Apa itu “undergroud blowout” ?
Peristiwa yg terjadi di Sumur Banjarpanji-1 (BPJ-1) ini sangat memprihatinkan. Siapa saja sangat prihatin bahwa operasi pengeboran dengan niat baik untuk menambah pasokan energi ini mengalami musibah dan berubah menjadi bencana. Saat ini penelitian dilakukan oleh semua ahli di Indonesia, baik ahli kebumian, ahli konstruksi, ahli lingkungan, ahli sosial kemasyarakatan dll. Penelitian ini harus ditujukan sebagai suatu pembelajaran untuk lebih mengetahui apa yg terjadi dan apa yg harus dilakukan. Dan yang lebih penting bahwa penelitian ini bukanlah pengadilan. Bukan mencari salah siapa tetapi lebih banyak mengapa terjadi.
Berikut saya mendongeng bagaimana kejadian musibah ini dengan cara sederhana semoga membantu mengerti apa yg sedang terjadi.
Dahulu ketika awal-awal eksplorasi minyak di bumi ini, kejadian sumur yang muncrat dengan minyak yg menyembur ke atas, merupakan kejadian yg mengasyikan dan tanda-tanda kesuksesan eksplorasi. Pada waktu itu kesadaran keselamatan dan lingkungan belum secanggih saat ini, sehingga ketika terjadi semburan mereka (para explorer) berfoto mengabadikan penemuannya.
Disebelah ini BO yang terjadi ketika memperoleh minyak di lapangan Spindletop tahun 1900. Sumur ini diperkirakan memuncratkan minyak 3 juta galon (lebih dari 12 000 meter kubik) atau sebesar 80 000 (BPH) Barrel oil setiap hari, sebuah angka produksi yg sangat sulit dijumpai saat ini. Bandingkan dengan lapangan minyak di Indonesia saat ini.
Tuh lihat … mereka berjejer foto. Coba kalau sekarang aku berfoto begitu … waddduh pasti GreenPeace an WLHI akan marah-marah …. wupst !
Saat ini peristiwa muncratnya minyak harus dicegah karena alasan keselamatan serta lingkungan. Mulai saat munculnya kesadaran inilah, maka muncratnya minyak (fluida) dari dalam ketika melakukan pengeboran dianggap sebagai musibah atau kecelakaan operasi, karena tidak hanya minyak yg keluar namun juga air dari dalam bumi termasuk material batuan dapat ikut ‘mecotot’ keluar.
Aliran fluida pengeboran
Dalam kondisi normal, pengeboran dilakukan dengan memasukkan fluida (lumpur pemboran) dari dalam pipa bor sebagai media sirkulasi. Sirkulasi ini diperlukan salah satunya berfungsi untuk menahan tekanan fluida dari dalam tanah. Dalam kondisi normal besarnya tekanan fluida didalam tanah itu sama dengan tekanan tinggi kolom air, masih ingat hukum Pascal, kan ? itu tuh yang rumusnya tekanan sama dengan hasil kali beratjenis x tinggi x gravitasi. Nah kalau tingginya (dalah hal ini kedalaman) diketahui kan kita tahu seberapa besat tekanannya. Tekanan didalam tanah itu bisa saja melebihi tekanan tinggi kolom air sehingga fluida yg dimasukkan harus memiliki beratjenis lebih besar dari BJ air.
Ini gambar kalau tidak dipompakan lumpur dari atas
Kalau sedang dipompakan maka alirannya jadi agak rumit ya ?
Tapi coba perhatikan adanya penambahan dan kehilangan lumpur ketika sedang ngebor.
“Lost” dan “Gain”
Istilah “lost and gain” dalam operasi pengeboran ini sangat lazim dan sangat sering terjadi. Saat ini sudah ada alat yg disebut BOP (BlowOut Preventer), alat ini yang akan digunakan ketika terjadi lost-gain, sebagai katup pengaturnya.
Apabila beratjenis lumpur pemboran memiliki berat yg lebih berat dari tekanan formasi maka akan terjadi masuknya lumpur ke formasi yg porous. Lost merupakan kejadian ketika lumpur masuk ke formasi ini.
Apabila BJ lumpur terlalu kecil, maka lumpur tidak kuat menahan aliran fluida dari pori-pori batuan. Lah, ya saat itu terjadi “gain” atau adanya tambahan fluida yg masuk kedalam lubang sumur. Kalau hal ini tidak teratasi atau terlewat karena proses penyemburannya sangat cepat maka aliran fluida dari batuan didalam tanah ini terjadi terus menerus, Seterusnya fluida akan muncrat keluar melalui lubang sumur dan lubang ditengan pipa pemboran. Ini yang disebut sebagai semburan liar atau “blowout”. Yang keluar bisa berupa minyak, gas, ataupun air dan bahkan campuran.
Kondisi tekanan masing-masing lapisan di dalam bumi sana itu tidak seragam, juga tidak di setiap tempat sama. Tekanan fluida pada Batugamping (karbonat) di formasi Kujung di BD-Ridge yang memanjang dari lapangan BD ke daerah Porong ini, berbeda dengan Bagtugamping kujung di Laut Jawa. Berbeda pula perilaku dan sebaran tekanannya dengan batugamping di Baturaja Sumatra, berbeda pula dengan yang di Irian. Memang secara mudah semakin dalam,maka tekanannya semakin besar. Namun ada kalanya sebuah lapisan mempunyai tekanan yg rendah atau bahkan bila disetarakan dengan tinggi kolom air memiliki tekanan dibawah berat jenis air. Ketika ada dua zona tekanan yg berbeda inilah pen-design sebuah sumur harus jeli. Harus tahu dimana harus memasang selubung (casing) yang tepat. Pipa selubung (casing) ini berfungsi untuk mengisolasi zona bertekanan tidak normal, sehingga penanganannya lebih mudah tidak menimbulkan komplikasi.
Design sumur
Nah ketika komplikasi tekanan ini sudah diketahui dari sumur-sumur sebelah-menyebelahnya maka design sumur harus lebih baik dari sumur sebelumnya. Untuk pertimbangan bisnis pada saat ini ada dua hal yg harus diperhitungkan paling dahulu yaitu pertama keselamatan dan kedua keselamatan…. looh kok dua-duanya keselamatan … ah iya lah, yaw … kan kesadaran keselamatan kerja saat ini lebih kuat ketimbang hal lain. Hampir semua bisnis memang mendengungkan keselamatan harus lebih didahulukan … keselamatan pekerja, dan keselamatan lingkungan …. Nah setelah itu baru memperhitungkan biaya.
(ah rdp selalu positip aja … kalau bisnis kan mesti harus ngirit … Hust !!,
memasang casing untuk menutup ini kan butuh biaya … HUST !)
Nah design sumur inilah yg dipakai sebagai pegangan ketika operasi.
Komplikasi lost-gain
Ketika terjadi komplikasi lost dan gain ini perlu penanganan dengan teknik khusus. Kedua problem ini ditangani dengan cara yang sangat khusus pula. Namun kalau hal ini tidak teratasi sangat mungkin terjadi “cross-flow”, yaitu fluida yg bertekanan tinggi memasok ke batuan yg memilki tekanan fluida rendah. Seandainya hal ini terjadi terus menerus maka terjadilah underground blow out, atau semburan liar didalam tanah. Yang seaandainya berkelanjutan dapat pula terjadi seperti apa yg terlihat di BJP-1.
Underground Blowout (semburan liar bawah tanah)
Untuk kasus di BPJ ini semburan liar telah terjadi dengan material lumpur yg keluar dari lubang-lubang yg bukan dari lubang bor. Lumpur itu telah keluar melalui celah-celah yg terbentuk akibat tekanan tinggi dari dalam tanah. Banyak hal yg harus diketahui sebelum berusaha menghentikan semburan liar ini antara lain :
- Dimana titik-titik lubang jalan keluarnya lumpur ini
- Berapa tekanan bawah permukaan tempat keluarnya lumpur ini.
- Melihat material yg sudah keluar perlu diketahui bagaimana bentuk lubang bor saat ini.
- Setelah diketahui tentunya perlu juga menentukan peralatan apa saja yang diperlukan.
- dll
Tentusaja kita prihatin akan hal ini. Namun dengan pengetahuan yang benar semoga kekhawtiran ini menghasilkan cara yg tepat untuk mengatasi.
Salam
RDP
Wah kata temenku … Jawa timur mengalami dua masalah pengeboran dalam waktu dekat, sekarang ngebornya Lapindo, dulu ngebornya inul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar