Sebuah kejutan yang menyenangkan ....
Ketika sedang asyik "googling" di internet mencari beberapa referensi untuk rujukan setumpuk pekerjaan sehari-hari, tiba-tiba mata saya tertambat pada tulisan nama saya menyertai judul tulisan di atas yang ditampilkan oleh Bang Yuhardin - seorang master manajemen dengan sederet gelar akademis lain yang juga pakar dan konsultan IT untuk beberapa instansi pemerintah di Makassar - dalam situsnya yuhardin.scriptintermedia.com.
Malu-malu kucing, diam-diam saya baca lagi tulisan yang saya sendiri sudah lupa siapa yang menulis, kapan ditulis, dan kira-kira waktu itu untuk keperluan apa. Saya sendiri juga tidak tahu alasan apa kira-kira yang telah mendorong beliau untuk mendokumentasikannya. Tapi sungguh, sebagai manusia biasa, saya merasa sangat berterima kasih karena sepotong riwayat hidup saya sudah ikut didokumentasikan oleh seorang ilmuan sekaliber bang Yuhardin dalam situs pribadinya yang sangat bagus, nun jauh di Makassar pula!
Karena itu, walaupun masih malu-malu kucing sama seperti sejak awal tadi, akhirnya saya pikir saya sendiri juga seharusnya ikut mendokumentasikan artikel tentang sekelumit perjalanan hidup saya ini di sini, di blog saya ini. Jika tokh kemudian tidak ada pembaca yang tertarik untuk menyimak - karena boleh jadi tidak terlalu menarik - paling tidak nantinya dapat saya jadikan bacaan untuk diri sendiri. Rasanya cukup "fair" bukan?
Berikut adalah salinannya.
Kecil-kecil jabe rawit. Ungkapan tersebut kiranya dapat menggambarkan sosok Deni Drimawan. Bagaimana tidak, postur tubuhnya tidaklah terlalu tinggi, ukuran badannya pun tidak terlalu besar, tetapi siapa yang menyangka kalau pemilik tubuh kecil itu adalah seorang Direktur Kaminari Production, perusahaan yang bergerak dibidang penyelenggaraan pameran. Bahkan diusianya yang masih terbilang muda, ia juga menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Dharma Agung Bandung yang terletak di jalan Telaga Bodas No 8-A, Bandung.
Apa yang didapat Deni –begitu beliau bisa disapa- saat ini, memang tidak semudah membalik telapak tangan. Perjalanannya dimulai dari seorang pemandu (guide) turis-turis mancanegara. Sebagai seorang guide, ia bertugas memperkenalkan dunia pariwisata Indonesia, khususnya Jawa Barat. Sambil bekerja, ia mempergunakan waktu untuk belajar dan memahami karakteristik prilaku turis-turis tersebut. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah turis Jepang. Menurutnya, orang-orang Jepang adalah orang yang tidak terlalu suka menetap berlama-lama tetapi sangat royal dalam membelanjakan uang. Tiba-tiba saja terpikir olehnya untuk berhenti menjadi guide, dan melanjutkan kuliah ke Jepang.
Tahun 1992, pulang dari Jepang ia memutusakan untuk berdiri di ‘kaki’ sendiri. Bermodalkan pengalaman sebagai guide dan dana seadanya, ia memutuskan membuka travel dengan nama Mondial Travel. Target pasarnya saat itu adalah Jepang karena selain terkenal royal, waktu itu juga dibuka jalur penerbangan baru dari Nagoya-Denpasar. Dengan kekuatan jaringan yang dimilikinya dan kelihaiannya membaca peluang, saat itu usahanya mendatangkan tamu-tamu dari luar negeri ke dalam negeri berhasil. Sayangnya, keberhasilan itu tidak berlasung lama, keberhasilan yang diraihnya ternyata membuat perusahaan-perusahaan travel lain mengikuti jejaknya. Kekuatan modal perusahaan travel-travel besar tersebut, merebut pasar Mondial, Deni pun merasa terdesak, tahun 1994 Mondial yang dirintisnya vakum.
Kegagalan Mondial, ternyata tidak membuat Deni mengurungkan niatnya untuk tetap berdiri di ‘kaki’ sendiri. Ini dibuktikannya dengan beralih terjun ke bisnis penyelenggaraan pameran yang idenya didapat saat ia berjalan-jalan ke Jakarta. “Saat jalan-jalan ke Jakarta, saya melihat ternyata pameran juga bisa diselenggarakan di hotel-hotel, saat itu tergeraklah hati saya untuk membuatnya di Bandung,” kenang suami Fita Fauzia ini.
Lagi-lagi nekat, sesampainya di Bandung ia bersama empat orang temannya di SMP 5, memutuskan untuk menyelenggarakan pameran Bandung Audio Visual di hotel Papandayan Bandung. “Saat itu saya masih sangat awam, bikin proposal saja masih meraba-raba tetapi saya mencobanya,” tutur Deni. Kenyataan ternyata memang tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk kedua kalinya, Deni harus menuai kegagalan, dari 60 stand yang ditawarkannya hanya 6 saja yang terisi, sponsorship pun tidak didapatnya. Harapan untuk mendapatkan keuntungan pupus sudah, ia harus rela kehilangan mobilnya untuk membayar hutang-hutangnya ke pihak hotel dan vendor. Disaat ia membutuhkan dukunganl, teman-teman yang tadinya menjadi mitra kerja, satu persatu pergi meninggalkannya. “Satu-satunya yang membantu saya saat itu adalah Dinas Perisdustrian dan Perdagangan, teman-teman satu persatu meninggalkan saya,” kenangnya.
Konsisten
“Tak ada gading yang tidak retak”. Begitulah Deni memaknai kegagalan-kegagalan yang dialaminya. Walaupun kegagalan tersebut telah mengambil banyak barang-barang yang dimilikinya tetapi ia tetap bertahan untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang entrepreneur. Kali ini, meski gagal dalam menyelenggarakan pameran, ia tidak lagi beralih ke bisnis lain tetapi tetap konsisten bergelut dibidang penyelenggaraan pameran. “Saya tidak ingin lagi menghindar, tetapi saya harus konsisten dan harus belajar dari kesalahan hingga akhirnya bisa sukses,” kata ayah beranak satu ini.
Keputusan yang diambilnya tak salah. Perkenalannya dengan Adung dari Dinas Perindustrian dan Perdagangaan merubah segalanya. Adung, selaku ketua penyelenggaraan pamaren di pemerintahan saat itu, memberi keparcayaan kepadanya untuk menyelenggarakan pameran Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) I. Deni bagaikan mendapat durian runtuh, meski belum begitu berpengalaman dalam penyelenggaraan pameran, ia menerima tawaran tersebut. Ia, yakinkan dirinya bahwa ia mampu melaksanakannya. Ia kembali membuat perusahaan penyelenggaraan pameran dengan nama Kaminari Production yang mana dalam bahasa Jepang berarti menari dalam halilintar atau petir karena ia begitu kagum dengan budaya kerja dan perilaku orang Jepang yang menjunjung tinggi negaranya.
Kekaguman itu pun menjadi ‘spirit’ baginya untuk mensukseskan PKJB ini. Kreatifitas, Kemampuan bernegosiasi, dan jaringan yang luas, mampu menghantarkannya meraih kesuksesan pelaksanaan PKJB dan menjadi salah satu orang yang patut diperhitungkan dalam dunia penyelenggaraan pameran. Sejak saat itu, tawaran demi tawaran tak henti-hentinya datang kepada dirinya. Dalam waktu dekat saja, laki-laki yang mengaku sangat berterima kasih atas perhatian dan pengertian yang diberikan oleh keluarganya ini, sedang sibuk mempersiapkan dua penyelenggaraan pameran di kota Bandung dan Bogor.
Kreatifitas dan Pendidikan
Menurut Deni, keinginan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain dan tanggung jawab terhadap karyawan membuatnya tetap bertahan dan mengembangkan perusahaannya. Ia pun mulai sibuk dengan membangun jaringan-jaringan baru dan menghabiskan waktu dari kafe ke kafe untuk menjaga relationship dengan pelanggan. “Karena kadang-kadang, deal-deal bisnis lebih banyak terjadi saat suasana non farmal seperti itu,” katanya.
Ketatnya persaingan dibidang penyelenggaraan pameran juga menuntutnya selalu berbenah diri. Salah satu hal dasar yang menjadi perhatiannya adalah kreatifitas karena bagaimana pun, dunia pameran adalah dunia yang menuntut orang untuk mendapatkan sesuatu hal yang baru dan unik. Deni menyakini bahwa ide-ide dan konsep-konsep baru itu tidak bisa datang dengan sendirinya tetapi didapat dengan lebih banyak berjalan dan bergaul dengan lingkungan sekitar. Pemikiran seperti ini lah yang dituangkan pada motto Kaminari yang berbunyi The art of creativity dan ditanamkan kepada semua rekan-rekan kerjanya. Terbukti, lewat proses kreatif, relationship dan perpaduan jiwa kewirausahaan serta kemapuan membaca peluang bisnis yang dimilikinya, tahun 2000 laki-laki kelahiran Bandung, 25 Oktober 1964 ini bisa melebarkan sayap dengan mendirikan STIE Darma Agung Bandung.
Tak jauh berbeda dengan Kaminari, STIE ini pun dibangunanya dari bawah. Bermula dari tiga orang siswa hingga akhirnya berjumlah ratusan orang. Tak ada kendala bagi Deni menjalani bisnis ini, karena dia memang dibesarkan dari keluarga dosen. Perpaduan jiwa seni dan pendidikan yang digelutinya membuatnya melahirkan teori sendiri dalam dunia belajar mengajar yang disebutnya dengan konsep Edutaiment (Pendidikan dan Seni).
Sheena krisnawati, salah seorang mitra kerja Deni di Kaminari, berpendapat bahwa apa yang didapat Deni saat ini tidak terlepas dari kecerdasan dan kelincahan yang ada pada dirinya. “ Untuk wilayah Bandung, Deni terpakailah, karena dia memang cerdas dan juga lincah, ada orang yang cerdas tetapi mereka tidak lincah, nah Deni memiliki ke dua-duanya,” tutur wanita yang telah enam tahun bekerjasama dengan Deni. Sebagai pemimpin ia juga cukup mengayomi dan bertanggung jawab, “Walau kadang-kadang, pemikiran-pemikiran dan ide-idenya sulit dipahami,” sambung Sheena.
Saat tamat kuliah, Deni mengaku hanya membuat surat lamaran kerja sebanyak tujuh lembar saja, karena ia memang telah berkeinginan untuk berdiri di ‘kaki’ sendiri dengan berwirausaha dan ia menyakini keputusan tersebut sebagai pilihan yang tepat. Walau untuk mewujudkan mimpinya, ia harus meninggalkan wilayah amannya. Sekarang, semua pengorbanan itu telah terbayar dengan apa yang didapatnya saat ini dan menjadi tugasnya untuk mempertahankannya. Ibarat kata pepatah bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.SUMBER:DENI DRIMAWAN
30 Pengusaha Kelas Dunia Di Bawah Usia 30 Tahun
Ini tentang orang-orang muda dalam daftar pengusaha-pengusaha bisnis internet terkaya di dunia. Internet memang tidak henti hentinya mencetak milyuner-milyuner baru dan berusia muda pula. Menurut situs Retire at 21, ada 50 pengusaha bisnis online kaya raya yang berusia dibawah 30, bahkan ada yang baru berusia 17 tahun!
Beberapa dari mereka mungkin sudah akrab ditelinga kita. Sebut saja Mark Zuckerberg, pemilik situs facebook, atau Matt Mullenweg yang merintis situs blog wordpress.com. Sedangkan beberapa nama mungkin terdengar agak asing di telinga kita, tapi toh kreasi online mereka telah mengubah dunia menjadi lebih baik.
Berikut ini adalah daftar 30 pengusaha bisnis online yang sukses di bawah usia 30 tahun (Top Young Entrepreneurs Under 30), seperti dikutip dari situs INCOMEdiary.
#1. Mark Zuckerberg (25 Tahun)
Website: http://www.facebook.com
Mark Zuckerberg, Billioner termuda didunia dan pemilik situs social networking terbesar didunia Facebook. Facebook sekarang menjelma menjadi situs nomor dua yang paling sering dikunjungi didunia, dibawah Google.
#2. Matt Mullenweg (25 Tahun)
Website: http://www.wordpress.com
Mattew Mullenweg penemu software Blog Engine Wordpress. Tanpa Matt, mungkin anda tidak bisa berada disitus ini sekarang, karena toh situs ini memakai enjin Wordpress.
#3. Pete Cashmore (24 Tahun)
Website: http://www.mashable.com
Pete Cashmore menjalankan situs top blogs, yang menampilkan situs-situs baru apa saja yang muncul di dunia maya. Dengan 1,600,000 Twitter Followers dan 300,000,000 Rss Readers, kita sudah bisa menebak seberapa besar bisnis beliau.
#4 & 5. Aaron Levie and Dylan Smith (23 & 22 Tahun)
Website: http://www.box.net
Situs Box.net dibuat tahun 2005 sebenarnya merupakan proyek kampus untuk mendistribusikan dan menyimpan file yang bisa diakses dimana saja didunia yang terhubung dengan internet. Perusahaan ini sekarang memiliki 2 juta pengguna dengan laba bersih $6 Juta.
#6. David Karp (22 Tahun)
Website: http://www.tumbir.com
Tumbir adalah platform untuk blog yang mudah digunakan. Tumbir telah menghasilkan $5.25 juta dari berbagai investor termasuk perusahaan raksasa Twitter.
#7 & 8. Catherine & David Cook (19 & 21 Tahun)
Website: http://www.myyearbook.com
Catherine dan saudaranya David mulai menjalankan MyYearBook di tahun 2005 dan telah menjadi situs social networking nomor 3 di Amerika dengan pendapatan $17.1 Juta.
#9. Sean Belnick (23 Tahun)
Website: http://www.bizchair.com
Sean adalah pengusaha sejati. Di usia 14 tahun, beliau mengunci diri sendiri dikamar dan 3 hari kemudian bisnis Sean dimulai. Sekarang dia telah memiliki penghasilan diatas $50.000.000 dari hasil penjualan kursi secara online.
#10. Matt Mickiewicz (25 Tahun)
Website: http://www.sitepoint.com ; http://www.99designs.com and http://www.flippa.com
Matt adalah inspirasi bagi webmaster diseluruh dunia. Website beliau sitepoint telah membantu webmaster untuk belajar tentang web, cara menjual , membeli buku ataupun belajar coding dan membuat background twitter.
#11. Noah Everett (24 Tahun)
Website: http://www.twitpic.com
Noah penemu TwitPic tumbuh seiring pertumbuhan situs Twiiter dan sekarang menjadi situs 200 teratas menurut Alexa. Hebatnya Noah cuma bekerja dirumah, dimana disanalah dia menempatkan servernya untuk melayani jutaan pages views disitusnya perhari.
#12. Ryan Allis (25 Tahun)
Website: http://www.icontact.com
Ryan baru berumur 25 tahun untuk menjalanakn situs iContact.com dan servis email marketing yang memperoleh $25,000,000 tahun ini. Dengan pelanggan lebih dari 55,000 yang membayar iuran bulanan, Ryan telah membangun program membership yang sekarang telah memberikannya hasil yang luar biasa.
#13. Jon Wheatley (22 Tahun)
Website: http://www.dailybooth.com
Johan menjalankan situs social networking DailyBooth yang dapat mencangklok gambar gambar dan menaruhnya di video. situsnya telah berkembang dengan baik dan memiliki dana $1 juta hasil dari 2 perusahan besar Digg.com (Kevin Rose) dan Flickr.com (Caterina Fake)
#14. Neil Patel (24 Tahun)
Website: http://www.quicksprout.com & http://www.crazyegg.com
Neil adalah pemilik Crazy Egg dan KISSmetrics yang telah membantu perusahaan seperti AOL, General Motors, Hewlett-Packard, dan Viacom menghasilkan uang dari internet. Diusianya yang baru 21, Neil sudah termasuk top 100 blogger oleh Technorati, dan merupakan tokoh berpengaruh untuk perkembangan web menurut Wall Street Journal. Yang membuat Neil berhasil adalah bagaimana beliau membuat situs top dunia mau menglink ke situs dia.
#15. Kieran O’Neill (22 Tahun)
Website: http://www.psu.com and http://www.playfire.com
Kieran baru berusia 22 tahun dan memiliki 3 bisnis online raksasa sejauh ini. Kieran menjual website pertama seharga $1,25 juta dan juga menjalankan situs Fan Playstation terbesar di dunia.
#16. Blake Ross (24 Tahun)
Website: http://www.mozilla.com
Blake adalah developer Software asal America, dan terkenal karena project Mozilla Firefox. Ketika Firefox dirilis tahun 2004, Ross baru berusia 19 tahun, dan sekarang Firefox telah didownload oleh 100 juta orang.
#17 & 18. Eric & Susan Gregg Koger (24 & 25 Tahun)
Website: http://www.modcloth.com
Eric dan Susan baru lulus sekolah ketika mereka memulai Modcloth, bisnis baju skala kecil. Sewaktu masuk universitas, pengguna asrama telah membeli baju dari situs mereka. Ketika lulus tahun 2006, bisnis mereka berkembang menjadi sangat pesat.
#19. Anthony Volodkin (23 Tahun)
Website: http://www.hypem.com
The Hype Machine adalah tentang diskusi musik di blog di seluruh dunia. Pengguna dapat menjelajah, mendear dan membeli musik yang ditulis oleh blogger.
#20. Ashley Qualls (20 Tahun)
#21. Juliette Brindak (20 Tahun)
Website: http://www.missoandfriends.com
Juliette adalah penemu ide Miss O and friends ketika dia baru berusia 10 tahun. Bisnis dia sekarang bernilai $19 Juta, dan dikunjungi oleh jutaan wanita setiap bulan. Juliette juga telah menjual 120,000 kopi buku.
#22 & 23. Sam Tarantino & Josh Greenberg (Sama-sama 23 Tahun)
Website: http://www.listen.grooveshark.com
GrooveShark diluncurkan tahun 2007, dan menjelma menjadi search engine musik online dan streaming service. GrooveShark memperkerjakan 49 orang dan bagian dari Escape Media Group yang dibentuk Maret 2006.
#24, 25 & 26. Elliott Breece, Joshua Boltuch & Elias Roman (Masing-masing 25 Tahun)
Website: http://www.amiestreet.com
Amie Street adalah situs musik, dimana komunitas yang menentukan harga musik. Setiap lagu di situs start dengan harga rendah, dan terkadang gratis. Kemudian harga akan naik menjadi 98 sen tergantung bagaimana orang membelinhya.
#27. Richard Ludlow (22 Tahun)
Website: http://www.academicearth.org
Richard adalah CEO dari Academic Earth, situs yang menyediakan kursus video dari universitas terkemuka. Academic Earth termasuk 50 situs top versi Time Magazines, bersamaan dengan Google, Amazon, dan Facebook.
#28. Kristopher Tate (21 Tahun)
Website: http://www.zooomr.com
Kristopher adalah co-founder situs sharing foto, Zooomr, yang dibuat tahun 2005, dan sekarang telah banyak fitur yang tersedia di situs tersebut.
#29. Edmund Loh (23 Years Old)
Website: http://www.edmundloh.com
Edmund memulai bisnis internetnya di Maret 2005, dan sukses menjual ebook orang lain secara online. Kemudian dia menulis ebooknya sendirinya berjudul Edmund Loh’s Guide To Private Resale Rights. Sejak itu, Edmund telah menulis lebih dari 212 judul PLR.
#30. Shama Kabani (24 Years Old)
Website: http://www.clicktoclient.com
shama adalah master online marketing. Dia adalah president Click To Client, perusahaan service web marketing, dan telah berkeliling dunia untuk bicara tentang internet marketing.
Rhenald Kasali, Guru Besar Yang Pernah Tinggal Kelas
Rhenald Kasali dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Manajemen Universitas Indonesia (UI). Gelar tersebut ternyata tidak didapat begitu saja. Pria bergelar Ph.D Consumer Science tersebut ternyata pernah satu kali tinggal kelas.
"Saya pernah tidak naik kelas, waktu kelas 5 ke kelas 6 SD. Waktu itu saya malu banget, takut dan merasa sudah menyakiti ibu saya. Akhirnya itu menjadi membuat saya terobsesi untuk maju. Jadi, saya menjadi guru besar ini penuh dengan perjuangan" katanya dalam orasinya di acara pengukuhan Guru Besar UI, di Balai Sidang, UI, Depok, Sabtu (4/7/2009).
Setelah kejadian itu, Rhenald bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya dengan belajar lebih giat lagi. Salah satu cara yang dia lakukan adalah menempati kursi terdepan di ruangan kelasnya.
"Waktu tidak naik saya kalau duduk di (kursi) depan. Tapi tetap kalau ada apa-apa, saya juga yang disalahin karena saya sudah distempel (tidak naik kelas)," ungkapnya. Namun perjuangannya tersebut tidak sia-sia, tekat keras itu akhirnya mampu mengantarkan pria lulusan Manajemen Fakultas Ekonomi itu sebagai guru besar.
Saat pengukuhannya sebagai guru besar, Rhenald membawakan orasi ilmiah berjudul "Keluar dari Krisis: Membangun Kekuatan baru melalui core belief dan tata nilai"
Menurut Rhenald, dalam lima tahun terakhir ia mencatat ada berbagai krisis yang dialami Indonesia. Mulai dari krisis garam, gula, pupuk, listrik, energi, rotan, demam berdarah, flu burung, air bersih dan sebagainya.
"Banyak hal yang tidak bisa kita atasi, namun berakhir begitu saja, membaik dengan sendirinya ayau cepat dilupakan, namun kembali pada waktu yang berbeda," paparnya.
Menurut Rhenald, suatu masalah yang terjadi berulang-ulang tersebut mencerminkan lemahnya kendali manajerial dalam pelaksanaan kebijakan, tidak adanya pembelajaran yang diambil, lemahnya penerapan knowledge management serta kurangnya leadership dalam sistem perekonomian suatu negara.
"Insiden krisis yang datang terus menerus juga menunjukan tidak siapnya bangsa
Indonesia menghadapi perubahan. Perubahan dipandang lebih sebagai sebuah ancaman yang harus dilawan dan dihindari, bukan untuk dihadapi," ungkapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Rhenald mengatakan, dengan perencanaan strategis yang didukung dengan konsepsi manajemen modern yang dilandasi tata nilai, budaya ekonomi serta core belief yang mendukung agar bangsa mampu beradaptasi dalam menghadapi berbagai perubahan yang semakin berat, lebih variatif dan datang lebih cepat.
Empat Modal Entrepreneur ~ Ternyata Bukan Uang
Walau banyak kasus korupsi dan persoalan lainnya, ekonomi negara kita bisa tetap berjalan. Ini tentu saja berkat ada penggerak-penggerak di masyarakat yang tidak tergantung pada peraturan dan pemerintah. Mereka yang jarang diketahui orang ini disebut entrepreneur. Ini beberapa dari mereka dan upaya yang telah dilakukan untuk menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita.
Wimar’s World Rabu malam (28/3) menghadirkan tiga orang entrepreneur yaitu Bob Sadino (pemilik supermarket Kem Chicks), Hadrijanto Satyanegara (PR Manager Patrakom), dan Fred Hehuwat (salah satu pendiri Yayasan ASHOKA Indonesia). Mereka adalah orang-orang yang tidak putus asa bahkan bersemangat dan memberi contoh kepada kita. Berikut potongan percakapan mereka dengan Wimar Witoelar.
Empat Modal Entrepreneur
Wimar: Katanya, Anda dulu pelaut, lalu bagaimana Anda bisa sampai menjadi entrepreneur dengan membuka supermarket?
Bob: Sederhana saja. Saya dulu bekerja di negeri Belanda dan berkeliling Eropa. Ketika kembali ke Indonesia, saya melihat telor di sini berbeda dengan telor yang saya lihat di Eropa.
Wimar: Apa bedanya?
Bob: Beda bentuknya. Jadi, saya meminta orang mencari ayam yang bisa bertelor.
Wimar: Apakah saat itu Anda sudah ahli ayam atau telor?
Bob: Salah satu faktor saya menjadi seperti saat ini karena saya beruntung tidak mengetahui apa-apa.
Wimar: Apakah Anda mempunyai banyak teman di bank yang bisa menyediakan modal?
Bob: Bank hanya untuk menabung saja
Wimar: Jadi tidak betul orang membutuhkan modal untuk membangun usaha baru.
Bob: Apa pengertian modal itu? Banyak orang hanya menterjemahkan modal itu hanya benda yang bisa dilihat dan dihitung saja, pokoknya uang. Sebetulnya ada modal yang tidak bisa dilihat. Ini modal pegangan bagi seseorang untuk menjadi entrepreneur yaitu,
1. Harus mempunyai kemauan
2. Tekad yang bulat
3. Keberanian mengambil peluang. Ada sejuta peluang di luar sana termasuk di dalam badan kita sendiri
Wimar: Bob, saya bertemu banyak sekali orang yang ingin menjadi enterpreuner. Katanya, itu susah sekali karena iklim tidak kondusif, peraturan tidak berpihak pada pengusaha. Bagaimana ini Bob?
Bob: Ketiga faktor tadi belum membuat seseorang untuk masuk menjadi enterpreuner. Faktor keempat adalah Anda jangan cengeng dan tahan banting.
Manfaatkan Teknologi
Wimar: Kita beralih ke Hadrijanto. Perusahaan Anda menyediakan sarana telekomunikasi di perusahaan terpencil. Bagaimana perusahaan Anda bisa berbisnis di daerah terpencil?
Hadrijanto: Kita melihat ada peluang usaha dan keterbatasan saran telekomunikasi terutama di luar Pulau Jawa. Mereka mempunyai kebutuhan dan terkadang mereka memiliki uang. Telekomunikasi itu bukan lagi kebutuhan sekunder tapi sudah primer. Karena itu kita berupaya membantu menyediakan sarana telekomunikasi di daerah terpencil.
Wimar: Berapa banyak dan dimana contohnya?
Hadrijanto: Di Kalimantan Timur seperti di daerah pedalaman Samarinda, Tabang. Kalau sekarang jumlahnya sekitar 150 unit
Wimar: Jadi karena daerah terpencil maka mereka mesti wireless. Jadi dipergunakan satelit.
Hadrijanto: Iya, kita mengadakan warung telekomunikasi satelit (Wartelsat).
Wimar: Kuncinya di sini mahal tapi kok bisa dikerjakan dan orang tidak membayar mahal. Jadi, siapa yang memberikan dukungan sehingga ini tersedia?
Hadrijanto: Sebenarnya yang mendukung itu teknologi. Kita memanfaatkan teknologi yang ada. Kita melakukan rekayasa teknologi di dalamnya sehingga kita bisa. Secara kualitas memang tidak bisa mencapai seperti cyber atau berlangganan, tapi untuk daerah terpencil cukup memadai agar ada sarana telekomunikasi.
Wimar: Apakah investasi itu akan kembali dari sisi uang?
Hadrijanto: Mungkin bukan kembali tapi kita berusaha mencapai break event point saja. Itu sudah bagus.
Wimar: Itu mungkin perbedaannya antara perusahaan tempat Anda bekerja dengan Bob Sadino. Kalau Bob, pure entrepreneur yaitu investasi dan uang kembali. Sedangkan Anda, ada yang investasi dan kembali dalam bentuk menyenangkan masyarakat.
Social Entrepreneur ASHOKA
Wimar: Ini yang ketiga Fred Hehuwat. Dia pada 1983 mendirikan Yayasan ASHOKA Indonesia. Saya tahu karena turut mendirikannya, tapi saya tidak tahu kelanjutannya. ASHOKA memakai konsep social entrepreneur. Apa konsep itu dan apa yang dikerjakan Ashoka saat ini?
Fred: Kalau kita biasanya mengaitkan dengan kegiatan ekonomi. Memang lahirnya istilah social entrepreneur ini dari Ashoka. Kalau kita membandingkan sektor ekonomi dan industri yang perkembangannya sangat maju maka bidang sosial seperti pendidikan dan kesehatan tertinggal. Kalau kita melihat kondisi di Indonesia, kondisi sosial merupakan yang sangat parah. Siapa yang menangani ini? Biasanya kita menggantungkan harapan pada pemerintah. Kita semua tahu pemerintah banyak keterbatasannya. Kalau ini tidak ada jalan pintas yang diciptakan maka keadaannya makin lama makin ketinggalan.
Wimar: Apa orang yang dibina ASHOKA?
Fred: Kita membina orang-orang yang memiliki program-program entrepreneur. Awalnya, seseorang melihat keadaan, mengenal lapangan, mempunyai ide cemerlang, mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah, tidak tergantung fasilitas, dan sebagainya, maka ide cemerlang itu akan kita bantu. Kita mencari orang-orang seperti itu.
Wimar: Berapa orang yang sudah dibina sejak 1989?
Fred: Sekarang ada sekitar 140 orang di Indonesia.
Wimar: Ini konsepnya internasional. Kalau dengan contoh konsep internasional, kita mungkin lebih mengerti social entrepreneur itu?
Fred: Kalau kita melihat social entrepreneur yang top adalah Muhammad Yunus dari Banglades dengan program di Grameen Banknya sehingga meraih hadiah Nobel. Idenya itu yang paling unik dan bagus.
Wimar: Kalau saya membaca di brosur Anda, ASHOKA banyak juga bergerak di daerah-daerah. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi di sana?
Fred: Saya kira mereka tidak akan menunggu sesuatu tapi melihat keadaan. Kemungkinan-kemungkinannya berbeda. Kendalanya juga berbeda. Jadi mereka sama sekali tidak menunggu sesuatu dari luar. Dari mereka sendiri tumbuh ide, "Oh, keadaannya begini. Ini yang bisa saya lakukan."
Wimar: Bagaimana Anda memilih orang yang akan dibina itu?
Fred: Saya kira kita memang memilah-milah orang terutama berdasarkan penilaian,
1. Apakah idenya itu baru?
2. Apakah orang yang melakukan itu, menurut penilaian kami, mempunyai kemampuan?
3. Bagaimana dampaknya ide tersebut? Kalau dampaknya kecil maka kita tidak tertarik.
Wimar: Kalau Bob Sadino 50 tahun lalu yaitu saat masih remaja, apakah bisa menjadi pilihan ASHOKA? Apakah syarat-syarat yang ada pada diri Bob itu yang dicari ASHOKA?
Fred: Mungkin sifat-sifatnya iya, tapi bidangnya mungkin tidak. Bob tentu ingin berhasil secara komersial, sedangkan yang kita nilai adalah bagaimana dampaknya pada kehidupan sosial.
Alfi (penelpon dari Bekasi): Saya sangat tertarik dengan Yayasan ASHOKA Indonesia. Bagaimana mekanisme kontrol terhadap orang yang didukung sebagai entrepreneur di ASHOKA?
Wimar: Jadi pertanyaannya bagaimana niat baik orang tersebut bisa dikontrol?
Fred: Pertama, kita memiliki jaringan yang cukup banyak sehingga dapat memberi informasi ke kita. Kedua, kita tentu memonitor bagaimana perkembangan selanjutnya dari orang yang didukung. Sesungguhnya ASHOKA sendiri tidak mau banyak mengontrol. Kalau entrepreneur mau berkembang jangan terlalu banyak dikontrol, jadi kita hanya memonitor saja.
Dampak Perubahan Pemerintah
Wimar: Kita telah mengalami perubahan drastis pemerintahan sejak 1998 hingga sekarang. Jika dibandingkan dengan situasi sebelumnya, apakah ada perbedaan perubahan tersebut untuk masing-masing bidang entrepreneur?
Fred: Sangat berbeda. Dulu kita untuk mendirikan ASHOKA harus mengumpet-umpet. Sekarang sangat leluasa.
Bob: Iya ada perbedaan. Tapi Saya dari dulu tidak tertarik dengan pemerintah. Saya hanya ingin kami jangan terlalu banyak diatur-atur karena yang tahu mengenai usaha saya adalah saya.
Hadrijanto: Kalau kita melihat lebih baik sekarang karena peraturan pendukungnya jauh lebih baik dan sikap dari teman-teman daerah juga sudah lebih terbuka.SUMBER:BANDUNG YOUNG ENTREPRENEUR
Surya Paloh, Seperti Diceritakan Hampir 20 Tahun Lalu
Surya Paloh, 40 tahun, lahir di Tanah Rencong, di daerah yang tak pernah dijajah Belanda. Ia besar di kota Pematang Siantar, Sumut, di daerah yang memunculkan tokoh-tokoh besar semacam TB Simatupang, Adam Malik, Parada Harahap, A.M. Sipahutar, Harun Nasution. Ia menjadi pengusaha di kota Medan, daerah yang membesarkan tokoh PNI dan tokoh bisnis TD Pardede. Aktifitas politiknya yang menyebabkan Surya Paloh pindah ke Jakarta, menjadi anggota MPR dua periode. Justru di kota metropolitan ini, kemudian Surya Paloh terkenal sebagai seorang pengusaha muda Indonesia.
Surya Paloh mengenal dunia bisnis tatkala ia masih Remaja. Sambil Sekolah ia berdagang teh, ikan asin, karung goni, dll. Ia membelinya dari dua orang ‘toke’ sahabat yang sekaligus gurunya dalam dunia usaha, lalu dijual ke beberapa kedai kecil atau ke perkebunan (PTP-PTP). Di Medan, Surya Paloh mendirikan perusahaan karoseri sekaligus menjadi agen penjualan mobil.
Sembari berdagang, Surya Paloh juga menekuni kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Sosial Politik, Universitas Islam Sumater Utara, Medan. Di kota yang terkenal keras dan semrawut ini, keinginan berorganisasi yang sudah berkembang sejak dari kota Pematang Siantar, semakin tumbuh subur dalam dirinya. Situasi pada saat itu, memang mengarahkan mereka aktif dalam organisasi massa yang sama-sama menentang kebijakan salah dari pemerintahan orde lama. Surya Paloh menjadi salah seorang pimpinan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI)
Setelah KAPPI bubar, ia menjadi Koordinator Pemuda dan Pelajar pada Sekber Golkar. Beberapa tahun kemudian, Surya Paloh mendirikan Organisasi Putra-Putri ABRI (PP-ABRI), lalu ia menjadi Pimpinan PT-ABRI Sumut. Bahkan organisasi ini, pada tahun 1978, didirikannya bersama anak ABRI yang lain, di tingkat pusat Jakarta, dikenal dengan nama Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI).
Kesadarannya bahwa dalam kegiatan politik harus ada uang sebagai biaya hidup dan biaya perjuangan, menyebabkan ia harus bekerja keras mencari uang, dengan mendirikan perusahaan atau menjual berbagai jenis jasa. Ia mendirikan perusahaan jasa boga, yang belakangan dikenal
sebagai perusahaan catering terbesar di Indonesia. Keberhasilannya sebagai pengusaha jasa boga, menyebabkan ia lebih giat belajar menambah ilmu dan pengalaman, sekaligus meningkatkan aktifitasnya di organisasi.
Menyusuri kesuksesan itu, ia melihat peluang di bidang usaha penerbitan pers. Surya Paloh mendirikan Surat Kabar Harian Prioritas. Koran yang dicetak berwarna ini, laku keras. Akrab dengan pembacanya yang begitu luas sampai ke daerah-daerah. Sayang, surat kabar harian itu tidak berumur panjang, keburu di cabut SIUPP-nya oleh pemerintah. Isinya dianggap kurang sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik Indonesia.
Kendati bidang usaha penerbitan pers mempunyai risiko tinggi, bagi Surya Paloh, bidang itu tetap merupakan lahan bisnis yang menarik. Ia memohon SIUPP baru, namun, setelah dua tahun tak juga keluar. Minatnya di bisnis pers tak bisa dihalangi, ia pun kerjasama dengan Achmad Taufik Menghidupkan kembali Majalah Vista. Pada tahun 1989, Surya Paloh bekerja sama dengan Drs. T. Yously Syah mengelola koran Media Indonesia. Atas persetujuan Yously sebagai pemilik dan Pemrednya, Surya Paloh memboyong Media Indonesia ke Gedung Prioritas. Penyajian dan bentuk logo surat kabar ini dibuat seperti Almarhum Prioritas.
Kemajuan koran ini, menyebabkan Surya Paloh makin bersemangat untuk melakukan ekspansi ke berbagai media di daerah. Disamping Media Indonesia dan Vista yang terbit di Jakarta, Surya Paloh bekerjasama menerbitkan sepuluh penerbitan di daerah.
Pada umurnya yang masih muda, 33 tahun, Surya Paloh berani mempercayakan bisnis cateringnya pada manajer yang memang disiapkannya. Pasar catering sudah dikuasainya, dan ia menjadi the best di bisnis itu. Lalu, ia mencari tantangan baru, masuk ke bisnis pers. Padahal, bisnis pers adalah dunia yang tidak diketahuinya sebelum itu. Kewartawanan juga bukan profesinya, tetapi ia berani memasuki dunia ini, memasuki pasar yang kelihatannya sudah jenuh. Ia bersaing dengan Penerbit Gramedia Group yang dipimpin oleh Yakob Utama, wartawan senior. Ia berhadapan dengan Kartini Grup yang sudah puluhan tahun memasuki bisnis penerbitan. Ia tidak segan pada Pos Kota Group yang diotaki Harmoko, mantan Menpen RI.
Bahkan, ia tidak takut pada Grafisi Group yang di-back up oleh pengusaha terkenal Ir. Ciputra, bos Jaya Group. Kendati kondisi pasar pers begitu ramai dengan persaingan. Surya Paloh sedikit pun tak bergeming. Bahkan ia berani mempertaruhkan modal dalam jumlah relatif besar, dengan melakukan terobosan-terobosan baru yang tak biasa dilakukan oleh pengusaha terdahulu. Dengan mencetak berwarna misalnya. Ia berani menghadapi risiko rugi atau bangkrut. Ia sangat kreatif dan inovatif. Dan, ia berhasil.
Surya Paloh menghadirkan koran Proritas di pentas pers nasional dengan beberapa keunggulan. Pertama, halaman pertama dan halaman terakhir di cetak berwarna. Kedua, pengungkapan informasi kelihatan menarik dan berani. Ketika, foto yang disajikan dikerjakan dengan serius. Faktor-faktor itulah yang menyebabkan koran ini dalam waktu singkat, berhasil mencapai sirkulasi lebih 100 ribu eksemplar. Tidak sampai setahun, break event point-nya sudah tercapai.
Ancaman yang selalu menghantui Prioritas justru bukan karena kebangkrutan, tetapi pencabutan SIUPP oleh pemerintah. Terbukti kemudian, ancaman itu datang juga. Koran Prioritasnya mati dalam usia yang terlalu muda. Pemberitaannya dianggap kasar dan telanjang. Inilah risiko terberat yang pernah dialami Surya Paloh. Ia tidak hanya kehilangan sumber uang, tetapi ia juga harus memikirkan pembayaran utang investasi.
Dalam suasana yang sangat sulit itu, ia tidak putus asa. Ia berusaha membayar gaji semua karyawan Prioritas, sambil menyusun permohonan SIUPP baru dari pemerintah. Namun permohonan itu tidak dikabulkan pemerintah. Beberapa wartawan yang masih sabar, tidak mau pindah ke tempat lain, dikirim Surya Paloh ke berbagai lembaga manajemen untuk belajar.
Pers memang memiliki kekuatan, di negara barat, ia dikenal sebagai lembaga keempat setelah legislatif, yudikatif dan eksekutif. Apalagi kebesaran tokoh-tokoh dari berbagai disiplin ilmu atau tokoh-tokoh dalam masyarakat, sering karena peranan pers yang mempublikasikan mereka. Bagaimana seorang tokoh diakui oleh kalangan masyarakat secara luas, kalau ia di boikot oleh pers. Dengan demikian, bisnis pers memang prestisius, memberi kebanggaan, memberi kekuatan dan kekuasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar