esensial Dimensi kualifikasi 
1. Ruang 
2. Tempat 
3. Lingkungan 
4. Peta 
1. Waktu 
2. Proses 
3. Keterbukaan 
4. Skala 
Sumber: Matthews, et al., 2004 10
6. SPESIALISASI DALAM GEOGRAFI TERPADU 
Setelah dibahas alasan untuk menjadi geografi terpadu dan komponen esensial inti 
geografi, kemudian timbul masalah yang terkait dengan spesialisasi dalam geografi 
terpadu. Spesialisasi dalam geografi tetap dapat eksis , baik spesialisasi dalam intinya 
maupun periperinya, sedangkan yang berada di luar periperi merupakan disiplin antar 
bidang yang relatif sedikit berbasis pada inti geografinya (Gambar 1). 
Gambar 1. Geografi terpadu, geografi fisik dan geografi manusia, dan spesialisasi 
geografi dalam hubungannya dengan bidang Geografi periperi dan antar bidang. Sumber 
Mattews et al., 2004. 
Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa spesialisasi dalam Geografi dapat dibedakan 
menjadi : spesialisasi geografi secara utuh, dalam geografi fisik dan geografi manusia 
dengan kadar inti geografi relatif lebih sedikit dan spesialisasi antar bidang dengan basis 
inti geografi lebih kecil lagi. 11
7. KOMPETENSI DALAM BIDANG GEOGRAFI FISIK 
Seseorang yang belajar geografi kompetensi yang dimiliki akan sejalan dengan 
jenjang pendidikan yang diikuti. Kompetensi ideal bagi orang yang mempelajari geografi 
tercapai apabila yang bersangkutan belajar hingga perguruan tinggi atau telah menjadi 
geograf. Berikut ini disampaikan kompetensi ideal bagi orang yang mempelajari geografi 
hingga perguruan tinggi, namun demikian sebagian dari kompetensi tersebut dapat juga 
dimiliki oleh orang yang hanya mempelajari geografi dalam jenjang pendidikan tertentu 
saja (Sutikno, 2002). 
Kompetensi Dalam Pengertian dan Pemahaman
Setelah mempelajari geografi seseorang diharapkan memperoleh pengertian dan 
pemahaman sebagai berikut: 
1) hubungan timbal balik antara aspek fisik dan manusia dari lingkungan dan 
bentanglahan; 
2) konsep variasi spasial; 
3) perbedaan utama dari wilayah /daerah tertentu yang selalu mengalami perubahan 
akibat proses: fisik, lingkungan, biotik, sosial, ekonomi dan budaya; 
4) konsepsualisasi terhadap pola, proses, interaksi dan perubahan lingkungan, 
sebagai suatu sistem dengan skala yang bervariasi; 
5) kekritisan terhadap aspek spasial dan temporal dari proses-proses fisikal, manusia 
dan interaksinya; 
6) perubahan yang terus terjadi pada komponen lingkungan fisik dan manusia, 
termasuk interaksi dan interdependensinya; 
7) perbedaan menurut ruang, tempat dan waktu dalam masyarakat manusia; 
8) sifat dari disiplin ilmu itu dinamik, prural dan bersaing; 
9) cara representasi data geografi: aspek fisik maupun aspek manusianya; 
10)strategi dalam analisis dan interpretasi informasi geografis; 
11)metode penelitan geografis: observasi, survai, pengukuran lapangan, analisis 
laboratorium, analisis kuantitatif dan kualitatif; 12
12) aplikasi konsep dan teknik geografi untuk pemecahan masalah, kesejahteraan 
manusia, perbaikan lingkungan hidup, perencanaan perkotaan, kebencanaan alam, 
keberlanjutan dan konservasi. 
Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Intelktual
Geografi memberikan serangkaian keahlian intelektual dan kemampuan dalam 
kompetensi sebagai berikut: 
1) penilaian teori yang berbeda, penjelasan dan kebijakan; 
2) analisis dan pemecahan masalah; 
3) membuat keputusan; 
4) penilaian kejadian secara kritis; 
5) interpretasi data dan teks secara kritis; 
6) menyarikan dan mensintesiskan informasi; 
7) mengembangkan argumentasi yang mendasar; 
8) mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan kemampuan diri dan 
mengembangkan kebiasaan untuk belajar terus menerus. 
Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Praktis 
Pendidikan geografi dapat memberikan keahlian praktis dalam bidang/hal berikut: 
1) mampu melakukan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan riset, termasuk 
penyusunan laporan akhir; 
2) mampu melaksanakan kerja lapangan yang efektif, dalam konteks keamanan dan 
keselamatan; 
3) mampu melakukan kerja laboratoris dengan aman dengan memperhatikan 
prosedur baku; 
4) mampu melaksanakan survai dan metode penelitian untuk pengumpulan, analisis 
dan pemahaman informasi aspek manusia; 
5) mampu melakasanakan variasi teknik dan metode analisis laboratorium untuk 
pengumpulan dan analisis data spasial dan informasi lingkungan; 
6) mampu mengkombinasikan dan menginterpretasikan kejadian geografis yang 
berbeda tipenya; 13
7) mampu mengenali isu-isu moral dan etika yang diperdebatkan. 
Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Kunci ( Key Skills)
Siswa /mahasiswa geografi harus mengembangkan kemampuan sebagai berikut: 
1) belajar dan mengkaji, 
2) komunikasi tertulis, 
3) presentasi data geografis, 
4) penilaian dan perhitungan, 
5) kesadaran spasial dan observasi, 
6) keja lapangan dan laboratoris, 
7) tehnologi informasi, 
8) penanganan dan penyimpanan data/informasi, 
9) situasi personal, kerja sama. 
Uraian tersebut menujukkan bahwa pembelajaran geografi penuh dengan kandungan 
kompetensi khususnya dalam aspek spasial, lingkungan dan kewilayahan dari 
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya binaan. Kompetensi yang 
disebutkan di atas kurang spesifik dalam artian praktis atau terapannya, berikut ini 
disampaikan kompetensi Geografi Fisik yang lebih aplikatif antara lain: 
1) survey komponen lingkungan fisikal: cuaca, iklim, geomorfologi, tanah, hidrologi 
dan biogeografi; 
2) inventarisasi dan evaluasi potensi sumberdaya alam; 
3) mitigasi dan evaluasi bahaya dan bencana alam; 
4) evaluasi risiko bahaya/bencana alam; 
5) penataan ruang dari aspek fisikalnya 
6) pengeolaan sumberdaya alam, 
7) konservasi sumberdaya alam, 
8) penilaian degradasi lingkungan, 
9) pengelolaan daaerah aliran sungai. 14
PENUTUP 
1) Geografi terpadu lebih sesuai untuk dikembangkan di Indonesia ke depan, 
mengingat kondisi lingkungan alamnya sangat bervariasi dan berpenduduk padat 
dengan banyak etnik, sehingga banyak permasalahan lingkungan yang perlu 
penanganan secara terpadu. 
2) Geografi sebagai disiplin ilmu perlu label komponen inti Geografi, yang terdiri 
dari ruang, tempat, lingkungan dan peta, dengan dimensi kualifikasi waktu, 
proses, keterbukaan dan skala. 
3) Dalam geografi terpadu spesialisasi tetap eksis, yang meliputi spesialisasi inti, 
periperi dan antar bidang; baik dalam bidang kajian geografi manusia maupun 
geografi fisik. 
REFERENSI 
Bintarto, 1981. Suatu Tijauan Filsafat Geografi. Seminar Peningkatan Relevansi Metode 
Penelitian Geografi. Fakultas Geogari UGM. Yogyakarta 24 Oktober 1981. 
Matthews J. A; D. T. Herbert. 2004. Unifying Geography. Common heritage, share 
future. London: Routlege. Taylor&Francis Group. 
Widoyo Alfandi. 2001. Epistemologi Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada University 
Press. 
Sutikno. 2002. Peran Geografi dalam Pemberdayaan Sumberdaya Wilayah. Makalah 
dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan dan Kongres Ikatan Geograf
Indonesia di UPI Bandung tanggal 28-29 Oktober 2002. 

SUMBER : Sutikno 
Jurusan Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM

DASAR - DASAR GEOGRAFI


Geogfafi merupaksl ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang bumi dengan segenap isinya. Dari Lutt,"'.'.i yang singkat
dan sederhana ini tentu saja tidak dapat dijelaskan secara tepat
arti geografi. Terlebih lagi bidang kajian geografi pangatlah luas'
Sebagai pengetahuan tentang bumi, geograli sudah dikembangkan
sejakzamaji).YunaniKuno,sehinggasebagaipengetahuan
umurnya sudahsangat tua' Tetapi peng*gbuan tentang bumi
pada saat itu belum dapat disebut sebagai ilmu'
Seiringdenganperkembanganilmupengetahuandan
teknologi,m-akakonsep-konsepgeografijugamengalami
perubahan-perubahan. cakupan bidang kajiannya semakin luas,
metod.e analisisnya semakin berkembang'
permukaan bumi itu berbeda-beda keadaanflY?, satu dengan
yang lain. Tanah, air tumbuhan, masyarakat, budaya dan perilakunya tidak ada yang persis sa.Ina, terlebih lagi untuk daerah yang
luas. Perbedaan-perbedaan itu akan mengakibatkan terjadinya
interaksi d.an integrasi serta interdependensi keruangan dalam
bentuk aliran barang, orang ataupun jasa. Interaksi dan
interdepend,ensi antar tempat, antar wilayah ini akan semakin
meluas di era globalisasi ini. oleh karena itu ada semacam
keharusan kedasama antar tempat, antar wilayah, antar nega-ra,
antar individu sampai antar bangsa. Pemaham an atas persaamaan dan perbedaan antar tempat dan antar penghuninya sangat
diperlukan agar interaksi dan interdependensi itu dapat diarahkan
dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia'
untuk itulah maka diperluk2l ilmu pengetahuan tentang karakteristik tempat, karakteristik manusianya serta perpaduan
diantara keduanya seca-ra keruangan. ILnu pengetahuan yang
mempelajari hal-hal tersebut adalah ilmu geografi.
Bagi Indonesia yang wilayahnya terdiri dari kurang lebih
7.7OO.OO0 km2, dan memiliki keanekaragaman aspek fisis maupun
aspek manusianya, maka pengetahuan geografi mempunyai
peranan yang sangat penting. Geografi diperlukan untuk
memahami hubungan timbal balik arttara manusia dengan alam
biotik, alam abiotik dan kultural secara keruangan. Dari segi
internal pemahaman ini diarahkan untuk mengetahui potensipotensi wilayah dalam rangka pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraa-n hidup manusia. Sedang dari segi ekternal pengetahuan geografi sangat diperlukan sebagai wahana dalam rangka
keda sama antar bangsa.
Di bidang pendidikan geografi juga memegang peranan yang
tidak katah pentingnya. Geografi melalui pendekatan keruangan'
ekologi dan kewilayahan, ikut membina perilaku manusia dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian geografi ikut
serta dalam pembentukan dan pembinaan budaya bangsa.
P"rgonton l-, C""gr-fiuntuk dapat mencapai sasar€rn-sasafan tersebut guru
geografi perlu memalrami hakikat ilmu geografi, konsep-konsep
geografi, pemahaman tentang objek material geografi, objek formal'
pend.ekatan geografi, serta makna geografi di berbagai bidang
kehidupan.
Ttrjuan umum dari mata kuliah Dasar-Dasar Geograli adalah
sebagai berikut: setelah mempelajari mata kuliah ini diharapkan
mahasiswa daPat
1. Memahami hakik2l ilmu geografi
2. Memahami pengertian dan konsep-konsep dasar geografi
3. Memahami objek kajian studi geografi
4. Memahami klasifikasi dan cabang-cabang ilmu geograli.
5. Memahnm i pendekatan-pendekatan geografi
6. Memahami manfaat studi geografi di berbagai bidang
kehidupan
7. Memahami peranan geogragi di bidang pendidikan, dan
p emb elaj ar arL ge ografi .
Mata kuuah ini mempunyai bobot 2 sks, dan diberikan secara
seragam di setiap program studi di lingkungan Fakultas Ilmu
Sosial (FIS) di Universitas Negeri Yograkarta'
3 p"rgorton l.t G"g".fiBAB I
HAKEKAT GEOGRAFI
, 4 Filsafat Geografi
Filsafat seca-ra harafiah (philosophy) berarti kecintaan
terhadap kebijaksanaan. Philosophy dipakai oleh ftrthagoras abad
6 sebelum Masehi sehingga ffitragoras disebut sebagai sophos
karena dianggap orang yang bijaksana meskipun ftrthagoras
sendiri hanya menyebut dirinya sebagai orang yang mencintai
kebijaksanaan. Filsafat bertujuan untuk mencapai kebijaksanaan.
Manusia sepanjang hidupnya ingrn membuat keputusan yang baik
guna memahami kenyataan seutuhnya seca-ra benar dan jelas
sehingga dapat mengambil keputusan tentang apa yang akan
d.ilakukan oleh karena itu mencintai kebijaksanaan berarti
mencintai keben ararL dan kejelasan. Manusia selanjutnya menjadi
kritis dan skeptis terhadap segala sesuatu baik yang berasal dari
dirinya sendiri maupun dari pihak lain.
Filsafat mengajarkan agar manusia mencintai dialog kritis
dengan penalaran, pemikiran menyeluruh. Filsafat bersifat tidak
fragmentasi berupaya mencari jawaban Seca-ra mendalam serta
mendasar dengan menyadari behwa tidak pernah akan diperoleh
jawaban terakhir sehingga tidak menyenangi sesuatu yang indok-
4
offi
P"rgonto, f l-u Q"ognof,trinasidandogmatis.Sikapiniakanmelahirkanhasilkerjayang
bersifat kumulatif sedikit demi sedikit yang merupakan kumpulan
hasilkerjaorangbanyakSecalakritisyangberupapengetahuan.
Ibnumerupakanpengetahuanyangtersimpandanterujisecara
benar, terbuka dan terpercaya dengan menjunjung etika' kebena.randanmoral.Instrumeninimerupakartalatkontrolterhadap
perkembangan ilmu'
Metode ilmiale adalah prosedur untuk mendapatkan ilmu
meliputi;memi]ihdanmendefinisikanmasalalr,mengumpulkan
informasi, men,rusun jawaban sementara' pengamatan untuk
mengujijawabansementara,percobaandanmenarikkesimpulan.
MeskipundemikiantidakSemuakesimpulanyangditarikdari
pengamatandanfaktaempirisdapatdikatakanteorididalam
filsafat ilm u mengandung pengertianepistimologi / cara memperoleh
pengetahuan melalui deduktif dan induktif serta diketahui obyek
kajiartlontologi.Membarrgunteoridiperlukankriteriakebenalaf,L
yangutuhterpadubenarbiladiujisertafungsionaldalamruang
dan waktu yakni koherensi, korespond.ensi dan pragmatisme'
Membicarakantent"tg-.-s;:s'd*:-":u"l-Y-*.3-9*-tempat
merupakan manifestasi pandangan filsafat y"tg.-"..-"-1-T P-:":1,,*"
dan populer karena geografi akan selalu d,ikaitkan dengan alarl,
udara dan air manifestasinya adalah posisi manusi3 "ld"q .*"Y;
**.r"iu. bagran dari waktu dengan perubafuan dalam kurun waktu
5
P"ngonto' f ltu e"ognof;tertentu secara kualitas d.an kuantitas. Perbedaan pandangan
yang terjad'i pada filosofi dan metodologinya menjadikan menjadikanpendekatanmetodologigeografiberkembang.DalampengembangangeogTafiteorigeografimerupakandasarnemi},
dan prinslp yang mend.asari untuk mencapai tujuan, perumusan
masalahdanjawabansementaragunamengidentifikasidan
menerapkan secara tepat ide dan konsep konsep yang ada dalam
teorigeografisebagaikerangkapemikirandalammelakukan
penelitian geografi. oleh karena itu agffi memudahkan penelitian
geografi di dalam pengumpulan fakta empiris guna membangun
teori diperlukan paradigma yang dijadikan dasar untuk membuat
definisi operasional dan memformulasikan konsep maupun teori
sertametodologiyangdigunakan.Paradigmageografipada
hakekatnya dibedakan menjadi pgradigma tradisional (eksplorasi, environmentalisme aun rgg1p.-Udiqp+e) dan kaql-e*4qpelgr
-?
maraAigma analisis keluanq *rffiuradgma eksplorasi merupakan
perkembangan awal geograli yang sifat dan produk geografi berupa
#*
diskripsi maupun klasifikasi da?6h baru dengan fakta lapangan
dengan keterbatasql ,latar belakang teorinya didalam melakukan
r'+ I
penelitian g"ografiFd*adigma environmentalis mulai berkembang
akhir abad 19 yang menjelaskan peranan yang besar lingkungan
fisik terhadap pola kegiatan manusia. Pada periode ini telah
memunculkan analisis morfometrik dan hubungan kausalitas
P"rgonto, f l.u Q"ognof't'7 .,
yang d,ikerkajan dengan sistematika keilmuan{,.1}Paradiqma
regionalisme merupakan perkembangan terakhir paradigma
tradisional d.engan memunculkan konsep konsep regional sebagai
d.asar pengenalan ruang. p62digma geografi kontemporer yang
memperhatikan analisis keruangan sebagai studi yang lebih
bersifat nomotetik yang mendasari penemuan tentang keteraturan
pola, struktur dan proses. Namun demikian pada perkebangan
selanjutnya paradigma geograli tidak dapat meninggalkan seca-ra
penuh paradigm a terdahulu karena akanmembelenggu geografi
pada ilmu yang menjadi statis dan sulit berkembang' Dalam
pandangan Johnston {lg73l menyebutkan bahwa kajian geograli
didalammempelajarihubunganmanusiadenganala-mdengan
analisa keruangan dalam konsep wilayah yang nyata bukan semu
sehingga geografi sebagai studi dengan paradigma baru mempelajari hubungan manusia dengan alam dalnm konteks analisis
keruangan, kelingkungan dan kewilayahan seca,ra nyata dapat
diaplikasikan di lapangan d.alam rangka pengembangan teori serta
dinamika pemecahan berbagai masalah memiliki dasar pemikiran
yang kokoh secara keilmuan.
P"rgorto, f l-u Q""g"ofiGambar l. : Philorophlcr rcbagei ckrpreri metaphllorophlcr
METAPHILOSOPflY
PHllosoP8lEs
"^iT "".,* llt--sa]ll__-:yrl-]l
GOD MEANING TRUTH EMANCIPATION GROUNDLESSNESS
ffir[{} iE{*ti,'i'iryi kegffi.ij EEEil$fi
ffim [ffi;ilr-lcffi: ffi6ffififii"8 ffiE-d
ffiBEEffit ffiEtr
FiffiF-riffi?
Gambar 1.
Philosophies sebagai ekspresi metaphilosophies
Di dalam bidang geografi ca.ra yang disepakati untuk
pengemb€m.gan ilmqny2 selain atas dasar filsafat diatas
dilakukan melalui
1,. Pendekatan seca-ra empiris merupakan penjabaran lanjut
atas pengertian yang terkandung di dalam epistimologi agar
dapat digunakan untuk menelusuri melalui penelitian
tentang keberadaan obyek yang ada dan dapat dibuktikan
keberadaannya dan melahirkan metodologi guna mempresentasikan hasil penelitiannya. Geograli seca-ra kontemporer
dikelompokkan dalam beberapa grup yang dicirikan oleh
topik dan sub topik bahasan mendasarkan atas pendekatan
lokasi dan ruang baik seca.ra vertikal maupun horizontal
p"ngon ton f l- u Q"ogrofiyang d'ikenal sebagai pendekatan terintegrasi separuang
masitr mengikuti filsafat geografi'
2. Pendekatan positive merupakan penjab arar: dari epistimologi
yffigmerupakan pengetahuan yang diturunkan atas dasar
percobaandarikenyataandandarifaktayangdiperoleh
gunamemastikankebenaranyangditinjaudariberbagai
tinjauandanpakar.Pemanfaatartpendekatanpositivedalam
bidangstudigeografiberperansebagaikatalisatorterjadinya berbagai perubah an tata kerja geografi yang dibuktikandenganadanyapengumpulandatasertapegukurandi
setiap fenomena obyek material dan pengujian hipotesis
denganbantuanstatistik,matematikdankomputeryang
melalrirkanmetod'esisteminformasigeografidanpendekatannomotetik.Pendekataninimempengaruhigeografi
denganmemperhatikanhalyangbersifatumumdanmenjelaskankausalitasdanproseskeruanganmelaluimetode
verifikasi. Pendekatan ini mempengaruhi perkembangan
geograflsebagaiilmusintesabukansekedarmengidenffikasi informasi yang terjadi di permukaan bumi'
3].Pendekatanhumanistikmerupakanpenjabarandariepistimologisebagaisumberpengetahuanatasdasarsubjektivitas
dan individual yang telaah ontologinya dapat memberikan
P.rgonton f h' e"ognof;penalaran tentang keberadaan obyek kajian. Pendekatan
humanistik yang menekankan hakekat kebenaran atas
dasar pemikiran manusia yang sejalan dengan aktivitasnya
secara nalar sehingga pada pendekatan ini tidak ada
fenomen a yarLg memberikan faham secara kelompok dan
kemudian disepakati. Karakteristik pendekatan humanistik
adalah idealisme, pragmatik, fenomenologi dan eksistensialis. Idealisme mengandung makna bahwa semua yang
ada di muka bumi mempunyai kaitan sebab akibat baik
seca-ra langsung atau tidak langsung secara berurutan'
Teori yang dibangun pada aliran ini merupakan teori yang
bersifat subyektif dan mendasarkan pemikiran individu
sehingga melahirkan paradigma yang ambigu antara percaya
dan tidak percaya. ppngmatis menekankan pengetahuan
yang sangat bergantung pada fungsi penelitian secala detail
dan praktis serta bermanfaat. Fenomenologi merupakan
filsafat yang melakukan penganalisaan seca-ra mendalam
dan mencoba mengenali dan memahami obyek dasar
pengetahuan seca,ra praktis dengan hasil yang memuaskan.
Eksistensialis merupakan filsafat yang lebih dekat dengan
faham marxisme dengan memberikan perhatian pada peran
individu di dalam kehidupan masyarakat. Pendekatan
humanistik di dalnm geografi dapat diartikan bahwa diP"ngonton f l.u Q"ogrofi 104.
dalam memahami geosfer merupakan sinergl dan interpretasi dan imaginasi setiap individu '
Pendekatan strukturalis lebih banyak dipergunakan untuk
menj elaskan fenomena yang bersifat antropocentris sehingga
pendekatan ini banyak diterapkan dalam kqiian ilmu yang
bersifat sosiologi. Karakteristik dari pendekatan ini
mendasarkan bahwa sosiologi hanya membahas fenomenologi yang dihasilkan oleh manusia sebagai subyek sosial
bukan atas semua obyek di muka bumi. Pendekatan
struktur d,i dalam geograli memiliki nilai esensi dalam
sumbangannya terhadap penettian yang terkait dengan
fenomena sosial di suatu tempat, lokasi atau ruang di muka
bumi ini
llogional gcography ffi;
Gambar 2.
Pengembangan pemahaman geografi
P"ngorto, f l.u Q.ogrof; 11B Visi dan Misi Geograli
l. Visi Geograli
Visi adalah kemampuan untuk melihat pada inti persoalarr, pandangan, wawasan menurut apa yang tampak di khayal
serta penglihatan dan pengamatan. Geografi termasuk dalam
kajian Ilmu Pengetahuan Sosial yang pada dasarnya memiljki tiga
visi yakni filosofis, akademik dan pedagogik. Visi filosofis
bertumpu pada Pancasuila beserta penjabarannya yang sudah
disepakati sebaga i pandangan hidup bangsa Indonesia. Visi
akademis bertumpu pada Ilmu ilmu Sosial dan Humaniora yang
dikembangkan dengan tuntutan dan perkembangan irmq pengetahuan dan teknologi serta untuk kepentingan pembelajaran. Visi
pedagogis bertumpu pada peserta didik yakni mampu memahami,
menganalisis, meyeleksi dan merumuskan kerangka pengembangan materi atau dasar ilmu sosial dan humaniora, untuk
kemudian mengajarkan kepada subyek belajar di sekolah sesuai
dengan tuntutan jaman.
Visi geografi pada prinsipnya tidak terrepas dari upaya
menciptakan sumber daya manusia (sDM) yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa berkepribadian dan bermoral pancasila
serta mampu memelihara, mengembangkan dan mengabdikan
ilmunya bagi pembangunan. oleh karena itu geografi sebagai
disiplin ilmu dikembangkan untuk menciptakan sumber daya
P"rgonto, f l-u Q.ognofi t2manusia berkualitas yang mnmpu berfikir secara responsif, analisis
kritis, sesuai kaidah keilmuan (koherensi, korespondensi dan
pragmatis), transparan dan sintesis terhadap berbagai fenomena
dan masalah geosfer dengan sudut pandang keruangan, kelingkungan dan komPleks wilaYah.
2. Misi Geografi
Misi adalah tugas yang dirasakan sebagai kewajiban untuk
melakukan sesuatu. Misi geografi merupakan tugas khusus yang
diemban untuk dilaksanakan oleh suatu lembaga dan satu bidang
studi geografi. Misi geografi tidak dapat dilepaskan dari visinya.
Atas dasar visi tersebut bidang studi geografi memiliki misi untuk
mendidik gqru geografi yang menguasai ilmu geografi secara
mend.alam serta mampu mengajarkannya serta mampu mengembangkan ilmu geografi dan aspek aspek pembelaja-ran melalui
berbagai studi dan penelitian serta dapat mengamalkannya dalam
kehidupan masy arakat. Secara rinci bidang studi geografi adalah
mendidik calon calon guru geografi yang
a. profesional dalam arti menguasai materi bidang studi
induknya yaitu geografi dan trampil melaksanakan proses
pembelajaran pada peserta didik baik SLTP ( SLTP Biasa, SLTP
Kecil, SLTP Terbuka dan sLTP Terpadu) maupun sM (sMU
dan SMK)
p"nganto, f l.u Q""grofi 13b. memiliki kemampuan dan keterampilan melaksanakan penelitiansosial,khususnyaterkaitdengangeogralibaikuntuk
keperluan pendidikan dan pengajaran di sekolah, keperluan
praktis untuk pembangunan dan kepentingan masyarakat
maupun Pengembangan ilmu
c. memiliki kemamPuan akademik dan atau profesional dalan
bid.ang studi induknya yaitu geografi sehingga mempunyai
kemampuan dan kewenangan untuk bekerja di luar bidang
keguruan (flesibilitas eksternal)
d. Memiliki kemamPuan dan keterampilan untuk mengantisipasi
perubahankehidupansebagaiakibatglobalisasi
Tugas
1. Berikan penjelasan tentang filsafat geografi
2. Berikan penjelasan peranan teori dalam pengembangan ilmu
geografi
3. Bagaimana pengembangan filsafat geografi
a. Apakah yang dimaksud dengan paradigma geografi
5.Bagaimanakedudukanparadigmageografidalampengembangan geografi
i O. Kemukakan bagaimana visi geografi
7. Jelaskan mengenai misi geografi
P"ngonto, f l.u G.ognof'
L4b. memiliki kemampuan dan keterampilan melaksanakan penelitiansosial,khususnyaterkaitdengangeogralibaikuntuk
keperluan pendidikan dan pengajaran di sekolah, keperluan
praktis untuk pembangunan dan kepentingan masyarakat
maupun Pengembangan ilmu
c. memiliki kemamPuan akademik dan atau profesional dalan
bid.ang studi induknya yaitu geografi sehingga mempunyai
kemampuan dan kewenangan untuk bekerja di luar bidang
keguruan (flesibilitas eksternal)
d.Memilikikemampuandanketerampilanuntukmengantisipasi
perubahankehidupansebagaiakibatglobalisasi
Tugas
1. Berikan penjelasan tentang filsafat geografi
2. Berikan penjelasan peranan teori dalarn pengembangan ilmu
geografi
3. Bagaimana pengembangan filsafat geografi
4. Apakah yang dimaksud dengan paradigma geografi
5.Bagaimanaked'udukanparadigmageografidalampengembangan geografi
6. Kemukakan bagaimana visi geografi
7. Jelaskan mengenai misi geografi
P"rgorton f l.u Q.ognof'
L4c.
b. memiliki kemampuan dan keterampilan melaksanakan penelitiansosial,khususnyaterkaitdengangeografibaikuntuk
keperluanpendidikandanpengajarandisekolah,keperluan
praktisuntukpembangunandankepentinganmasyarakat
maupun pengembangan ilmu
memiliki kemampuan akademik d.an atau profesional dalam
bidangstudiinduknyayaitugeografisehinggamempunyai
kemempuan dan kewenangan untuk bekerja di luar bidang
keguruan (flesibilitas eksternal)
Memiliki Lspampuan d.an keterampilan untuk mengantisipasi
perubahan kehidupan sebagai akibat globalisasi
Tugas
1. Berikan penjelasan tentang filsafat geografi
2. Berikan penjelasan peranan teori dalam pengembangan ilmu
geografi
3. Bagaimana pengembangan filsafat geografi
4. Apakah yang dimaksud d'engan paradigma geografi
5. Bagaimana ked.udukan paradigma geografi dalam pengembangan geografi
6. Kemukakan bagaimana visi geografi
7. Jelaskan mengenai misi geografi

KONSEP,PRINSIP DAN PENDEKATAN GEOGRAFI


Pengertian Geografi
Para pakar geografi dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan 
Kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1998, telah 
merumuskan konsep geografi sebagai berikut: geografi adalah ilmu 
yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer 
dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks 
keruangan. Konsep geografi yang diketengahkan di atas secara jelas 
menegaskan bahwa yang menjadi obyek studi geografi tidak lain 
adalah geosfer, yaitu permukaan bumi yang hakikatnya merupakan 
bagian dari bumi yang terdiri dari atmosfer (lapisan udara), litosfer 
(lapisan batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan), dan 
biosfer (lapisan kehidupan). Pada konsep ini, geosfer atau permukaan 
bumi ditinjau dari sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan 
yang menampakkan persamaan dan perbedaan. Persamaan dan 
perbedaan tersebut tidak terlepas dari adanya relasi keruangan dari 
unsur-unsur geografi yang membentuknya (Nurdin Sumaatmaja, 2001 
: 11)

Pengertian Geografi
Pengertian Geografi menurut P.Hagget (1965) adalah:
It is relevant to note that geography enquires in recent years concern
mainly with: (a) the ecological system and (b) the spatial system. The
first relates man to environment while the second deals with linkages
between regions in a complex interchanges of flows. In both system
movments and contacts are of fundamental importance,
artinya: adalah relevan untuk dicatat bahwa akhir-akhir ini perhatian
geografi terutama terarah pada: (a) sistem ekologi dan (b) sistem
keruangan. Yang tersebut pertama berkaitan dengan manusia dan
lingkungannya sedang yang kedua berkaitan dengan hubungan timbal
balik yang kompleks dari gerakan pertukaran. Berdasarkan kedua
sistem tersebut gerakan dan kontak merupakan masalah dasar yang
utama (Bintarto dan Surastopo, 1991: 9).

Pendekatan Geografi
Dalam geografi untuk mendekati masalah, digunakan tiga
macam pendekatan yaitu: pendekatan analisa keruangan (spatial
analysis), analisa ekologi (ecological analysis), dan analisa kompleks
wilayah (regional complex analysis) (Bintarto dan Surastopo, 1991:
12).

1) Pendekatan Keruangan
Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai
sifat-sifat penting. Dapat dikatakan bahwa dalam analisa
keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran
penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang
akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancang. Dalam
analisa keruangan dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari
data titik (point data) seperti: data ketinggian tempat, data sampel
tanah, data sampel batuan. Data bidang (areal data) seperti: data
luas lahan, data luas daerah pertanian, data luas padang alangalang dan lain sebagainya (Bintarto dan Surastopo, 1991: 12-13).
2) Pendekatan Ekologi
Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan
lingkungan disebut ekologi. Oleh karena itu untuk mempelajari
ekologi, seseorang harus mempelajari organisme hidup seperti
manusia, hewan, tumbuhan serta lingkungannya seperti lithosfer,
hidrosfer, atmosfer. Selain itu organisme hidup, dapat pula
mengadakan interaksi dengan organisme yang lain. Manusia
merupakan satu komponen dalam organisme hidup yang penting
dalam proses interaksi. Oleh karena itu muncul pengertian
ekologi manusia (human ecology) dimana dipelajari interaksi
antar manusia, dan antara manusia dengan lingkungannya
(Bintarto dan Surastopo, 1991: 18-19).
3) Pendekatan Kompleks Wilayah
Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi
disebut analisa kompleks wilayah. Pada analisa ini wilayahwilayah tertentu didekati dengan pengertian areal differentiation,
yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan
berkembag karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda
dengan wilayah yang lain, oleh karena terdapat permintaan dan
penawaran antar wilayah tersebut. (Bintarto dan Surastopo, 1991:
24).

Konsep Geografi
Geografi sebagai ilmu juga memiliki konsep, berdasarkan hasil
seminar dan lokakarya di Semarang pada tahun 1988 dalam
Suharyono dan Moch Amien (1994: 26-35) diungkapkan 10 konsep
yaitu:
1) Konsep Lokasi
Konsep lokasi merupakan konsep utama geografi yang menjadi
ciri khusus dalam keilmuan geografi. Secara umum lokasi dibagi
menjadi dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.
2) Konsep Jarak
Nilai suatu obyek dapat ditentukan oleh jaraknya terhadap suatu
obyek lain, sehingga jarak sangat erat kaitannya dengan lokasi.
Konsep jarak sendiri dibagi menjadi dua yaitu jarak absolut dan
jarak relatif.
3) Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan atau accessability tidak selalu berkaitan dengan
jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ada
tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai.
4) Konsep Pola
Pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena
dalam ruang di muka bumi, baik fenomena yang bersifat alami
ataupun fenomena sosial budaya.
5) Konsep Morfologi
Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi
sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah (secara
geologi) yang lazimnya disertai dengan erosi dan sedimentasi
hingga ada yang berbentuk pulau-pulau, dataran luas yang
bepegunungan dengan lereng-lereng tererosi, lembah-lembah dan
dataran aluvialnya.
6) Konsep Aglomerasi
Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat
mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit yang paling
menguntungkan baik mengingat kesejenisan gejala maupun
adanya faktor-faktor umum yang menguntungkan.
7) Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi
bersifat relatif tidak sama bagi semua orang atau golongan
penduduk tertentu.
8) Konsep Interaksi/Interdependensi
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi obyek atau
tempat satu dengan yang lain.

9) Konsep Differensiasi Areal
Setiap tempat atau wilayah terwujud sebagai hasil integrasi
berbagai unsur atau fenomena lingkungannya baik yang bersifat
alam atau kehidupan. Integrasi fenomena menjadikan suatu
tempat atau wilayah mempunyai corak individualitas tersendiri
sebagai suatu region yang berbeda dari tempat atau wilayah yang
lain.
10)Konsep Keterkaitan Keruangan
Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan menunjukkan
derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena
yang lain di suatu tempat atau ruang, baik yang menyangkut
fenomena alam, tumbuhan atau kehidupan sosial.
Konsep yang dipakai di dalam penelitian ini yaitu konsep
interaksi/interdependensi karena di dalam penelitian ini mengkaji
dampak aliran irigasi yang terkena limbah cair PGPS Madukismo
terhadap kualitas air irigasi dan pengaruhnya terhadap produktivitas
padi.





Pendekatan Geografi
Dalam geografi untuk mendekati suatu permasalahan, 
digunakan tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan keruangan 
(spatial approach), pendekatan ekologi (ecological approach), dan 
pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach) (Bintarto 
dan Surastopo, 1981:12-30).
1) Pendekatan Keruangan 
Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifatsifat penting atau seri sifat-sifat penting. Dengan kata lain dapat 
dikatakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus 
diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada 
dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai 
kegunaan yang dirancangkan. Analisa keruangan dapat diketahui 
dari pengumpulan data lokasi yang terdiri dari data titik (point 
data) seperti: data ketinggian tempat, data sampel tanah, data 
sampel batuan, dan data bidang (areal data) seperti: data luas 
hutan, data luas daerah pertanian, data luas padang alang-alang.
2) Pendekatan Ekologi 
Studi mengenai interaksi antara organisme hidup dengan 
lingkungan disebut ekologi, sehingga dalam mempelajari ekologi 
seseorang harus mempelajari organisme hidup seperti manusia, 
hewan, tumbuhan serta lingkungannya seperti litosfer, hidrosfer, 
atmosfer. Organisme hidup dapat pula mengadakan interaksi dengan organisme yang lain. Manusia merupakan satu komponen 
dalam organisme hidup yang penting dalam proses interaksi. Oleh 
karena itu muncul pengertian ekologi manusia (human ecology) 
dimana dipelajari interaksi antar manusia dan antara manusia 
dengan lingkungannya.
3) Pendekatan Kompleks Wilayah 
Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi disebut 
analisa kompleks wilayah. Dalam analisa ini, wilayah-wilayah 
tertentu didekati dengan pengertian areal differentiation, yaitu 
suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang 
karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah 
yang lain. Pada analisa ini diperhatikan pula mengenai penyebaran 
fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara 
variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari 
kaitannya sebagai analisis kelingkungan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kompleks wilayah, karena 
peneliti menganalisis persebaran fasilitas pendidikan di wilayah 
Kota Yogyakarta, dan kemudian menganalisis kesesuaian jumlah 
penduduk usia sekolah dengan fasilitas pendidikan.

Prinsip Geografi
Terdapat empat prinsip geografi sebagaimana yang diungkapkan 
Nursid Sumaatmadja dalam buku Studi Geografi, Suatu Pendekatan 
dan Analisa keruangan (1988, 42-44), antara lain:
1) Prinsip Penyebaran/ Spreading Principle
Prinsip penyebaran dapat digunakan untuk menggambarkan 
gejala dan fakta geografi dalam peta serta mengungkapkan 
hubungan antara gejala geografi yang satu dengan yang lain. Hal 
tersebut disebabkan penyebaran gejala dan fakta geografi tidak 
merata antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. 
Dalam penelitian ini prinsip penyebaran digunakan untuk 
mengetahui persebaran fasilitas pendidikan yang ada di Kota 
Yogyakarta.
2) Prinsip interrelasi/ Interrelationship Principle
Prinsip interrelasi digunakan untuk menganalisis hubungan 
antara gejala fisik dan non fisik. Prinsip tersebut dapat 
mengungkapkan gejala atau fakta Geografi di suatu wilayah 
tertentu.
3) Prinsip deskripsi/ Descriptive Principle
Prinsip deskripsi dalam geografi digunakan untuk memberikan 
gambaran lebih jauh tentang gejala dan masalah geografi yang 
dianalisis. Prinsip ini tidak hanya menampilkan deskripsi dalam 
bentuk peta, tetapi juga dalam bentuk diagram, grafik maupun tabel. Prinsip deskripsi digunakan dalam penelitian ini, yaitu 
untuk merepresentasikan data dalam bentuk tabel klasifikasi, dan 
juga peta.
4) Prinsip korologi/ Chorological Principle
Prinsip korologi disebut juga prinsip keruangan. Dengan prinsip 
ini dapat dianalisis gejala, fakta, dan masalah geografi ditinjau 
dari penyebaran, interrelasi, dan interaksinya dalam ruang.
d. Konsep Geografi
Geografi memiliki sepuluh konsep–konsep esensial (Suharyono 
dan Moch Amien, 1994 : 26 - 34), antara lain:
1) Konsep Lokasi 
Lokasi sangat berkaitan dengan keadaan sekitarnya yang dapat 
memberi arti sangat menguntungkan ataupun merugikan. Lokasi 
digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer karena lokasi 
suatu objek akan membedakan kondisi di sekelilingnya. Konsep 
lokasi digunakan dalam penelitian ini untuk membahas mengenai 
letak lokasi fasilitas pendidikan yang ada di Kota Yogyakarta. 
Fasilitas tersebut mencakup lokasi SD, SMP, dan SMA.
2) Konsep Jarak 
Jarak mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial dan 
ekonomi. Jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya 
pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan,pengangkutan barang dan penumpang. Jarak dapat dinyatakan
sebagai jarak tempuh baik yang dikaitkan dengan waktu 
perjalanan yang diperlukan ataupun satuan biaya angkutan. 
3) Konsep Aksesibilitas 
Aksesibilitas juga berkaitan dengan kondisi medan atau ada 
tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai. 
Tempat-tempat yang memiliki keterjangkauan tinggi akan mudah 
mencapai kemajuan dan mengembangkan perekonomiannya. 
4) Konsep Pola 
Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran 
fenomena dalam ruang muka bumi, baik fenomena alami 
(misalnya jenis tanah, curah hujan, persebaran, vegetasi) ataupun 
fenomena sosial budaya (misalnya permukiman, persebaran 
penduduk, pendapatan, mata pencaharian). Konsep pola 
digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis persebaran 
fasilitas pendidikan yang ada di Kota Yogyakarta.
5) Konsep Morfologi 
Morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi 
sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah. Bentuk 
daratan merupakan perwujudan wilayah yang mudah digunakan 
untuk usaha-usaha perekonomian. 
6) Konsep Aglomerasi 

Aglomerasi merupakan kecenderungan persebaran yang bersifat 
mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit yang 
paling menguntungkan baik karena kesejenisan gejala maupun 
adanya faktor-faktor yang menguntungkan. 
7) Konsep Nilai Kegunaan 
Nilai kegunaan fenomena atau sumber-sumber di muka bumi 
bersifat relatif artinya tidak sama bagi semua orang atau 
golongan penduduk tertentu. 
8) Konsep Interaksi Interdependensi 
Interaksi merupakan peristiwa saling mempengaruhi daya-daya, 
objek atau tempat satu dengan tempat lainnya. 
9) Konsep Diferensiasi Area 
Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah 
mempunyai corak individualis tersendiri sebagai suatu region 
yang berbeda dari tempat atau wilayah yang lain. Unsur atau 
fenomena lingkungan bersifat dinamis dan interaksi atau 
integrasinya juga menghasilkan karakteristik yang berubah dari 
waktu ke waktu. 
10) Konsep Keterkaitan Keruangan 
Keterkaitan keruangan menunjukkan derajat keterkaitan 
persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain di suatu 
tempat atau ruang baik yang menyangkut fenomena alam, 
tumbuhan, atau kehidupan sosial.



04 April 2013

GEOGRAFI PEDESAAN


Geografl perdesaan uterupakan studi dalam ilmu Geografi yang termasuk dalam
kelompok sfudi Geografi Manusi a ftIuman Geography). Munoulnya Geografi Perdesaan
sebagai suatu studi daram ilmu Geografi yang berdiri sendiri sebagai sub-disiplin iknu
belum begitu larrra. Baru sekitar akhir dasa warsa 1960 an Geografi Perdesaan mencapai
bentuknya yaog lebih ayata. Kelambanan pemunculan Geografi Perdesam sebagai studi
yang berdiri sendiri itu disebabkan kwanpya perhatian para ilmuwm Geografi pada
waktu yang lampau terhadap,'masalah-masalah sosial ekonomi di wilayah perdesaan'
perhatian i6l baru muncul di sekitar tahuo 1950 an, bersamaan wakhmya dengan
perhatian dunia terhadap masalah kemiskinan yang untuk sebagian besar diderita oleh
pendudukperdesaandinegara-negaraberkemb2ngpascadekolonisasi.
Kurangnya perhatian pam ahli Geografi terhadap masalah-masalah sosial
ekonomi di wilayah pefdesaao pada waktu lampau dapat dipahami' mengingat bahwa
ilmu pengetahuan yang pada umumnya bersumber dari dunia Barat dengan struktur
ekonomi indusfialistft memberikan suasana bagi para ihnuwan Geogfafi Barat kurang
tertarik terhadap fenomena sosiar ekonomi di perdesaan dibandingkan dengan wilayah
perkotaan- Disamping itu juga terdapat anggapan bahwa perubahan-perubahan keadaan
sosial ekononni di perdesaan sangat lamban, sehingga kurang memberikan tantangan
untuk melakukan penelitian-penelitian (Ctout, I 972)'
Karena kurangnya minat untuk melaukan penelitian'penelitian di wilayah
perdesaan, maka sudah sewajarnya apabila literatm yang membicarakan persoalan
wilayah perdesaan dari para ilmuwan Geografi termasuk langka. Banrlah mer{elang
tahun 1970, mulai bermunculan artikel-artikel mengenai wilayah petdesaan yang ditulis
oleh para ilmuwan Geografi, walaupun banyak yaog masih bersifat deslriptif
(Cloke,l980).
2.GeografiPerdesaan:PandanganTradisionalsampaiMutakhir.
Berhubung dengan rxmrrnya yang relatif muda' maka bidaug kaiian dalam studi
Geografi Perdesaan masih mengalami perkernbangan-perkebangan yang relatif cepat' sampai akhir dasawarsa 1970 an ruang lingkup studi Geografi Perdesaan masih diwarnai
oleh pandangan Goografi fadisional. Dalam Geografi ffadisional pandangan mengenai
ruang lingkup studi Geografi Psrdesaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok pandangan (Clout,l972; Johnston, I 98 1)'
Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa fokus perhatian Geografi Perdesaan
adalah bidang pertanian. Hal ini didasarkan pab argumentasi bahwa pertanian
merupakan faktor dominan dalam tata kehidupan penduduk wilayah perdesaan' Dengan
pandangan ini maka Geografi Perdesaan bertumpang tindih dengan Geogpafi Pertanian'
Untrrk menekankan perbedaan antartr- Geogfafi Perdesaan dengan Geogfafi Pertanian
dikemukakan: Geografi pertanian lebih memfokuskan perhatiannya pada hubunganhubungan ekonomi dari produksi pertanian, sedangkan Goografi Perdesaan menitik
beratkan perhatiannya kepada hubungan antara usaha tani dengan segala aspek kehidupan
danpenduduknya.
Kedua, kelompok yfrig menitlk beratkan perhatiannnya pada persoalan
pennukiman sebagni isi pokok dalam bidang studi Geogfafi Perdesaan' Dengan demikian
Geogfafi Perdesaan identik dengan Goografi pennukiman perdesaan'
Ketiga, kelompok lainnya berpandangan bahwa di samping masalah pertanian dan
permukinun, persoalan tata guna tahan di wilayah perdesaan merupakan sasaran studi
yang penting dalam Geografi Perdesaan'
Di dalam sejarah perkembangan studi Geogfafi Perdesaan, maka Clout dipandang
sebagai pionirnya (cloke,1980). clout adalah orang yang pertama kali menyampaikan
kerangka dasar studi Geografi perdesaan untuk dapat berdiri sendiri sebagai sub-disiplin
ilrnu Geografi. Kerangka dasar tersebut termuat dalam bukunya yang berjudul Rurol
Geography: An Indroductoty survey yang tefbit padatahrm1972.
Dalarn situasi yang langka akan literatur yang membahas persoalan wilayah
perdesaan dari sudut pandang Geografi, di lndonesia telah terbit pula untuk pertama
kalinya buku karangan Bintarto (1969) dengan iudul Pengantar Geografi Desa. Buku ini
mengisi kekosongan akan literatur perdesaan dari sudut pandang Geogfafi'
Pada wakhr orang masih mencari-cari isi dari Geografi Perdesaan ini, maka
Bowler (1975) mencoba menginventarisir bidang kajian penelitian Geografi Perdesaan'
Bowler kemudian mengelompokkannya meojadi tujuh bidang penelitian, yaitu: (l)pertanian, (2) kehutanan, (3) perrnukiman, (4) kependudukan' (5) transportasi' (6)
rekeasi dan tnrisme,(7) petencanam'peogembangan perdesaan'
pada bagian terdahulu sudah disampaikan bahwa pada waktu yang lampau studi
Geografi perdesaan Tradisional terbatas ruang lingkupnya pada bidang-bidang persoalan
yang berhubungan dengan pertanian, permukiman dan tata guna tahan saja' Tatapi dalam
perkembangan selaqiutnya talah berkembang jauh meliputi bidang-bidang persoalan
yang lebih luas. I{al ini dilalilkan sebagai respons terhadap semakin cepatnya dinarnika
perkembangan wilayah perdesaan. Dalam bvkro Progress in Rural Geography yangterbit
untuk pertama kalinya pada tahun 1983 terdapat sepuluh artikel terpilih yang meliputi
persoalan yang berdeda-beda, yaitu; evaluasi permukiman perdesaan' penggunaan lahan'
perubahan stnrktur sektor pertanian, penduduk dan kesempatan kerja' perumahan'
fiansportasi dan aksesibilitas, masyarakat perdesaan' rekreasi perdesaan' evaluasi dan
pengelolaan sumber daya ser&a perencanarm pengembangan perdesaan'
Dalam perkembangannya kemudian, bidang studi Geoggafi Perdesaan semakin
bervariasi, tidak terbatas hanya pada tujuh bidang kajian penelitian tersebut' Karya
tentang Geogfafi perdesaan oleh Pacione (1984) memberikan presentasi skematik
tentang substansi kajian Geografi Perdesaan yang merupakan hasil interaksi dengan 15
sub cabang ilnu dalam cabang Geogpfi itu sendiri, maupuo dengan disiplin ihnu lainnya
seperti ekonomi, sosiologi, ilmu politik , perencanaan dan lain-lainnya'
Hasil pengamatan terhadap publikasi ilniah setelah dikeluarkannya buku Pacione
tersebut menunjukkan perkembangan Geogafi perdesaan mencakup materi-materi yang
semakin ekstensif sesuai dengan hntutan dinamfta perkembangan jaman. Dari jurnaljurnal dan buku teks geografi yang terbit di Eropa mauprm Amerika Serikat sejak
pertengahan 1980 an sampai 2003 ini muncul tema-tema baru bidang kajian Geografi
perdesaan seperti kualitas hidup (Helbum, lg82), konsekuensi perkembangan teknologi
informasi dan wilayah perdesaan (Grimus, Igg2, 2000, 2003), keberlanjutan
pembangunan perdesaan (Marsden et al' 2000 dan Sheperd (1998), pengelolaan resiko
(Kostov and Lingard,2003), kehidupan perdesaan( Rigg,1994), networking dalam
pembangunan perdesaan (Cloke and Baldwin,1992 dan Murdoch, 2000)' sfietegi
penghidupan di perdesaan (Ellisl$Q$), modal sosial dan pemberdayaan (Storey'1999)
dan masih banyak tema-tema yang lain'Huh$gao Gesgefi Perdsnaae drsgre ccbmgiihil himrat
IJnntk dryal memahaffi $S$ansi Geografi Tffa. h$mgnm5la de'ngm
cabmgihnnrlaiffiyl,peMmgmbqqb€rik*itri:', 
"
C'EffiRAFI PERDESAAN: (eimbu Pmione, 1984)

Dari beberapa bidang kajian Geografi Perdesaan yang dirurnuskan serta
memperhatikan perkembangan baru mengenai bidang-bidang substansi sfudi Geografi
perdesaan maka dapat diajukan definisi Geogpafi perdesaan sebagai berikut:
R.J.Johnston (1981) memberftan batasan pengeftian sebagai berikut "Rural geography
: the stady of the geographical aspect of human organization and activtty in non urbsn
argas".
A.J.suhardomenyebutkan bahwa: Geografi Perdesaan adalah'suatu cabang studi ilmu
Geografi yang mempelajari fenomena sosial ekonomi dan kBltulal serta perubahanperubahannya di wilayah perdesaan dalam keterkaitannya dengan berbagai faldor
peneotmya baik yang bekerja pada tingkat lokal, regional rnaupun global'
Geografi Perdesaan merupakan cabang studi Geografi' oleh karena itu dalam
analisis terhadap fenomena sosial maupun ekonomi selalu dihubungkan dengan aspekaspek Geografi (Johnston,l981). Hal ini memberikan keleluasaan ruang gerak bagi studi
ini unt*k mengekplorasi masalah-masalah wilayah perdesaan yang msmang sangat luas
dan kompleks, terlebih lagi wilayah perdesaan di negara-negara sedang berkembang
tennasuk Indonesia yang sedang mengalami perubahan-perubahan yang sangat capat'
perubahan fi'rdamental lainnya di wilayah perdesaan menurut Illbery (2000)
terjadi pada semua bidang kehidupan sebagai lespon atas perubahan-perubahan sosial'
ekonomi, lingkungao dan politik dalarn skala yang lebih luas. Kecepatan perubahan telah
mengalami peningkatan dan wilayah perdesaan mengalami drversivikasi sebagai
konsekuensi dari transformasi sosial ekonomi dan modernisasi' Banyak wilayah
perdesaan yang tidak lagi didominas i mata pencaharian pertanian (Kragt'en, 2000 dan
suhardjo, 1998, 2000).sektor pertanian mengalami restukturisasi dan petani harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan nasional mauputl int'ernasional dalam pfoses
produksi. Sementara itu sektor non- pertanian tumbuh tidak hanya di wilayah perkotaan'
tetapi ju$ di perdesaan. Ini membut*ikan keruntuhan pandangan produksionist terhadap
wilayah perdesaan.Dalam Geografi tadisional, wilayah perdesaan dipandang sebagai
wilayah unUrk produksi, sedang perkotaan sebagai wilayah konsenfasi konsumsi'
Fenomena diversivikasi perdesaan menunjukkan bahwa proses konsumsi juga semakin
signifikan di wilayah perdesaan. Dengan demikian memberikan bukti semakin lemahnya
pandangan produksionist wilayah perdesaan'3. K€&d*m Creogafi Perdesaan dalm C€ografi
Institut€ of British Geoeraphsfs and Aseocidion'of AqF'fican qeq$ryh*
mdro Hasieasi @s-bp'e rydi eungr ,
sfidy, Rob Kitohinb*Niorcfat tdt' nal't 


Dari bagan tersebut dapat diketahui bahwa cabang studi Geografi terdiri dari
empat bagian,yaitu : Geografi ldanusia (Human Geography), Geografi Fisik @hysical
Geography), gabungan/campuftul antanGeografi Manusia dengan Geografi Fisik (Mxed
Geography), serta cabang lainnya yang merupakan Geografi Teknik dan lain-lainnya'
Dengan demikian jelaslah letak kedudukan Geografi Perdesaan diantara cabang iknu lain
dalam Geografi. Dalam baganitu pula dapat diketahui bahwa yang menjadi pokok bidang
kajian dalam Geografi Perdesaan menurut Rob Kitchin dan Nicholas Tate adalah :
EkonomiPerdesaan,PerencanaanPerdesaarr,PendudukPerdesaandanperubahannnya''
4. Pendekatan-pendekatan dalam Geografi peldgsaan'
. Pada bagsan terdahulu telah dijelaskan bahwa Geografi Perdesaan merupakan
salah satu cabang dari ilmu Geografi-sub Geografi Manusia (Human Geography).
Dengan demikian pendekatan-pendekatm yang digunakan dalam kajian studi Geografi
perdesaan juga sama dengan pendekatan yang digunakan dalam Geografi, yaitu
pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan / ekologis dan pendekatan kewilayahan'
a. Pendekatan keruangan,
Pendekatankeruanganmenekankananalisisnyapadavariasidistibrrsidanlokasi
dan gejala-gejala ataukelompok gejata di perrntrkaan bumi, misalnya variasi kepadatan
penduduk, kemiskinan di perdesaan. Faktor-faktor yang menyebabkan pola-pola
disnibusi keruangan yang berbeda-beda dan bagaimana pola keruangan yang ada dapat
diubah sedemikian rupa sehingga distnibusinya menjadi lobih efektif' Pendekatan
keruangan menyangkut pola, proses dan struktur di kaitkan dengan dimensi waktu'
sehingga analisisnya bersifat horizontal'
b. Pendekatan kelingkungan'
Studi interaksi antara organisme hidup dengan lingkgngannya disebut dengan ekologi'
Geografi dan Ekologi merupakan dua bidang iknu yang berbeda satu sama lain' Geografi
berkenaan dengan interelasi kehidupan manusia dengan faktor fisisnya yang membenhrk
suatu sistem keruangan yang meng*rubungkan satu region dengan reglon lainnya' Sedang
ekologi berkaitan dengan interelasi antarc manusia dengan ingkungan yang membentk
suatu sistem ekologi atau ekosistem. Prinsip dan konsep yang berlaku diantara ke duanya
berbeda satu sama lainm tetapi karena ada kesamaan pada obyek yang digarapnya' maka
kedua ilmu tersebut pada pelaksanaan kerjanya dapat saling membantu' Geografi dapatdikatakan sebagai iknu tentang ekologi manusia yang berrraksud menjelaskan hubungan
antara lingkuogan alam dengan penyebaran dan aktivitas manusia' Pandangan dan
penelaahan ekologi diarahkan kepada hubungan antara manusia sebagai mahluk hidup
dengan lingkungru alam. Pandangan dan penelaahan inilah yang disebut dengan
pendekatan ekologi, yang dapat mengungkapkan masalah hubungan penyebaran dan
aktivitas manusia dengaa lingkungan alamnya' Pada pendekatan ekologi suatu daerah
permukiman sitinjau sebagai suatu bentuk ekosistem hasil interaksi penyebaran dan
aktivitjas manusia dengan lingkungan alamnya'
c. Pendekatan kewilaYahan
Kombinasi antara analisa keruangm dan analisa kelingkungan disebut sebagl
analisa kewilayahan atau analisa kompleks wilayah' Pada analisa ini wilayah tertentu
didekati atau dihampiri dengan konsep "afeil difiterentiation", yaitu suatu anggapan
bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang karena pada hakekafirya terdapat
perbedaan trLtamsatu wilayah dengan wilayah lainnya.Pada pendekatan ini diperhatikan
pnla penyebaran fenomena tertentu(analisa keruangan) dan interaksi antara manusia
dengan lingkungannya, ungrk kemudian dipelajari kaitannya sebagai analisa
kelingkungan. Dalam hubungannya dengan analisa wilayah, ramalan wilayah dan
perancangan wilayah merupakan aspek-aspek yang penting' Secara rxnum wilayah dapat
diartikan sebagai sebagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal tertentu
dari daerah sekitarnya dan mempunyai ciri yang spesifik misalnya: fenomena politik'
kebudayaan sosial, iklim, vegetasi, fauna 
relief dan sebagainya'