Entrepreneurial Leadership, Andalan Sukses di Era Perubahan
Ketika perubahan terjadi semakin cepat dan persaingan semakin dahsyat seperti saat ini, kepemimpinan yang bersifat entrepreneurial, tidak sekadar managerial, sangat dibutuhkan.
Kepemimpinan entrepreneurial mempunyai ciri-ciri:
Tidak menunggu atau menyerahkan nasib kepada orang lain, melainkan mengambil inisiatif dan menganggap dirinya memiliki peran kunci dalam organisasi. Dia membangkitkan energi timnya.
Menunjukkan kreativitas yang entrepreneurial, selalu mencari peluang-peluang baru dan merealisasikannya.
Berani mengambil risiko, mencoba hal-hal baru, memberikan arahan strategis, dan menginspirasi timnya.
Bertanggung jawab atas kegagalan dari timnya, belajar dari kegagalan tersebut, dan menggunakannya untuk mencapai tujuan organisasi yang menguntungkan semua pemangku kepentingan.
Di era perubahan yang cepat, para manajer dituntut untuk lebih entrepreneurial. Kepemimpinan adalah kekuatan utama yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan yang berhasil. Pemimpin harus memberdayakan pegawainya untuk merealisasikan visi. Mereka menjalankan misinya dengan menginspirasi dan membangun kemampuan melalui berbagai sinergi dengan mitra usaha.
Kita sering kali melihat perusahaan yang dibangun dengan semangat entrepreneurial, ketika menjadi besar malah menjadi birokratis dan lamban, sehingga pada titik tertentu kehilangan daya saingnya dan terpuruk.
Karenanya, menjadi menarik untuk mempelajari bagaimana Chairul Tanjung berhasil membangun kerajaan bisnisnya selama 30 tahun dari bisnis informal sampai menjadi bisnis besar dan melaju menjadi grup bisnis yang beragam; keuangan, media, retail, life style, hiburan, serta bisnis berbasis sumber daya alam. Kerajaan bisnisnya kini telah memperkerjakan lebih dari 60.000 pegawai.
Perjalanan Bisnis CT
Kiprah Chairul Tanjung (CT) sebagai pengusaha dimulai pada tahun 1981, ketika dia masih menjadi mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia. Lahir dari keluarga yang tidak berada memaksa CT untuk membiayai kuliahnya dengan berdagang di kampus—mulai dari menyediakan jasa foto copy, mensuplai perlengkapan kedokteran gigi, sampai melakoni usaha jual beli mobil bekas.
Tahun 1987—1996, CT memasuki bidang manufacturing sandal/sepatu dan atap baja. Pada periode ini pula, dia mulai mendirikan Para Multi Finance. Dengan pegawai mencapai 500 orang, kini CT mulai merekrut pemimpin-pemimpin berpengalaman untuk duduk di manajemen puncak. Bila sebelumnya CT mengerjakan langsung berbagai pekerjaan, kini perannya lebih kepada memberikan arahan bagi para manajemen puncak tersebut.
Sejak 1996, perusahaannya tumbuh menjadi perusahaan besar. Merasa sulit bersaing dengan China di bidang manufacturing, CT mengalihkan fokusnya pada jasa keuangan, yakni melalui Bank Mega dan Para Multifinance. Ketika banyak perusahaan mengalami kesulitan di masa krisis keuangan tahun 1998, Bank Mega dan Para Multifinance yang telah menerapkan tata kelola yang baik pada waktu itu, justru melebarkan sayapnya. Dengan pegawai mendekati 5000 orang pada akhir tahun 2000, peran CT menjadi lebih banyak dalam hal coaching, delegating, dan membangun tata kelola perusahaan. Proses membangun kepemimpinan dari dalam pun dia lakukan.
Pada tahun 2000 sampai sekarang adalah periode di mana CT Group telah tumbuh menjadi konglomerasi bisnis dengan fokus konsumer. TransTV, Trans|7, Metro Department Store, Carrefour, dan CT Agro adalah bisnis-bisnis besar yang berhasil dia bangun dan akuisisi dalam periode ini. Dengan jumlah pegawai lebih dari 60.000 orang, kini peran CT lebih pada membangun visi, nilai-nilai, dan tata kelola perusahaan. Ia tidak lagi terlibat dalam hal operasional perusahaan.
Pelajaran yang Bisa Dipetik
Ketika banyak perusahaan besar dan pemimpinnya menjadi birokratis dan lamban, CT Group tidak demikian. CT berhasil melakukan transformasi gaya dan pendekatan kemimpinan—mulai dari mengerjakan sendiri, lalu memberikan pengarahan, kemudian melakukan coaching, delegating, dan membangun tata kelola perusahaan. Setelah mencapai posisi puncak, kini fokusnya ada pada visi, nilai-nilai, dan governance. CT juga berhasil merekrut dan menarik pemimpin-pemimpin terbaik di berbagai bidang untuk bergabung dengan perusahaannya. Mereka juga mengembangkan kepemimpinan dari dalam.
Kepemimpinan entrepreneurial sangat menonjol dan terlihat dari peralihan fokus bisnis CT yang sejalan dengan peluang-peluang yang dilihatnya. Dimulai dari sekadar berdagang, lalu merambah bidang manufacturing, layanan keuangan, hingga kini fokus di bidang konsumer. CT sunguh jeli melihat peluang dan piawai dalam merealisasikan peluang tersebut. Perjalanan bisnisnya menggambarkan kegigihan dan keuletannya sebagai pengusaha.
Hal-hal menarik yang terungkap dari diskusi dengan CT di antaranya adalah sikapnya yang sangat positif dalam menghadapi kegagalan. Baginya, kegagalan adalah teman yang menemaninya dan menghantarnya pada keberhasilan.
CT juga selalu menekankan pentingnya inovasi. Ia selalu ingin membuat bisnis yang belum terpikirkan oleh orang lain, sehingga tidak menjadi korban perang harga. Dia pun sangat optimis dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia 10 tahun ke depan. Baginya, peluang bisnis di Indonesia sangat besar dan tumbuh cepat. Karena itu pula, untuk sementara ini CT memilih untuk fokus pada pasar dalam negeri selagi booming.
CT juga menekankan pentingnya berbisnis dengan integritas dan pemikiran jangka panjang. Dengan demikian, kredibilitas akan terbangun dan mitra bisnis pun percaya kepadanya. Bisnisnya tidak ada yang berhubungan dengan pemerintah. Dia memang tak ingin menggantungkan bisnisnya kepada pemerintah.
Kepemimpinan entrepreneurial adalah proses, bukan posisi. Pemimpin yang entrepreneurial mengambil tanggung jawab untuk membantu organisasi menciptakan kondisi di mana perusahaan tidak dikontrol, melainkan menentukan sikapnya sendiri dan merespons situasi secara kreatif. Kepemimpinan seperti ini membuat organisasi menjadi lebih produktif dan mampu memunculkan potensi-potensi kreatif organisasi.SUMBER: BETTI ALISJAHBANA
Ketika perubahan terjadi semakin cepat dan persaingan semakin dahsyat seperti saat ini, kepemimpinan yang bersifat entrepreneurial, tidak sekadar managerial, sangat dibutuhkan.
Kepemimpinan entrepreneurial mempunyai ciri-ciri:
Tidak menunggu atau menyerahkan nasib kepada orang lain, melainkan mengambil inisiatif dan menganggap dirinya memiliki peran kunci dalam organisasi. Dia membangkitkan energi timnya.
Menunjukkan kreativitas yang entrepreneurial, selalu mencari peluang-peluang baru dan merealisasikannya.
Berani mengambil risiko, mencoba hal-hal baru, memberikan arahan strategis, dan menginspirasi timnya.
Bertanggung jawab atas kegagalan dari timnya, belajar dari kegagalan tersebut, dan menggunakannya untuk mencapai tujuan organisasi yang menguntungkan semua pemangku kepentingan.
Di era perubahan yang cepat, para manajer dituntut untuk lebih entrepreneurial. Kepemimpinan adalah kekuatan utama yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan yang berhasil. Pemimpin harus memberdayakan pegawainya untuk merealisasikan visi. Mereka menjalankan misinya dengan menginspirasi dan membangun kemampuan melalui berbagai sinergi dengan mitra usaha.
Kita sering kali melihat perusahaan yang dibangun dengan semangat entrepreneurial, ketika menjadi besar malah menjadi birokratis dan lamban, sehingga pada titik tertentu kehilangan daya saingnya dan terpuruk.
Karenanya, menjadi menarik untuk mempelajari bagaimana Chairul Tanjung berhasil membangun kerajaan bisnisnya selama 30 tahun dari bisnis informal sampai menjadi bisnis besar dan melaju menjadi grup bisnis yang beragam; keuangan, media, retail, life style, hiburan, serta bisnis berbasis sumber daya alam. Kerajaan bisnisnya kini telah memperkerjakan lebih dari 60.000 pegawai.
Perjalanan Bisnis CT
Kiprah Chairul Tanjung (CT) sebagai pengusaha dimulai pada tahun 1981, ketika dia masih menjadi mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia. Lahir dari keluarga yang tidak berada memaksa CT untuk membiayai kuliahnya dengan berdagang di kampus—mulai dari menyediakan jasa foto copy, mensuplai perlengkapan kedokteran gigi, sampai melakoni usaha jual beli mobil bekas.
Tahun 1987—1996, CT memasuki bidang manufacturing sandal/sepatu dan atap baja. Pada periode ini pula, dia mulai mendirikan Para Multi Finance. Dengan pegawai mencapai 500 orang, kini CT mulai merekrut pemimpin-pemimpin berpengalaman untuk duduk di manajemen puncak. Bila sebelumnya CT mengerjakan langsung berbagai pekerjaan, kini perannya lebih kepada memberikan arahan bagi para manajemen puncak tersebut.
Sejak 1996, perusahaannya tumbuh menjadi perusahaan besar. Merasa sulit bersaing dengan China di bidang manufacturing, CT mengalihkan fokusnya pada jasa keuangan, yakni melalui Bank Mega dan Para Multifinance. Ketika banyak perusahaan mengalami kesulitan di masa krisis keuangan tahun 1998, Bank Mega dan Para Multifinance yang telah menerapkan tata kelola yang baik pada waktu itu, justru melebarkan sayapnya. Dengan pegawai mendekati 5000 orang pada akhir tahun 2000, peran CT menjadi lebih banyak dalam hal coaching, delegating, dan membangun tata kelola perusahaan. Proses membangun kepemimpinan dari dalam pun dia lakukan.
Pada tahun 2000 sampai sekarang adalah periode di mana CT Group telah tumbuh menjadi konglomerasi bisnis dengan fokus konsumer. TransTV, Trans|7, Metro Department Store, Carrefour, dan CT Agro adalah bisnis-bisnis besar yang berhasil dia bangun dan akuisisi dalam periode ini. Dengan jumlah pegawai lebih dari 60.000 orang, kini peran CT lebih pada membangun visi, nilai-nilai, dan tata kelola perusahaan. Ia tidak lagi terlibat dalam hal operasional perusahaan.
Pelajaran yang Bisa Dipetik
Ketika banyak perusahaan besar dan pemimpinnya menjadi birokratis dan lamban, CT Group tidak demikian. CT berhasil melakukan transformasi gaya dan pendekatan kemimpinan—mulai dari mengerjakan sendiri, lalu memberikan pengarahan, kemudian melakukan coaching, delegating, dan membangun tata kelola perusahaan. Setelah mencapai posisi puncak, kini fokusnya ada pada visi, nilai-nilai, dan governance. CT juga berhasil merekrut dan menarik pemimpin-pemimpin terbaik di berbagai bidang untuk bergabung dengan perusahaannya. Mereka juga mengembangkan kepemimpinan dari dalam.
Kepemimpinan entrepreneurial sangat menonjol dan terlihat dari peralihan fokus bisnis CT yang sejalan dengan peluang-peluang yang dilihatnya. Dimulai dari sekadar berdagang, lalu merambah bidang manufacturing, layanan keuangan, hingga kini fokus di bidang konsumer. CT sunguh jeli melihat peluang dan piawai dalam merealisasikan peluang tersebut. Perjalanan bisnisnya menggambarkan kegigihan dan keuletannya sebagai pengusaha.
Hal-hal menarik yang terungkap dari diskusi dengan CT di antaranya adalah sikapnya yang sangat positif dalam menghadapi kegagalan. Baginya, kegagalan adalah teman yang menemaninya dan menghantarnya pada keberhasilan.
CT juga selalu menekankan pentingnya inovasi. Ia selalu ingin membuat bisnis yang belum terpikirkan oleh orang lain, sehingga tidak menjadi korban perang harga. Dia pun sangat optimis dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia 10 tahun ke depan. Baginya, peluang bisnis di Indonesia sangat besar dan tumbuh cepat. Karena itu pula, untuk sementara ini CT memilih untuk fokus pada pasar dalam negeri selagi booming.
CT juga menekankan pentingnya berbisnis dengan integritas dan pemikiran jangka panjang. Dengan demikian, kredibilitas akan terbangun dan mitra bisnis pun percaya kepadanya. Bisnisnya tidak ada yang berhubungan dengan pemerintah. Dia memang tak ingin menggantungkan bisnisnya kepada pemerintah.
Kepemimpinan entrepreneurial adalah proses, bukan posisi. Pemimpin yang entrepreneurial mengambil tanggung jawab untuk membantu organisasi menciptakan kondisi di mana perusahaan tidak dikontrol, melainkan menentukan sikapnya sendiri dan merespons situasi secara kreatif. Kepemimpinan seperti ini membuat organisasi menjadi lebih produktif dan mampu memunculkan potensi-potensi kreatif organisasi.SUMBER: BETTI ALISJAHBANA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar