03 Agustus 2011
Teladan Bisnis Rasulullah
Hampir tak terasa sudah lebih dari satu minggu orang-orang memperingati Maulid Nabi besar Muhammad saw. Peristiwa bersejarah itu sudah berlalu seakan tidak ada hubungan sama sekali dengan perekonomian dan kinerja pembangunan kita.
Karena memang, menurut sebahagian orang, apa kaitan antara Rasul dengan ekonomi, bisnis, atau manajemen? Lebih dari itu ada yang beranggapan bahwa ajaran nabi Muhammad saw adalah sebagai faktor penghambat pembangunan ekonomi dan aktivitas bisnis modern.
Tulisan ini mencoba mengemukakan bahwa Rasulullah saw telah memberikan contoh pola bisnis yang luhur. Beliau mencontohkan bahwa kepercayaan (trust) adalah modal yang paling berharga dalam usaha. Bisnis harus dijalankan dengan value driven yang bermanfaat untuk semua stake holders, dan harus gesit dalam melakukan positioning di pasar global. Ia bukan jago kandang seraya meminta proteksi cukai dan tax holiday. Dalam tataran individu Rasul juga menganjurkan untuk menjadi wiraswastawan tangguh dan manajer tepercaya.
Karier bisnis
Mengkaji pribadi Muhammad saw, kita akan mendapatkan jiwa entrepreneurship beliau sudah dipupuk sejak usia 12 tahun tatkala pamannya Abu Thalib mengajak melakukan perjalanan bisnis ke Syam, negeri meliputi: Syria, Jordan, dan Lebanon saat ini. Demikian juga sebagai seorang yatim piatu yang tumbuh besar bersama pamannya, beliau telah ditempa untuk tumbuh sebagai seorang wirausahawan yang mendiri. Maka ketika pamannya tidak bisa lagi terjun langsung menangani usaha, pada usia 17 tahun Muhammad saw telah diserahi wewenang penuh untuk mengurusi seluruh bisnis pamannya. Dari usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Rasul karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain pemain senior dalam perdagangan regional.
Usia 20 hingga 25 tahun merupakan titik keemasan entrepreneurship Muhammad saw terbukti dengan terpincutnya hati perempuan konglomerat Makkah Khadijah Binti Khuwalaid yang meminangnya untuk menjadi suami. Setelah mendapatkan back-up financial yang lebih mapan dari sang istri, sepak terjang bisnis Muhammad saw semakin meroket saja.
Afzalurrahman dalam bukunya Muhammad as A trader mencatat bahwa Nabi Muhammad sering terlibat dalam perjalanan bisnis ke berbagai negeri seperti Yaman, Oman, dan Bahrain. Beliau mulai mengurangi kegiatan bisnisnya ketika mencapai usia 37 tahun. Dari Usia ini ke 40 tahun beliau lebih banyak terlibat dalam perenungan perbaikan masalah sosial masyarakat sekitarnya yang jahiliyah.
Keterampilan bisnis mempengaruhi hukum bisnis
Untuk keakuratan dalam mengamati perjalanan bisnis dan dakwah Rasulullah ada baiknya kita perhatikan table diatas. Dari sederhana ini ada dua hal yang patut kita cermati. Pertama, waktu atau umur yang dihabiskan Rasulullah saw untuk bisnis ternyata lebih panjang dari umur kenabiannya atau 25 tahun berbanding 23 tahun. Kedua, Umur bisnis ditambah "masa kepedulian sosial" yang jumlahnya sekitar 28 tahun membentuk suatu business skill yang sangat penting bagi proses pengambilan hukum hukum perdata dan komersial kelak kemudian ketika telah menjadi Rasul.
Pasar global
Untuk lebih detailnya mencermati visi dan strategi bisnis Rasulullah ada baiknya kita kaji dengan seksama pasar pasar regional yang sering kali dikunjungi Rasul dari bulan ke bulan dalam siklus pameran dagang regional dan global saat itu.
Dari sirah tampak jelas bahwa Muhammad saw adalah pemain bisnis yang tangguh yang senantiasa alert dengan pasar pasar regional yang harus dikunjungi. Beliau menjemput bola, memperluas jaringan, mencari produk terkini dan mencari mitra strategis diberbagai kawasan dagang dan industri.
Value driven business
Sebagai seorang calon rasul, Muhammad saw telah menunjukkan keluhuran akhlak sejak usia belia, dan ini ia terapkan dalam dunia bisnis. Oleh karena itu, ia terkenal dengan julukan al-Amin atau Mr Clean. Setelah menjadi rasul, Muhammad saw dianugerahi sifat sifat yang mulia yang sangat kita butuhkan dalam dunia bisnis dan ekonomi. Terapan dari sifat sifat tersebut dapat kita rangkum sebagai berikut:
Dari business skills ke business laws
Mungkin ada sebagian yang berpendapat bahwa pengalaman dan teladan bisnis Muhammad sebagian besar terjadi dan dilakukan jauh sebelum beliau diangkat menjadi Rasul. Oleh karena itu teladan teladan bisnisnya belum menjadi sunnah bagi kita. Pendapat ini akan kehilangan pijakannya seadainya kita menelaah hukum dan sabda sabda Rasul yang berkaitan dengan bisnis dan ekonomi. Sangat jelas sekali bahwa kejelasan Rasul dalam memutuskan masalah bisnis dan ekonomi sangat banyak dipengaruhi oleh kepiawaian dan intuisi bisnis masa mudanya. Tak ubahnya kalau kita membandingkan antara seorang bupati yang pernah menjadi panglima teritorial militer dan bupati yang berlatar belakang guru SLTA semata. Maka mantan panglima teritorial akan mengetahui daerah territorial dan bentuk bentuk kriminal daerah lebih tajam dari seorang pengajar sebuah SLTA. Oleh karena itu business laws rasul yang sifatnya ijtihadi sangat banyak dipengaruhi oleh pengalaman bisnis masa mudanya.
Sebagai penutup, semoga saja kita bangsa Indonesia yang kini sedang terpuruk dalam semua sisi dapat menjadikan momentum maulid tidak terbatas kepada ritual dan seremonial semata. Tetapi lebih dari itu mampu menginternalisasikan nilai nilai luhur profetik ke dalam kejujuran bisnis dan demokratisasi pembangunan ekonomi. Amien.SUMBER:ENTREPRENEURSHIP
“Sesungguhnya Allah SWT sangat senang dengan seorang hamba jika melakukan suatu tugas dilakukannya secara itqan”. (HR ,,,,,) Dalam terminologi Islam, Itqanberarti doing the job at the best possible quality, melakukan suatu tugas dengan kualitas terbaik.
Rasulullah Saw adalah teladan terbaik dalam pengembangan diri, teladan terbaik dalam bisnis dan entrepreneurship, teladan terbaik dalam membina keluarga sakinah, teladan terbaik dalam berdakwah, teladan terbaik dalam mengatur urusan sosial dan politik, teladan terbaik dalam mendidik, teladan terbaik dalam membangun pranata hukum, teladan terbaik dalam strategi pertahanan dan militer. (Muhammad Syafii Antonio, Muhammad the Super Leader Super Manager)
Sejak lima belas abad yang lalu, Rasulullah Saw telah mencanangkan pentingnya kualitas dalam berkarya dan melayani. Karena bisnis adalah proses menjual karya, produk dan jasa. Maka kualitas karya kita akan sangat menentukan maju mundurnya bisnis kita.
Lebih dari itu, kualitas karya kita akan dinilai oleh banyak pihak dengan konsekwensi yang banyak pula. Pihak pertama yang akan menilai karya kita adalah Allah Swt, pihak berikutnya adalah nasabah dan mitra bisnis, lalu vendor, dunia perbankan, pasar modal, asuransi dan lembaga pembiayaan, lembaga lembaga pemerintah, calon importir luar negeri, lembaga rating, mitra industri, dan tentunya hati sanubari kita sendiri yang tidak bisa dibohongi.
Rasulullah Saw bersabda
“innallah yuhibbu an yaro abdan idza amila amalan an yutqinahu, sesungguhnya Allah SWT sangat senang dengan seorang hamba jika melakukan sesuatu dilakukannya secara itqan”.
Dalam terminologi Islam, Itqan berarti doing at the best possible quality. Bekerja secara itqan artinya mencurahkan fikiran terbaik, fokus terbaik, koordinasi terbaik, semangat terbaik dengan bahan baku terbaik. Sehingga insya Allah hasilnya pun terbaik juga. Itqan juga memiliki makna professionalisme dan spesialisasi. Seorang dikatakan mutqin jika ia mahir, piawai dan tiada keragunan dengan bidang yang digelutinya.
Para pelaku bisnis dituntut untuk menemukan ide-ide baru dalam mempertahankan eksistensinya. Ide-ide tersebut mestilah berorientasi kepada keinginan serta kepuasan konsumen. Karena merekalah yang menilai dan melakukan keputusan pembelian. Keputusan mereka untuk membeli sesuatu kepada pihak tertentu, sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan yang diberikan dan kualitas produk yang ditawarkan.
“an masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya.”
(QS. al-An’am: 132)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar