Tak pelak Pak Presiden SBY melakukan inspeksi khusus utk kasus Banjarpanji ini. Ini tentu bukannya kasus kecil untuk negara. Menyangkut ribuan atau bahkan jutaan penduduk. Menyangkut fasilitas ekonomi produktif segala sektor baik industri, pertanian serta transportasi dan pemukiman. Ini memang menjadi tragedi besar dalam operasi migas. Cerita bagaimana awal terjadinya banjir lumpur panas d Sidoarjo ini sudah saya terangkan di :
- Apa itu Underground Blow Out ?
- Keluarnya lumpur Sidoarjo ini
- Mungkinkah gempa sebagai penyebab mudflow di Sidoarjo
Nah sekarang saya menjelaskan hasil diskusi di IAGI net serta pendapat saya tentang kondisi saat ini. Hanya utk belajar bareng-bareng apa yg terjadi.
Pada waktu awalnya terjadinya lumpur di Sidoarjo ini diperkirakan dari material yg berada pada kedalaman sekitar 2000-6000 ft (1-3 Km) dibawah permukaan tanah seperti yg dikemukakan Pak Awang dahulu. Saat ini data menunjukkan bahwa yang keluar dari kedalaman yang berbeda. Seperti koreksinya dari hasil terbaru dibawah ini :
Dari Pak Awang IAGI-net: Berdasarkan data biostrat terbaru sumur Banjar Panji-1, formasi batuan di kedalaman 6000-9000 ft yang dicurigai sebagai asal lumpur dan dari diskusi2 di berbagai milis disebut sebagai Formasi Kalibeng, ternyata masih berumur Pucangan (Plistosen Bawah). Suatu penemuan yang mengejutkan !
Apakah berubah ? Ataukah dahulu keliru ? Bisa keduanya, namun saya yakin bahwa keduanya benar namun yg diatas sudah tertutup (sudah colapse, lihat mekanisme dibawah).
Mengapa debit lumpur ini membesar ?
Dalam perminyakan seringkali dibuat lubang sumur yang memiliki bidang terbuka di dalam batuan reservoir lebih besar. Hal ini disebabkan karena akan memperbesar jumlah debit fluida yang akan diproduksi. Salah satu cara termudah adalah dengan membor miring atau bahkan horizontal. Dalam kasus sumur BPJ-1 Lubang tempat keluarnya lumpur ini diperkirakan pada kedalaman 6000-9000 ft (seperti yg ditulis Pak Awang HS diatas). Saat ini lubang tempat keluarnya lumpur tentunya sudah membesar, sehingga debitnya menjadi sangat besar.
Selain itu, saat ini geometri bawah permukaan dari lubang tempat keluarnya lumpur ini sulit diketahui. Sangat mungkin berupa bidang sesar (patahan) yang sudah ada sejak awal. Sehingga sumber fluid ini sudah berupa bidang yg luas dan menghasilkan debit yanglebih besar.
Mengapa kita sudah harus mengungsikan penduduk lagi ?
Saat ini debit lumpur sudah sangat meningkat. Mekanismenya seperti yg ditulis diatas itu. Nah ada kecenderungan debit ini akan semakin meningkat karena lubang dibawah semakin besar karena ada solid 30% yg ikut terangkut keatas. Sehingga dibawah sana ada lubang yang cukup besar yg menyebabkan produksi lumpur semakin besar.
Pengumpulan lumpur dengan menggunakan kolam (pond) sudah semakin tak terkendali hal ini disebabkan debit pemasukan yg tidak dapat ditampung oleh pond, mengapa tidak meninggikan tanggul ?
Disebelah ini penampang tanggul yg dibuat di Daerah Siring dan sekitarnya. Saya menggambarkan secara sederhana, ini juga bukan konstruksi aslinya, namun akan dengan mudah dimengerti mengapa ketinggian tanggul sudah mungkin maksimum (mungkin loh ya).
Apa gejalanya ? Kebocoran !
Kebocoran tanggul ini disebabkan karena tanggul dibuat secara mendadak karena faktor darurat sehingga pembuatannya tidak mungkin mengikuti pembuatan tanggul yg dibuat dalam kondisi normal. Lah ya wajar ta, siapa sih menyangka bakalan akan berkepanjangan seperti ini. Jadi dibuat mendadak bukanlah kesalahan, tetapi memang sulit mengantisipasi sebuah bencana sbesar ini.
Dalam kondisi normal tanggu akan dibuat dengan fondasi keras (basement) yang ditanam. Namun kalau melihat tanggul yg telah dibuat di Sidoarjo ini, sangat mungkin ada titik-titik lemah dimana tanggul dibangun diatas tanah keras (kedap air), yang merupakan bidang batas dibawah dan tempat terlemah. Tanah dasar ini tentunya tidak” mengikat” tanggul. Sangat mungkin beberapa hanya berdiri diatas jalan aspal atau pengerasan jalan perumahan. Dengan demikian akan ada tinggi maksimum (H Max) yang dapat ditahan oleh bidang batas bawah yg kritis ini. Kebocoran dasar tanggul ini merupakan tanda-tanda ketinggian maksimum yang dapat ditahan oleh bendungan (tanggul). Jadi meninggikan tangul sama sekali tidak menolong menahan volume lumpur, tetapi malah membahayakan, kan ?
Selain itu semakin tinggi tanggul maka akan semakin tinggi risiko yg ada, karena kalau tanggul jebol tentunya akan lebih banyak menelan korban. Dengan demikian pengungsian yg barusaja dilakukan minggu kemarin maka cara itu memang mudah dimengerti karenanya.
Apakah banjir lumpur ini bisa berhenti ?
Di daerah lokasi sumur Porong-1 (lokasi Porong ini 7 Km sebelah timur dari sumur BPJ-1) dibagian atas dijumpai kenampakan “paleo collapse”. Kenampakan ini diduga akibat adanya luapan lumpur pada jaman dahuluuu sekali. Ya di sumur porong-1 yg terlihat pada gambar` itu terlihat adanya paleo collapse itu. Ini memeperlihatkan ke kita bahwa jaman dahulu lumpur yg keluar dari perut bumi yg mirip dengan BPJ-1 ini pernah terjadi secara alamiah. Dan akhirnya berhenti.
Looh jadi banjir lumpur ini bisa berhenti ? Iya bisa donk …
Bagaimana mekanismenya ?
Ketika lumpur ini keluar maka juga mengandung solid atau material padatan berupa tanah lempung yg ikut “terproduksi”. Disebutkan bahwa terdapat 70% air dan 30% solid.
Material padatan ini sebagai penyusun utama dari lapisan ini yg diperkirakan saat ini dari kedalaman 6000-9000 ft (kira-kira 3-4.5 Km). Sebelumnya diperkirakan dari kedalaman 2000-6000 ft. Ada kemungkinan bahwa material yg diatas sudah mengalami collapse (runtuh) dan tertutup. Material yg tadinya dari bawah “berpindah” keatas permukaan. Jadi secara menyeluruh bisa jadi seolah-olah tidak terjadi penurunan permukaan, hanya terjadi perpindahan material dari bawah keatas.
Dari pengalaman yg pernah terjadi di lokasi sumur Porong-1 (7Km dari BPJ-1) maka efek collapse diperkirakan sekitar radius 3-5 Km dengan kedalaman sekitar 100-200 meter. Ini “collapse feature” karena alamiah dan dibiarkan secara alamiah menutup dan berhenti dengan sendirinya. tentunya dengan ’sentuhan engineering’ mungkin akan sedikit berbeda. kalau dilihat dari debit yang ada (>50 000 m kubik perhari) maka diperkirakan memakan waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Secara geologi ini sangat masuk akal, tetapi mausia tidak mungkin menunggu selama itu. Manusia harus berusaha dengan olah engineeringnya untuk memperkecil dampak terhadap kehidupannya.
Membebaskan atau mengawasi luas daerah sesuai dengan yg “pernah” terjadi dimasa lampau di lokasi sumur Porong-1 (7 Km dr BPJ-1), mungkin perlu diantisipasi. Monitoring elevasi sudah dilakukan oleh team ITS, daerah cakupan ini perlu diteruskan seluas radius yg diperkirakan mengalami penurunan.
Apakah lumpur ini bisa dibuang ke laut atau sungai ?
Air yg keluar dari perutbumi semua berasal dari permukaan juga, inget siklus air kan ? Itu pelajaran SD, kalau lupa ya buka-buka buku anak klas 4 atau 5 SD tentunya ada siklus air ini, kan. Namun selalu saja ada pencemaran yg terjadi karena faktor alam. Pencemaran karena kandungan-kandungan kimiawi dalam tanah, juga harus diinget bahwa endapat yg keluar itu endapan pantai atau delta, sehingga aslinya airnya berupa air asin. Dan air asin ini mungkin sekali terjebak ketika pengendapan. Dengan demikian diperlukan treatment dahulu sebelum dibuang ke sungai (bila air tawar) atau ke laut (bila air asin). Nah secara sederhana treatment lumpur ini (inget ini hanya secara sederhana) digambarkan sebagai berikut.
Lumpur yang keluar dari lubang di tampung untuk diendapkan padatan (solid material)-nya. Tentunya akan lebih bagus kalau digalakkan penelitian pemanfaatan lumpur ini sehingga kita tidak memerlukan kolam (pond) yg banyak utk menampungnya.
Sebelum dibuang atau dialirkan ke sungai atau laut perlu dilihat apakah air ini cukup “aman” salah satu cara ya disebari saja dengan enceng gondok.
Masihkah drilling relief well tetap diperlukan ?
Melihat debit lumpur yang semakin besar ini maka usaha apapun perlu dilakukan. Namun saat ini tentunya sudah tidak mudah lagi. Kondisi bawah permukaan sudah tidak sesederhana menghadapi satu lubang sumur. Bisa jadi sumber dibawah sana berupa bidang rekahan (patahan) yang membelah batuan. Sehingga diperlukan analisa geometri tempat dan jalan keluarnya lumpur ini. Jika terjadi kesalahan juga akan menyebabkan keluarnya lumpur dari lubang yang lain. Dengan adanya kemungkinan hal ini, maka drilling /pengeboran relief well harus dilakukan dengan ekstra hati-hati.
Jadi kita masih harus sabar menghadapi luapan lumpur ini.
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/
Warga desa Sriharjo, Bantul tidak mau dikasihani
Rombongan dari peserta hadir yang menggunakan satu bus dengan beberapa kendaraan kecil tiba di Desa Sriharjo sekitar pukul 7:30 wib, langsung disambut oleh anak-anak laki-laki yg membawa obor, kemudian diikuti oleh anak-anak perempuan yg seterusnya mereka bermain dolanan jawa, seperti aku dulu. Ada yg bermain Jamuran ” jaaa muraan … yo ge .. ge tok … jamur opo … yo ge getok … ” Wah ini mengingatkan aku dulu kalau pas “padhang mbulan” (terang bulan).
Di wajah anak-anak ini kesedihan masih terlihat walaopun mereka bercanda-candi.
Setelah masuk terus ke dalam gang itu kami kemudian menemui sebuah pelataran yg sudah dipersiapkan lengkap dengan pangungnya. Diatas panggung ada ibu-ibu PKK yg menyanyi dengan diiringi lesung (itu tuh … alat tumbuk padi “thok thuk … thok ..”). Juga ada seperangkat gamelan lengkap yg diselamatkan dari reruntuhn balaidesa kata salah satu dari mereka.
Syair lagu ibu-ibu PKK ini mengajak untuk kawan-kawannya untuk bangkit bersama …” Ayo Jogja bangkit !” … wah jian sangat mengharukan. Beberapa dari peserta simposium sampai berkaca-kaca. Bagaimana tidak, hampir semua bangunan tidak ada yg utuh di Seriharjo ini. Tetapi mereka tetap bersemangat untuk membangun kembali desanya yg luluh lantak. Beberapa spanduk bertuliskan “Uwis le nelongso, ayo bangkit !” … “Ayo bangun mandiri, bantuan tidak akan selamanya” .
Aku sempat berbincang dengan salah atu dari mereka. “ nek mung ajeng ngguguk sampun kathah tunggale mas” (kalau cuman mau menangisi, itu sih banyak temennya). Hampir semua kawan-kawan yg dari Malaysia (dosen UKM) yg juga ikut hadir berbincang-bincang dengan mereka. Karena bahasa Melayu mirip dengan bahasa Indonesia.
Acara malam itu sebenernya merupakan acara “penggalangan dana” (charity dinner) yg dikoordinir oleh Karang Taruna desa setempat. Penduduk di Sriharjo ini tidak dengan mudah menengadahkan tangan (ngemis meminta bantuan), tetapi mereka dengan bersemangat memberikan suguhan berupa pertunjukan ketrampilan. Mulai dari seni swara, seni lesung, seni bahkan hingga pelelangan foto-foto seputar gempa. Walaupun mereka tahu bahwa dirinya sedang dirundung malang namun mereka yakin bahwa mereka mampu untuk mandiri membangun desanya.
Aku pikir bener juga ngapain nunggu bantuan pemerintah yg cuma janji doang. Hal yang sama dengan negara-negara donor yg katanya mau membantu Aceh juga ada yg bilang bantuannya juga kagak nyampe-nyampe, ntah isu atau bukan.
Selain disuguhi hiburan kami juga disuguhi makanan khas daerah Sriharjo sendiri berupa roti dari tepung ketela. Juga tidak lupa aku langsung mencoba nangking disebuah angkringan “Sego Kucing” …. Iya namanya ‘nasi kucing’…. Soalnya bungkusan dipenak kecil-kecil seperti makanan kucing aja. Isinya nasi dengan lauk oseng-oseng tempe. Dan belum lengkap kalau tidak digelontor dengan wedang jahe … Glek !.
Tidak hanya para peserta dari Indonesia yg menikmati suguhan sego kucing ini. Para ahli gempa ini ikut menikmati suguhan sebagai rasa kebersamaan dengan para korban bencana. Keakraban muncul ketika para peserta berdialog dengan warga Sriharjo ini.
Dialog inilah yang sangat disukai oleh penduduk di Sriharjo. Mereka sangat senang pabila ditengok dan ada orang lain ikut merasakan kesedihan dan berbagi duka. Kamipun dengan serius mendengarkan setiap keluhan dan juga berbagi pengalaman yg mereka miliki.
Acara selanjutnya adalah penggalangan dana, mereka tidak sekedr meminta sumbangan tetapi mereka memberikan suguhan termasuk tari-tarian, nyanyian dan juga … menjual foto !
Penjualan foto dengan cara lelang ini akhirnya menghasilkan sumbangan jutaan rupiah hanya dalam satu malam. Selain penjualan foto, maka tetamu ini dengan suka rela “membayar” apa yg sudah disantapnya dengan melalui gentong yg diedarkan. Jadi para hadirin ini “membeli” suguhan mereka.
Sangat mengharukan bahwa mereka yg harta bendanya sudah hancur luluh lantak tidak sekedar nyadong .. menengadahkan tangan, tetapi mereka memberikan pertunjukan dan menjamu tamu dimana hasil penjualannya akan dipakai untuk membangun kembali. Secara mandiri !
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/
Friday, June 30, 2006
Glung - Bleg, dan Danau Bantul di Jogja !
Berhubung templeteku ngaco (returnnya amburadul) aku pindah aja ke rovicky.wordpress.com
Kalo pingin liat yang rapi klick aja ke sana
Fenomena bunyi glung dan bleg yang terdengar di Imogiri ini emang aneh. Lah namanya juga Jogeja kalau ndak ada yg berbau mistik bukan berita lah yaw. Yang lucunya lagi bunyi ini katanya terdengar berbunyi glung sebelum gempa dan berbunyi bleg setelah gempa.
Nah ini dia menurut seorang dosen di Jogeja, yg dilansir sebuah harian di Jogja, suara "glung" karena "growong" (ada lubang kosong), trus sekarang berbunyi bleg karena sudah terisi sewaktu gempa.
Kayaknya sih nalarnya bagus kan ? Tapi ...
Duh piye apa iya "warna suara" bunyi yg diucapkan dipakai sebagai bahan acuan ilmiah ya ?
Lah wong suara "jago kluruk" saja beda-beda suaranya je. Coba tanya sama orang Sunda gimana bunyi jago berkokok ? "Kongkorongoook" !, trus ada yg bilang "Or ok ok ok !". Trus tanya bule yang sliweran lewat itu, "cock-a-doodle-doo" tanya aja gimana suara pistol "Bang ... Bang ... !". Ini membuktikan bahwa jenis suara yg ditirukan manusia suara tidak dapat dipakai secara ilmiah menjelaskan gejala alam dengan sederhana begitu. Iya ndak, sih ?
Penjelasan lain yg dilakukan oleh Staff Geologi UGM lebih logis, lah iya wong sesuai dengan geo-logis. Bahwa suara itu barangkali proses stabilisasi dari batuan yg sempat tergerak mendadak ketika gempa. gerak-gerak stabilisasi ini yg menimbulkan suara dan menyebabkan getaran aftershock. Jadi kalau disesuaikan dengan logika teori gempa yang lain hal ini sepertinya ok saja. Dijelaskan juga bahwa adanya suara-suara setelah gempa itu hanya ada di Jogeja.
Kayaknya emang Jogeja itu seperti dunia lain yang selalu ada "penampakan" aneh dan misterius ya.
Penjelasan Irwan Meilano kawan saya yang sedang ambil Post Doc di Jepang menjelaskan dengan teori gelombang begini katanya,
High-frek P-wave apabila sangat dangkal akan menghasilkan suara yg bisa kita dengar lansung (kalo dilaut disebut juga T-wave (acoustic wave)). Sesudah high-frek P-wave yg amplitude-nya sangat kecil, baru low-fre P-nya datang dan terasa goyangan..dan sesudah itu baru S-wave yg lebih bergetar.
Kemungkinan gempa susulan yg banyak di imogiri sangat dangkal dan terdengar jelas apabila kita berada cukup dekat dengan sumber.
Alhamdulillah sekali saya pernah mendengar gelombang ini sewaktu survey di suatu wilayah sesudah gempa di jepang. Terdengar seperti suara yg berat dan sedikit bergema. gluunggg......
Nah, penjelasa Irwan ini ngilmiah banget ya, lah wong dia itu Doktor pergempaan je. Nah gelombang gempa yg 'ditangkap" Irwan di gunung kidul kemarin seperti disebelah itu.
Mudahnya gimana ya ?
OK gini aja, gempa itu kan seperti gelombang juga seperti yg sudah saya gambarkan sebelumnya disini tentang tanda-tangan gempa. Gelombang-gelombang getaran gempa ini memilki rentang frekuensi yag berbeda-beda. Seperti juga suara yg kita dengar yg terdiri dari gelombang berbagai frekuensi. Suara dengan frekuensi rendah yg kalau di speaker itu terdengan nge"bass" yg menggetarkan dada dan bisa kedengeran dari jauh "Dug ... jedug", dan ada juga suara frekuensi tinggi yang terdengar "kencring-kencring" ("trebble") yg bikin pekak telinga, namun tidak jauh.
Demikian juga dengan gelombang gempa. Gempa memiliki gelombang frekuensi rendah yg mampu menggetarkan dan menjalar jauuuuh, tapi saking rendahnya getaran ini tidak mampu didengarkan telinga. Nah, pada gelombang gempa ada juga frekuensi tingginya sehingga terdengar kuping manusia. Walopun termasuk frekuensi tinggi untuk ukuran gelombang gempa, getaran ini termasuk frekuensi rendah yang bisa saja terdengar glung atau bleg. Nah glung atau blung atau bleg, ini sudah sangat subjektif tidak bisa dipakai sebagai acuan.
Jadi bukan berarti glung masih kosong dan bleg sudah terisi kan ?
Jadi kalau gitu munculnya danau di Bantul sangat tidak beralasan ?
Yep, Pembentukan danau di bantul akibat gempa di Opak ini tidaklah beralasan.
Pembentukan danau akibat patahan ?
Jadi patahan tidak dapat membentuk danau ? ... upst tunggu dulu !
Patahan dapat membentuk danau, contohnya di Danau Ranau dan Danau Singkarak di Sumatra. Kedua danau ini dibentuk oleh adanya sesar atau patahan geser Sumatra, atau yg sering disebut Sesar Semangko. Patahan yang panjangnya ratusan kilo meter membelah sepanjang Pulau Sumatra ini telah membentuk sesar semangko. Kedalaman danau Singkarak ini 268 m. Bayangkan saja, kedalaman laut Jawa saja kurang dari seratus meter. Jadi patahan emang dapat membentuk danau yag suangat dalam. Bahkan bisa disebut laut dalam, lah wong laut dalam itu kedalamannya dita 200 meter, sedang danau singkarak ini 268 meter !!.
Taaaaaapiiii
Nah ... jangan takut dulu lah yaw .... seperti yang sudah saya tuliskan tentang patahan-patahan di Jawa bahwa pembentukan patahan Sumatra ini sudah sejak jutaan tahun yang lalu. Oke lah anggap saja terjadi sejak sejuta tahun yang lalu maka kalau toh terjadi danau di mBantul maka akan terbentuk setelah sejuta tahun lagi .... walaaah ngapain takuut booo !. Anak cucu kita masih bisa menyelamatkan diri lah yaw.
Jadi memang benar ada danau yg dibentuk oleh patahan, memang benar patahan dapat membuat danau. Hanya saja tidak terjadi serta merta "mak blung !".
Kontribusi kumpeni-ku
--------
The following press release has just been issued publicly...
Press Release
Contact: J.R. Allen
212-536-8550
HESS CONTRIBUTES TO INDONESIAN EARTHQUAKE RELIEF
NEW YORK, June 26, 2006 – Hess Corporation (NYSE:HES) today announced that it is contributing $1 million for disaster relief efforts in Indonesia, where devastation from an earthquake in the Yogyakarta area of central Java killed more than 5,000 people and left more than 250,000 homeless.
The company will donate half of the $1 million in relief funds to the International Medical Corps to provide critically needed medical supplies and half to CARE Indonesia to provide safe drinking water, a critical need in the aftermath of the 6.2 earthquake that occurred on May 26.
John B. Hess, chairman and chief executive officer of Hess said, “The company and its employees are deeply saddened by this tragedy. We offer our sympathy to those affected by this disaster and our appreciation for the extraordinary efforts made by the relief organizations.”
Hess Corporation, with headquarters in New York, is a global integrated company engaged in the exploration for and the production, purchase, transportation and sale of crude oil and natural gas, as well as the production and sale of refined petroleum products.
# # #
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/
Tuesday, June 27, 2006
Ini bukan kata sandi !!!
5bNRny 1N1 y h4ny TULsn s1N6kt R1n6KS aj. tP KL bkn 4b6 m4N b5 mmbc Sprt 1n ? akU ykn b46 y6 bkn 4b6 prl wKt b3rMnt-mnt untK mMBcny TTpI b6 4b6 ... k3C1l B0 !NAH GINI BACANYA :
nh Y0k cB k4 tl15 dn6n caR B61N ....
gm4n y kL DoNgN64n 5Nt4 DiTLS dN6n Cr BgN ?
Sebenernya ini ya hanya tulisan singkat ringkas aja. Tapi kalau bukan ABG mana bisa membaca seperti ini ? Aku yakin bagi yg bukan ABG perlu waktu bermenit-menit untuk membacanya tetapi bagi ABG ... keciiil bo !
Nah yook coba kau tulis dengan cara begini ....
Gimana ya kalau dongengan santai ditulis dengan cara begini ?
---------------
Duh, anakku smsmu tak bisa kebaca ... :(
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/
Apa penyebab banjir Sinjai ?
Apa penyeban banjir di Sinjai ?
.... ya air !
Hehehehe ... sepertinya kok cuman guyon ya.
Tapi coba perhatikan apa yg tertangkap oleh satelit pemantau cuaca ini. Benar bahwa penyebab banjir di Sinjai ini terutama karena hujan yg abnormal tinggi di lokasi banjir. Bayangkan kalau setiap titik lokasi dijatuhi air setinggi 250 mm atau 25 cm.
Apaan sih artinya curah hujan 250 mm ?
Tingkat kederasan hujan dilihat dari seberapa tinggi kolom air yg dijatuhkan pada suatu daerah. Nah kalau tertulis 250 mm itu artinya setiap daerah disitu dicurahi atau digenangi air setinggi 250 mm atau 25 cm. Jadi kalau saja air itu tidak mengalir maka daerah seluas itu akan memiliki kolom air setinggi 25 cm.
Nah sekarang bayangkan saja kalau daerahnya satu kilometer persegi ? Berapa meterkubik volume air yg tercurah ke situ ?
Air memang akan diserap kedalam tanah kalau tanahnya mampu menyerap, tetapi penyerapan ini sangat lamban tidak bisa dalam waktu satujam. Bayangkan kalau air hujan itu turun hanya dalam waktu beebrapa jam saja .... Mak byuk !!!! air dari atas turun begitu saja.
Nah apakah itu kehendak alam atau akibat ulah manusia ?
Ya kita lihat saja, berapa kemampuan air menyerap. Kalau belum jenuh tentunya air bisa menyerap, tapi kalau tanahnya sudah jenuh air, ya air hujan menjadi air permukaan (run off). Run off water atau aliran air permukaan ini awalnya akan melalui jalan yang tiap hari dilewatinya. Namun kalau curah hujan sudah berlebihan, daya serap tanah sudah tak muat lagi, serta jalan air sudah diisi oleh kegiatan manusia, ya mau tak mau air akan mencari jalannya sendiri. Tentusaja sambil "membawa" benda-benda yg kebetulan menganggu jalannya. Nah kalau run off ini sudah tak muat inilah yg disebut banjir ...
Jadi penyebab banjir jelas karena :
- curah hujan yg berlebihan (mau marah ama yang membuat hujan ? ... tuh hujan bisa jadi bukan hanya karunia jugak.
- daya serap tanah yg berkurang (hihihihi paling enak ya nyalahin si penebang liar itu),
- trus yg menutup jalan air ... duh ya penduduk emang tinggal disitu piye ?
Jadi banjir juga gejala alam ?
Lah iya lah yaw ... kalau mau tahu, ada info menarik tentang daerah banjir ....
Jakarta !! .... ya Jakarta itu tanahnya dibentuk oleh endapan banjir.
Jadi ?
Ya, memang sejak jaman dahulu kala, pembentukan tanah di Jakarta dibentuk dengan mekanisme banjir. Nah kita sebagai manusia ya harus pinter-pinteran "bergurau" dengan air ini. Kalau dia mau lewat ya dibuatkan jalan yang bener, jangan ditutup sembarangan. Jadi mungkinkah jakarta bebas banjir. Hmmm..... bisa saja, kenapa tidak. Belanda, kira-kira sepertiga tanahnya merupakan daerah bekas daerah banjir. Ya tentusaja caranya dengan engineering, dengan sebuah tindakan rekayasa. Manusia kan diberi bekal untuk mereka yasa. Yang lebih penting adalah bagaimana bergaul dan bersenda gurau dengan alam.
Nah dengan begitu kita tahu bahwa banir juga ada pengaruh alam, juga ada pengaruh manusia. Kalau alamnya sendiri ya sejak dulu ya gitu-gitu saja. Manusialah yg mesti pinter "bergaul" dengan alam. Kalau menurut National Geographic, manusia harus pandai bersenda-gurau dengan ...."The Violent Earth" ... upst !!
image source http://earthobservatory.nasa.gov/NaturalHazards/shownh.php3?img_id=13668
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/
Mungkinkah Gempa penyebab Mud flow ?
Mari coba lihat fakta yg sudah ada didunia nyata
sumber : http://eqinfo.ucsd.edu/~dkilb/mud.html
Gambar diatas menunjukkan hubungan antara besarnya gempa dengan jarak titik pusat gempa. Terlihat semakin dekat akan semakin banyak kemungkinan terjadinya erupsi mud volcano ini.
Dalam gambar diatas terlihat bahwa erupsi mud volcano terjadi bila kekuatannya getaran didaerah tersebut melebihi 6M.
Bagaimana dengan gempa Jogja dan erupsi mud flow di sumur Banjarpanji-1. Jarak sumur Banjarpanji ini dengan sumber gempa sejauh 250 Km. Sedangkan jarak antara Sumber gempa dengan mud volcano yg sudah ada di Kuwu 120 Km.
Kalau di Jawa Timur terjadi erupsi volcanic tentunya tetangga terdekatnya akan lebih merasakan goyangan lah yaw ... lah iya, tetangga deket tentunya lebih denger teriakan anak-anak daripada tetangga jauh kan ?
Jadi mengapa di Bledug Kuwu tidak terjadi erupsi ? Mungkin getaran di Bledug Kuwu hanya terasa 5 M, tidak cukup utk menggetarkan yg menyebabkan erupsi.
Mungkin ada beberapa penjelasan lain : Bledug kuwu tidak berada pada pola dissipasi atau tidak berada pada arah "tembakan" gelombang gempa. Gelombang akan merambat pada batuan keras tetapi akan teredam pada batuan lunak. Nah, posisi pusat gempa berada pada batuan keras ke arah timur. Memang ada kemungkinan kearah timur lebih kuat karena memang gempa Jogja itu dirasakan di bali jauh lebih kuat ketimbang di Kebumen. Lihat juga penjelasan saya ketika melihat kerusakan atau damage area.
Jadi kemungkinan selalu saja ada. Walopun kemungkinan itu sangat kecil. Namun pendapat pribadi saya, besarnya kekuatan getaran di Jawa timur ini masih tidak cukup signifikan untuk membuat batuan yg kenyal dibawah sana untuk "mencair" mengalami liquifaction. Anda tidak harus sama seperti yang saya yakini, kan ?
Kejadian gempa, gunung api, serta mud flow di Jawa Timur itu "coinsident" (waktunya) tetapi bukan "coinside". Atau kalau bahasanya wong matematik itu ada korelasional tetapi bukan kausal. Kalau toh kausal ya harus dijelaskan dengan cara yang lain, misalnya chaotic behavior yg rumit. Sedangkan saya lebih menyukai "Occam Razor" The simplest answer is usually the correct answer. atau seperti kata Einstein "As simple as possible, but no simpler". Lah, itulah sebabnya apa yg menurutmu mudah dimengerti ya ambil saja itu, barangkali itu yang terbaik untuk kamu mengenali alam ini.
Gitu saja !
Quoted Figure Caption
Plot of distance versus magnitude for earthquakes and mud volcanoes. The small dots show all possible distance/magnitude pairs in our catalog (from each earthquake epicenter to a known mud volcano location even if it did not erupt). Open stars show Azerbaijan mud volcano locations that were reported to have eruptions on the same day as a large earthquake. Open circles were reported to show increased activity after the earthquakes in November/December 2000. Red filled stars show magnitude/distance for other reported earthquake/eruption triggering pairs. Approximate intensity bounds (dashed lines) are also shown. Note that intensity ~6 represents an approximate lower limit for triggering.
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/
Sunday, June 25, 2006
Adabtable well design and unsolved mystery ?
Charles Darwin
Dalam membuat rancangan sumur atau sebut saja lebih umum sebagai "well design" sebuah sumur pemboran dikerjakan oleh Drilling Enginner (DE). Kata-kata diatas haruslah diresapi dan dimengerti oleh para drilling engineer ini. Melakukan pengeboran yg dilakukan driller dilapangan bukanlah sekedar melakukan semua yg sudah dirancang oleh Drilling Engineer di kantor yg dikerjakan dua-tiga bulan atau bahkan setahun sebelumnya.
Geologist dan geophysicist (G&G) yang bagus akan memberikan toleransi-toleransi serta ketidak pastian ada yg mungkin ditemui nantinya. Semua angka yg dikeluarkan oleh G&G bukanlah angka mati. Semua angka itu hanyalah hasil perkiraan terbaik mereka, namun harus lengkap dengan ketidak pastiannya. Ketidak pastian itu melingkupi baik akurasi serta presisi. Menganggap angka-angka G&G itu sebagai angka mati dan eksak bisa jadi dianggap merupakan kealpaan. Driller sebagai eksekutor dilapangan yg menganggap apa yg sudah ada di drilling program sebagai suatu SOP harus dilakukan juga bukan hal tepat dan mengarah ke kecerobohan.
Berita yg terbaca di Media-media yg berseliweran barangkali semua ada benarnya. Drilling operasinya sudah dilakukan seperti apa yg ada dalam well design yg distujui sebelumnya. Namun apakah kondisi bawah permukaan yg jauuh didalam sana mengikuti apa yg dipikirkan geologist-geophysicist (G&G) ? Well design tentunya dibuat mengikuti interpretasi G&G ini.
Menghitung dengan akurasi dan presissi yg baik merupakan tugas G&G, disertai dengan angka ketidakpastian. Ada general rule namun jangan lupakan local rule. Membuat well design yg efisien dan hemat itu hanyalah salah satu tugas Drilling engineer. Namun design yg tepat haruslah memperhitungkan kestidakpastian. DE merupakan jembatan antara G&G dan Driller dilapangan, yang harus mengerti keduanya. Adabtable design mungkin adalah cara yg tepat untuk segala urusan dengan alam.
Beradaptasi dengan kondisi dan situasi yg dijumpai selama operasi itu mesti dimiliki oleh driller. Saya kira, mungkin saja driller dilapangan tidak melanggar well-design yg sudah dirancang. Drilling Engineer juga merancang sesuai data dari G&G. Sangat mungkin bahwa G&G yg sudah berpengalaman inipun sudah mengikuti kaidah ilmiah ketika menginterpretasikan data. Namun kalau hanya menyerahkan karena kondisi alam jelas bukan tindakan bijaksana.
Do we learnt ?
- Ada indikasi "paleo collapse" yg berhubungan dengan shallow section yg mengindikasi "very critical mechanical condition" dibawah sana namun kemungkinan utk bagian atas.
- Kodeco has lost their well and change the surface location. Padahal masih di kedalaman kurang dari 1500 ft.
- Santos pernah mengalami BlowOut ketika masih pada kedalaman 409 meter (<1500 ft )
- Lapindo juga pernah kick di sekitar 4000 ft (secara stratigrafis ekivalen diatas cased hole section BPJ-1), ini terjadi beberapa tahun lalu.
Opini yg sudah beredar saat ini sudah mengarah bahwa mud-flow ini karena kealpaan mengeset casing di kedalaman diatas 4240 - 9200 ft. Bagaimana kalau BO itu terjadi justru pada bagian atas ? Yang terpikir dibenak saya saat ini adalah kekhawatiranku bahwa kita nantinya juga tidak mengerti dengan benar apa yg sebenar-benarnya terjadi. ....... just become an unsolved natural mystery.
---
http://rovicky.blogspot.com/
Friday, June 23, 2006
Keluarnya lumpur Sidoarjo ini
Setelah sedikit-sedikit ada yang memberikan informasi-informasi tambahan, maka dapat diperkirakan dimana saja semburan itu berasal. Ada beberapa kemungkinan dan tentunya akan berbeda penanganannya.
- Sumber keluar dari pinggir lubang lama yg sudah di-casing.
- Sumber berasal dari lubang yg belum dicasing
- Sumber keluar melalui patahan yg memotong sumur
- Sumber tidak ada hubungannya dengan sumur BPJ-1
Awas ya ... ini hanya perkiraan-perkiraan saja. Bukan berarti semua ini sudah benar. Ini hanya dugaan yg saat ini perlu dilakukan verifikasinya. Jangan salah baca bahwa ada 4 sumber kebocoran. Ini hanya kemungkinan, skali lagi kemungkinan ! Cara sains adalah dengan memberikan beberapa dugaan trus diuji satu-satu. Karena ini adalah tujuan menutupnya, maka dilakukan dengan cara yg temudah dahulu secara operasional.
Dugaan yg pertama inilah yang saat ini sedang dilakukan pendeteksiannya yaitu dengan memasang geophone didalam lubang sumur. Geophone ini fungsinya sama dengan mikropon yang buat nyanyi karaoke itu tuh. Dengan alat ini akan diketahui dimana tempat yg "bising" yg diperkirakan tempat bocornya atau tempat mengalirnya lumpur. Sama dan sesederhana juga seperti pak dokter mendengarkan degup jantung juga, kan ?
Nah, kalau saja lokasi dan jalan keluar lumpurnya sudah diketahui tentu penangananya akan lebih mudah. Semoga memang yg terjadi adalah bocor lewat pinggiran antara casing dengan batuan.
Kalau yg terjadi kebocoran disekitar lubang yang sudah di'casing', bisa saja dengan membuat "window" (dilubangi) pada pipa selubung ini, dan dimasukkan lumpur berat serta nantinya di semen. Kalau saja dugaan ini bener maka dengan Snubbing Unit mungkin akan sudah teratasi.
Kalau yg terjadi adalah keluar dari lubang sumur yg belum sempat dipasangin casing tentunya menjadi agak rumit mencari posisi tepatnya, karena didalam sana ada semen "plug" juga ada pipa bor yg tertinggal.
Kalau yg terjadi yang ketiga dimana keluarnya melalui patahan yang ada, tentunya harus dilihat lagi kemana saja arah-arah patahan yg ada ini. Karena memang secara logika patahan ini merupakan zona retakan yg lemah. Walopun kemungkinan ini sangat kecil tetapi kalau "mud flow" alamiah di Bledug Kuwu ya seperti ini fenomenanya. Dalam hal ini BPJ-1 hanyalah pemicu saja.
Kalau anda baca ditulisan sebelumnya terlihat bahwa dahulupun pernah terjadi runtuhan yang sangat mungkin fenomena alam ini pernah terjadi didaerah ini sebelumnya.
Kemungkinan yang lain adalah alamiah tanpa ada hubungan dengan BPJ-1. Wah kalau hal ini yg terjadi tentunya pola atau patternnya mengikuti pola yg sudah ada.
Namun saya rasa yang pertama itu adalah kemungkinannya paling besar. Karena lokasi keluarnya tidak jauh dari kepala sumur (well head), dan "weak point" yg sering dijumpai adalah disekitar casing shoe (sepatu pipa selubung). Cara pendeteksian dengan Snubbing unit ini memang tepat karena tidak menambah beban tanah. Drilling Rig (Rig Pemboran) biasanya memiliki berat relatif lebih besar, serta rig ini akan diperlukan nantinya kalau diperlukan "relief well".
Ingat !!! titik keluarnya tidak hanya satu. Kalau saja ada beberapa titik keluar dari bawah tentunya harus ditangani satu-satu. Penanganan BO ini bukan hal yang mudah tetapi juga bukan hal yg mustahil. Selain berpikir "worst case scenario", yang harus dipikirkan adalah bahwa penanganan tercepat tidak bisa dalam orde mingguan, sehingga masih perlu kesabaran dalam menangani hal ini.
Untuk melihat dongeng yang lain silahkan menengok di :
http://rovicky.blogspot.com/
Apa itu "undergroud blowout" ?
Peristiwa yg terjadi di Sumur Banjarpanji-1 (BPJ-1) ini sangat memprihatinkan. Siapa saja sangat prihatin bahwa operasi pengeboran dengan niat baik untuk menambah pasokan energi ini mengalami musibah dan berubah menjadi bencana. Saat ini penelitian dilakukan oleh semua ahli di Indonesia, baik ahli kebumian, ahli konstruksi, ahli lingkungan, ahli sosial kemasyarakatan dll. Penelitian ini harus ditujukan sebagai suatu pembelajaran untuk lebih mengetahui apa yg terjadi dan apa yg harus dilakukan. Dan yang lebih penting bahwa penelitian ini bukanlah pengadilan. Bukan mencari salah siapa tetapi lebih banyak mengapa terjadi.
Berikut saya mendongeng bagaimana kejadian musibah ini dengan cara sederhana semoga membantu mengerti apa yg sedang terjadi.
Dahulu ketika awal-awal eksplorasi minyak di bumi ini, kejadian sumur yang muncrat dengan minyak yg menyembur ke atas, merupakan kejadian yg mengasyikan dan tanda-tanda kesuksesan eksplorasi. Pada waktu itu kesadaran keselamatan dan lingkungan belum secanggih saat ini, sehingga ketika terjadi semburan mereka (para explorer) berfoto mengabadikan penemuannya.
Disebelah ini BO yang terjadi ketika memperoleh minyak di lapangan Spindletop tahun 1900. Sumur ini diperkirakan memuncratkan minyak 3 juta galon (lebih dari 12 000 meter kubik) atau sebesar 80 000 (BPH) Barrel oil setiap hari, sebuah angka produksi yg sangat sulit dijumpai saat ini. Bandingkan dengan lapangan minyak di Indonesia saat ini.
Tuh lihat ... mereka berjejer foto. Coba kalau sekarang aku berfoto begitu ... waddduh pasti GreenPeace an WLHI akan marah-marah .... wupst !
Saat ini peristiwa muncratnya minyak harus dicegah karena alasan keselamatan serta lingkungan. Mulai saat munculnya kesadaran inilah, maka muncratnya minyak (fluida) dari dalam ketika melakukan pengeboran dianggap sebagai musibah atau kecelakaan operasi, karena tidak hanya minyak yg keluar namun juga air dari dalam bumi termasuk material batuan dapat ikut 'mecotot' keluar.
Aliran fluida pengeboran
Dalam kondisi normal, pengeboran dilakukan dengan memasukkan fluida (lumpur pemboran) dari dalam pipa bor sebagai media sirkulasi. Sirkulasi ini diperlukan salah satunya berfungsi untuk menahan tekanan fluida dari dalam tanah. Dalam kondisi normal besarnya tekanan fluida didalam tanah itu sama dengan tekanan tinggi kolom air, masih ingat hukum Pascal, kan ? itu tuh yang rumusnya tekanan sama dengan hasil kali beratjenis x tinggi x gravitasi. Nah kalau tingginya (dalah hal ini kedalaman) diketahui kan kita tahu seberapa besat tekanannya. Tekanan didalam tanah itu bisa saja melebihi tekanan tinggi kolom air sehingga fluida yg dimasukkan harus memiliki beratjenis lebih besar dari BJ air.
Tapi coba perhatikan adanya penambahan dan kehilangan lumpur ketika sedang ngebor.
"Lost" dan "Gain"
Istilah "lost and gain" dalam operasi pengeboran ini sangat lazim dan sangat sering terjadi. Saat ini sudah ada alat yg disebut BOP (BlowOut Preventer), alat ini yang akan digunakan ketika terjadi lost-gain, sebagai katup pengaturnya.
Apabila beratjenis lumpur pemboran memiliki berat yg lebih berat dari tekanan formasi maka akan terjadi masuknya lumpur ke formasi yg porous. Lost merupakan kejadian ketika lumpur masuk ke formasi ini.
Apabila BJ lumpur terlalu kecil, maka lumpur tidak kuat menahan aliran fluida dari pori-pori batuan. Lah, ya saat itu terjadi "gain" atau adanya tambahan fluida yg masuk kedalam lubang sumur. Kalau hal ini tidak teratasi atau terlewat karena proses penyemburannya sangat cepat maka aliran fluida dari batuan didalam tanah ini terjadi terus menerus, Seterusnya fluida akan muncrat keluar melalui lubang sumur dan lubang ditengan pipa pemboran. Ini yang disebut sebagai semburan liar atau "blowout". Yang keluar bisa berupa minyak, gas, ataupun air dan bahkan campuran.
Kondisi tekanan masing-masing lapisan di dalam bumi sana itu tidak seragam, juga tidak di setiap tempat sama. Tekanan fluida pada Batugamping (karbonat) di formasi Kujung di BD-Ridge yang memanjang dari lapangan BD ke daerah Porong ini, berbeda dengan Bagtugamping kujung di Laut Jawa. Berbeda pula perilaku dan sebaran tekanannya dengan batugamping di Baturaja Sumatra, berbeda pula dengan yang di Irian. Memang secara mudah semakin dalam,maka tekanannya semakin besar. Namun ada kalanya sebuah lapisan mempunyai tekanan yg rendah atau bahkan bila disetarakan dengan tinggi kolom air memiliki tekanan dibawah berat jenis air. Ketika ada dua zona tekanan yg berbeda inilah pen-design sebuah sumur harus jeli. Harus tahu dimana harus memasang selubung (casing) yang tepat. Pipa selubung (casing) ini berfungsi untuk mengisolasi zona bertekanan tidak normal, sehingga penanganannya lebih mudah tidak menimbulkan komplikasi.
Design sumur
Nah ketika komplikasi tekanan ini sudah diketahui dari sumur-sumur sebelah-menyebelahnya maka design sumur harus lebih baik dari sumur sebelumnya. Untuk pertimbangan bisnis pada saat ini ada dua hal yg harus diperhitungkan paling dahulu yaitu pertama keselamatan dan kedua keselamatan.... looh kok dua-duanya keselamatan ... ah iya lah, yaw ... kan kesadaran keselamatan kerja saat ini lebih kuat ketimbang hal lain. Hampir semua bisnis memang mendengungkan keselamatan harus lebih didahulukan ... keselamatan pekerja, dan keselamatan lingkungan .... Nah setelah itu baru memperhitungkan biaya.
(ah rdp selalu positip aja ... kalau bisnis kan mesti harus ngirit :) ... Hust !!,
memasang casing untuk menutup ini kan butuh biaya ... HUST !)
Nah design sumur inilah yg dipakai sebagai pegangan ketika operasi.
Komplikasi lost-gain
Ketika terjadi komplikasi lost dan gain ini perlu penanganan dengan teknik khusus. Kedua problem ini ditangani dengan cara yang sangat khusus pula. Namun kalau hal ini tidak teratasi sangat mungkin terjadi "cross-flow", yaitu fluida yg bertekanan tinggi memasok ke batuan yg memilki tekanan fluida rendah. Seandainya hal ini terjadi terus menerus maka terjadilah underground blow out, atau semburan liar didalam tanah. Yang seaandainya berkelanjutan dapat pula terjadi seperti apa yg terlihat di BJP-1.
Underground Blowout (semburan liar bawah tanah)
Untuk kasus di BPJ ini semburan liar telah terjadi dengan material lumpur yg keluar dari lubang-lubang yg bukan dari lubang bor. Lumpur itu telah keluar melalui celah-celah yg terbentuk akibat tekanan tinggi dari dalam tanah. Banyak hal yg harus diketahui sebelum berusaha menghentikan semburan liar ini antara lain :
- Dimana titik-titik lubang jalan keluarnya lumpur ini
- Berapa tekanan bawah permukaan tempat keluarnya.
- Melihat material yg sudah keluar perlu diketahui bagaimana bentuk lubang bor saat ini.
- Setelah diketahui tentunya perlu juga menentukan peralatan apa saja yang diperlukan.
- dll
Tentusaja kita prihatin akan hal ini. Namun dengan pengetahuan yang benar semoga kekhawtiran ini menghasilkan cara yg tepat untuk mengatasi.
RDP
Wah kata temenku ... Jawa timur mengalami dua masalah pengeboran dalam waktu dekat, sekarang ngebornya Lapindo, dulu ngebornya inul :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar