07 Juli 2009

Angin Darat dan Angin Laut Angin Gunung dan Angin Lembah Angin Fohn Proses Terjadinya Hujan Monsun Visibility




Angin monsun adalah angin yang berhembus secara periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan.
Angin monsun di indonesia ada dua macam yaitu :
1. Angin monsun Asia
2. Angin monsun Australia
Monsun Musim Dingin Timur Laut (Angin Monsun Barat Asia)
Angin Monsun Barat adalah angin yang bertiup sekitar bulan Oktober - April. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi selatan, yang menyebabkan Benua Australia musim panas, sehingga bertekanan rendah . Sedangkan Benua Asia lebih dingin, sehingga tekanannya tinggi. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, sehingga angin bertiup dari benua Asia menuju benua Australia, dan karena menuju ke Selatan Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kiri. Pada waktu ini, Indonesia khususnya akan mengalami musim hujan akibat adanya massa uap air yang dibawa oleh angin ini, saat melalui lautan luas di bagian utara (Samudera (Lautan) Pasifik dan Laut Cina Selatan).

Monsun Musim Panas Barat Daya (Angin Monsun Timur)
Angin Monsun Timur adalah angin yang bertiup pada bulan April - Oktober. Angin ini bertiup saat matahari berada di belahan bumi utara, sehingga menyebabkan benua Australia musim dingin, sehingga bertekanan tinggi. Sedangkan Benua asia lebih panas, sehingga tekanannya rendah. Menurut hukum Buys Ballot, angin akan bertiup dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, sehingga angin bertiup dari benua Australia menuju benua Asia, dan karena menuju Utara Khatulistiwa/Equator, maka angin akan dibelokkan ke arah kanan. Pada waktu ini, Indonesia akan mengalami musim kemarau akibat angin tersebut melalui gurun pasir di bagian utara Australia yang kering dan hanya melalui lautan sempit.
Visibility Meteorologi
Visibility dalam meteorologi adalah tingkat kejernihan (transparansi) daripada atmosfer, sehubungan dengan penglihatan manusia yang dinyatakan dalam satuan jarak. Dalam keadaan atmosfer yang sama, nilai visibility pada malam hari harus sama seperti yang diperoleh pada siang hari. Pada umumnya visibility adalah berbeda untuk setiap arah yang berlainan, visibility yang diperoleh dari pesawat terbang berbeda dengan horizontal visibility (penglihatan mendatar) yang diamati oleh pengamat meteorologi di dekat permukaan bumi.

Visibility pada siang hari
Definisi visibility pada siang hari dalam meteorologi adalah jarak terjauh, dimana sebuah benda hitam dengan ukuran yang sesuai, dapat dilihat dan dikenal terhadap kaki langit sebagai latar belakangnya. Yang dimaksud ukuran benda yang sesuai yaitu harus membentuk sudut pada mata pengamat baik vertikal maupun horizontal paling kecil 0,5° dan tidak lebih besar dari 5°.

Visibility pada malam hari
Definisi visibility pada malam hari dalam meteorologi yaitu jarak terjauh dimana benda hitam dengan ukuran yang sesuai dapat dilihat dan dikenal, jika penerangan ditingkatkan hingga mencapai tingkat terang seperti siang hari. Benda yang sesuai untuk menentukan visibility pada malam hari ialah sinar biasa (tidak difokuskan), dengan intensitas sedang dan terletak pada jarak yang telah ditentukan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi visibility
Adapun faktor –faktor yang mempengaruhi visibility antara lain sebagai berikut :

Hujan
Kabut dan Mist
Spray yang tertiup angin
Minyak
Asap
Debu dan Pasir
Garam

ANGIN GUNUNG DAN ANGIN LEMBAH
Angin Gunung ( Montain Wind)
Pada malam hari, daratan tinggi (puncak gunung / di atas lereng gunung) menjadi dingin secara cepat akibat kehilangan radiasi. Oleh sebab itu, di puncak gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang lebih dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar kemudian akan mengalirkan udara ke lembah. Disebut juga arus Katabatik (catabatic flows).
Angin Lembah
Pada siang hari, lereng gunung mendapatkan panas secara cepat akibat radiasi yang direima lebih besar. Di dataran rendah udara menjadi lebih dingin dibandingkan udara di atas lereng gunung. Karena itu udara lereng gunung menjadi labil dan cenderung menaiki lereng. Disebuut juga arus anabatik (anabatic flows).
Angin jatuh atau fohn ialah angin jatuh bersifatnya kering dan panas sering ditemukan di lereng pegunungan Alpen. Pada saat angin yang lembab jika menaiki gunung akan menghasilkan hujan, kemudian pada waktu turun dari pegunungan udara mengalami pemanasan secara adiabatik sehingga kelembapannya kecil dan suhunya menjadi semakin panas sehingga angin akan bersifat panas dan kering.
Sejenis angin ini banyak terdapat di Indonesia dengan nama angin Bahorok (Deli), angin Kumbang (Cirebon), angin Gending di Pasuruan (Jawa Timur), dan Angin Brubu di Sulawesi Selatan).
Hujan Frontal
Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang disebabkan oleh pertemuan dua massa udara yang berbeda suhunya. Massa udara panas/lembab bertemu dengan massa udara dingin/padat sehingga berkondensasi dan terjadilah hujan.
Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi.
Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan adanya pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU - 23,5o LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus konveksi menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial atau hujan konveksi. Disebut juga hujan zenithal karena pada umumnya hujan terjadi pada waktu matahari melalui zenit daerah itu. Semua tempat di daerah tropis itu mendapat dua kali hujan zenithal dalam satu tahun.
Hujan Orografis/Hujan Naik Pegunungan
Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh angin mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan. Hujan yang jatuh pada lereng yang dilaluinya disebut hujan orografis, sedangkan di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan disebut daerah bayangan hujan.



ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT


Proses terjadinya angin darat dan angin laut disebabkan oleh beda sifat fisis antara permukaan darat dan laut. Yaitu perbedaan sifat antara daratan dan lautan dalam menyerap dan melepaskan energi panas matahari. Daratan menyerap dan melepas energi panas lebih cepat daripada lautan. Periode angin darat dan angin laut adalah harian.

Angin laut ( the sea breeze)
Angin laut terjadi ketika pada pagi hingga menjelang sore hari, daratan menyerap energi panas lebih cepat dari lautan sehingga suhu udara di darat lebih panas daripada di laut. Akibatnya udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari lautan. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat.

Angin darat ( the land breeze)
Angin darat terjadi ketika pada malam hari energi panas yang diserap permukaan bumi sepanjang hari akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan (udara dingin). Sementara itu di lautan energi panas sedang dalam proses dilepaskan ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin dari daratan bergerak menggantikan udara yang naik di lautan sehingga terjadi aliran udara dari darat ke laut.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar