03 April 2010

Guru Kita & Implementasi Komputer Sederhana

Mengelola Perubahan Sosial & Budaya Masyarakat Menghadapi Serbuan Teknologi Informasi

Beberapa bulan belakangan saya sering diundang untuk memberikan presentasi mengenai pemanfaatan teknologi komunikasi & informasi untuk dunia pendidikan. Biasanya saya selalu mulai dengan memperkenalkan audiens yang sebagian besar kaum "tua" dengan fakta-fakta visual yang didapatkan dan dilihat oleh anak-anak kita setiap hari melalui ponselnya serta ketika mereka "main Internet".

Sebagian peserta biasanya terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang mereka lihat. Saya mulai dengan gambar favorit saya, screen shot dari Popular Members di Friendster. Ini adalah halaman situs Friendster yang berisi foto-foto anggota Friendster yang paling populer. Memang semuanya wanita muda dengan pose-pose yang cukup panas plus nama serta statusnya. Sebagai info tambahan, saya sampaikan ke peserta bahwa Friendster adalah situs Internet yang saat ini menduduki posisi nomor 1 di Indonesia, Malaysia dan negara Asia Tenggara lain sebagai situs yang paling banyak dikunjungi.

Artinya, itu adalah situs yang kemungkinan besar dikunjungi oleh anak-anak kita setiap mereka berkesempatan masuk ke Internet. Tentu saja Friendster bukan situs "terlarang". Friendster adalah situs positif yang sangat baik untuk mengembangkan kemampuan komunikasi anak-anak kita di dunia global. Namun setiap orang bisa "terpeleset" di Internet dan menggunakannya untuk melakukan aktivitas negatif seperti mengunjungi situs-situs porno, dan Friendster bisa jadi pintu gerbang dari semua itu.

Setelah audiens tersadar, saya baru kemudian masuk ke konsep Web 2.0 (Internet Masa Kini), mengenalkan ke mereka betapa mudahnya pemanfaatan Internet saat ini serta betapa besarnya dampak yang diakibatkan bagi dunia kehidupan kita. Saya tetap selalu berusaha menyeimbangkan aspek positif dan negatifnya, jangan sampai malah akhirnya presentasi saya menjadi pemicu mereka untuk menjauhkan anak-anaknya dari duni Internet.

Ada banyak kasus dimana para pimpinan atau orangtua mengambil keputusan yang berlebihan dan tidak berdasar berkenaan dengan Internet dan juga dunia seluler. Sebagian besar karena ketakutan mereka akan bahayanya serta "gapteknya" mereka dalam mengikuti perkembangan. Sebuah SMA unggul di daerah saya yang berasrama melarang seluruh siswanya membawa ponsel ke lingkungan sekolah. Seorang Kepala Dinas Pendidikan melarang siswa di daerahnya untuk membawa HP berkamera ke sekolah. Banyak ibu-ibu yang menolak usulan suaminya untuk berlangganan sambungan Internet di rumahnya. Semua karena alasan diatas. Takut aspek negatifnya, kemudian terpaksa melepaskan potensi dampak positifnya.

Disinilah inti opini saya ini berada. Jangan hindari teknologi, tapi kelolalah dengan baik. Bukan hanya pengelolaan teknisnya, tapi juga kelola perubahan sosial dan budayanya. Mengelola perubahan ini tidak bisa dilakukan pelan-pelan karena teknologi dan penyebarannya ke masyarakat berjalan dengan sangat cepat. Kunci suksesnya ada pada pemilikan pengetahuan yang memadai atas perkembangan teknologi. Terlalu banyak orangtua serta para pimpinan gaptek yang tidak ingin melepaskan status "gapteknya". Entah karena malas atau memang sudah merasa tidak memiliki lagi cukup kekuatan untuk mengikuti teknologi.

Kalau para orangtua terus memelihara "gapteknya", maka mustahil mereka bisa membuat suatu konsep atau bahkan sistem yang baik untuk mengelolanya. Namun bila para pengambil keputusan lebih mau membuka diri terhadap perkembangan teknologi, maka besar kemungkinan mereka akan punya cukup "amunisi" untuk untuk mampu melakukan kontrol dan pengendalian anak-anaknya secara baik dan bijak namun tetap ketat sesuai norma agama dan tata nilai ketimuran kita.

Lihat juga tulisan saya sebelumnya yang bisa memberi info lebih jauh berkenaan dengan diksusi diatas:
- Melindungi Generasi Muda dari Pornografi Online
- Kajian Internet Masa Depan

Guru Kita & Implementasi Komputer Sederhana

Selasa 3 Juni 2008 lalu saya mendapat kesempatan cukup berharga memberikan pelatihan kepada sekitar 60 orang guru SD dan SMP Kota Bontang, Kalimantan Timur. Training yang diselenggarakan selama 4 hari itu berjudul "Pembuatan Materi Belajar Berbasis Multimedia". Training digagas dan dijalankan oleh Bp. Nanang Rijono (Dosen Pasca Sarjana unmul) dan Dinas Pendidikan Kota Bontang.

Saya dijatah untuk mengarahkan sesi hari ke-2 tentang Internet untuk Pendidikan. Hari ke-3 diisi dengan pelatihan untuk menggunakan MS PowerPoint dan hari ke-3 sedikit praktek Macromedia Flash. Di hari terakhirnya setiap peserta diwajibkan untuk memberikan presentasi materi belajar berbasis multimedia di hari terakhir. Sangat menarik... Kenapa? Training ini dirancang dengan muatan sangat sederhana namun dimaksudkan untuk mampu memberikan bekal praktis bagi para guru untuk kembali ke sekolah masing-masing dan memprtaktekkannya di dunia nyata. Ditengah banyaknya konsep dan tawaran implementasi teknologi informasi untuk pendidikan yang serba canggih, training ini muncul dengan kesederhanaan yang membumi.

Di tempat lain mungkin akan banyak pihak mencemooh... PowerPoint? Kuno...

Namun saya menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa sederhananya para guru kita. Sederhana dalam hampir segala hal. Wawasan, pengalaman, gaya hidup, kemampuan finansial, dst... Sulit membayangkan bahwa komunitas seperti ini harus "diguyur" dengan materi-materi belajar canggih yang kemudian malah terlalu sulit bahkan tidak mungkin dibawa pulang ke sekolah mereka untuk diterapkan.

MS PowerPoint adalah aplikasi favorit andalan saya selama hampir 15 tahun bergelut di bidang pelatihan dan pendidikan. Ini adalah aplikasi "silver bullet" saya. Aplikasi yang bisa menjawab hampir 80-90% dan segala kebutuhan pembuatan materi belajar yang saya buat. Aplikasi yang sangat "straight forward", bisa dipakai bagi orang yang betul-betul pemula hingga yang sangat advance. Sangat "bersahabat" dengan komputer jenis apapun, sangat mudah digandengkan dengan LCD projector apapun, kalau tidak ada projector juga sangat mudah dicetak dengan printer apapun dengan hasil yang sangat baik. Bisa "ditempel" apapun (teks, audio, image, video, animasi, dll). Learning curve yang sangat landai, artinya sangat mudah dipelajari. Seorang pemula dalam beberapa jam saja sudah bisa memakai berbagai fitur basic nya. Amazing bukan?

Sebuah sekolah favorit di kota saya menolak untuk diberikan pelatihan MS PowerPoint karena bilang bahwa ini sudah pernah dilaksanakan sebelumnya dan saya menangkap kesan "merendahkan" aplikasi hebat ini. Ya sudahlah...

Bp. Nanang Rijono yang merancang pelatihan ini adalah juga orang sederhana dari sisi teknologi, bukan ahli teknologi, beliau setiap saat selalu bilang kepada orang lain bahwa ybs punya kemampuan komputer terbatas, bahkan blog ybs pun dibuatkan oleh anaknya :-) Dibalik kesederhanaan cara pandang ybs, lahirlah pelatihan sederhana tapi membumi ini. Saya yakin bahwa akan banyak hal praktis yang akan bisa langsung dipraktekkan para peserta saat kembali ke tempat kerjanya masing-masing.

Saya pun berusaha keras mendukung "pathway" training yang dibuat ybs dengan memberikan materi-materi dan latihan-latihan yang membumi di sesi saya. Saya fokus pada pengenalan mendasar Internet dan memberikan bukti langsung kepada para peserta betapa powerful nya Internet.

Didepan PC dan laptopnya yang terkoneksi ke Internet, peserta saya berikan lomba cepat-cepatan mencari jawaban pertanyaan saya seperti:

"Tanggal berapa Olimpiade Beijing 2008 dilaksanakan?"
"Dimanakah kota kelahiran Barack Obama?"
"Apakah ibukota negara Mauritius?"

Pertanyaan-pertanyaan yang bisa mereka jawab secara akurat dalam waktu kurang dari 1 menit. Bahkan mereka sendiri tampak kaget tapi excited menghadapi kenyataan itu ...

Mereka juga selanjutnya merasakan langsung betapa hebatnya Internet yang bisa memberikan jawaban atas "apapun" yang mereka butuhkan... Terutama yang berhubungan dengan tugas pembuatan materi ajar digital yang akan mereka kerjakan.

Saya pribadi puas bisa memberikan sesuatu yang mudah-mudahan bisa bermanfaat, tidak hanya bagi para peserta, tetapi juga bagi orang lain yang akan mendapat dampak ikutan dari mereka yang ikut kali ini...

Update:
Sebuah cerita lain yang saya dapat dari mahasiswa saya...

Seorang guru di salah satu lokasi cukup terpencil di Kalimantan Timur memiliki suatu terobosan sederhana dalam memanfaatkan peralatan sederhana tanpa harus menunggu pembelian alat baru yang canggih dan mahal. Karena yakin dengan kehandalan Microsoft PowerPoint, dia mencari cara untuk dapat menayangkan materi ajar yang dia buat didepan kelas. Pakai LCD projector? Jangan mimpi... walau harganya sudah sampai Rp 5-6 juta, barang ini tidak tersedia dan kalaupun dia ajukan anggarannya, dipastikan akan susah terealisasi.

Akhirnya dia sampai pada solusi sederhana namun kreatif dan hasilnya sungguh bermanfaat. Dia beli sebuah TV tuner PCI card yang banyak tersedia di toko-toko komputer di kotanya dengan harga sudah sangat murah berkisar Rp 175 ribu keatas. Dengan alat ini, dia bisa men-display layar komputernya pada sebuah TV analog biasa. TV set hampir pasti dimiliki oleh hampir setiap sekolah di Indonesia.

Dengan komputer desktop tua yang dimiliki sekolah, sebuah TV tuner PCI card dan TV 21 inch biasa, guru super kreatif ini bisa terus berkreasi dengan PowerPoint-nya dan menggunakannya sebagai alat bantu yang sangat efektif didepan anak didiknya di sekolah sederhana di pelosok belantara Kalimantan Timur.

Bravo...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar