18 Januari 2010
14 Januari 2010
Geograf Masa Kini
Peranan geograf dalam dunia pekerjaan (pemerintah,swasta,ngo,lsm) seringkali harus mengerti dan menguasai dibanyak bidang. Bahkan bidang yang ngak kita geluti harus kita kuasai. Pokoknya komplet dah kalau ngak begitu kita ngak bisa survival. Contoh nih. Kita kerja di bidang pemetaan jelaslah kita harus kuasai mapping prosedur (software & hardware) exp software : arcview, arcgis, mapinfo, global mapper, envi, ermapper dll. Exp hadware perpetaan : gps, kompas, theodolite, total station, waterpass, abney level, klinometer, dll. Selain sofware dan hadware diatas kita juga harus bisa menguasai atau minimal mengerti software-software non perpetaan khususnya dibidang multimedia seperti bahasa pemograman komputer, website design, olah gambar dan photo, serta olah audio video. Lho kok banyak banget yang dikuasi, ya iya lah.. karena tuntutan jaman sekarang emang begitu. Lha terus gimana cara mempelajarinya, simpel aja belajarlah satu-satu perlahan-lahan, yang penting dinikmati lama-lama nanti bisa kok dan jangan mudah menyerah. Caranya macam-macam bisa lewat kursus, otodidak atau learning by doing. Oh ya kalau ada orang yang menawari sesuatu pekerjaan yang baru buat kita tetapi kita belum pernah melalukannya, jangan langsung ditolak terima aja, kita cari orang yang ahli dibidang tersebut sambil kita belajar darinya, sehingga duit dapat, ilmu baru juga dapat. Eit tapi ingat juga kita jangan selalu senang jadi kuli aja ya, maksudnya jadi anak buah terus, kita juga harus punya mimpi untuk jadi atasan atau pimpinan.
Itulah seorang geograf, sesuai dengan mottonya ”Spesialis kita adalah generalis” dan sesuai dengan gelarnya juga yaitu S.Si (sitik-sitik iso) he…he..
11 Januari 2010
Definisi Geografi
Definisi Geografi
Dari Belajar Geografi
Berikut merupakan kumpulan Definisi Geografi yang dimuat dari berbagai sumber
Bahasa Indonesia
- Berdasar Kosa Kata
- geo berarti bumi dan graphein berarti lukisan, Geografi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari lukisan tentang bumi.
- Drs. R. Bintarto (dosen Fak. Geografi UGM, dalam buku Penuntun Geografi Sosial)
- Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang menceritakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk serta memperlajari corak khas mengenai kehidupan dan mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu.
- I Made Sandy
- Geografi adalah ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi.
- Drs. N. Daldjoeni (berdasar buku Pengantar Geografi)
- Geografi yaitu uraian tentang bumi dengan segenap isinya yakni manusia ditambah dengan dunia hewan dan dunia tumbuh-tumbuhan.
- Hasil Pertemuan Ilmiah Tahunan Ahli Geografi, Semarang 1988
- Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan gejala geografi dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.
- Ferdinand Von Richthoven (1833)
- Ilmu Bumi ialah ilmu yang mempelajari gejala-gejala dan sifat permukaan bumi, serta penduduknya disusun menurut letaknya dan terdapat berbarengan dan timbal balik dari sifat-sifat serta gejala-gejala tersebut.
- James dan Martin Herodotus
- Geografi menggambarkan latar belakang ilmiah, semacam panggung tempat berlangsungnya peristiwa-peristiwa sejarah sehingga memperoleh makna.
- Carl Ritter
- Semua gejala dan bentuk - bentuk alam dengan umat manusia mengorganisasikannya dalam suatu kerangka dasar asosiasi geografi yang khas tentang tanah dan manusia pada permukaan bumi.
- M. Yeatess
- Suatu Ilmu yang memperhatikan perkembangan rasional dari berbagai sifat (beraneka musim) dipermukaan bumi.
- P Hugget, R. Hartshorne
- Geografi berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan dan rasional tentang sifat variabel di permukaan bumi.
- Paul Clauval
- Geografi adalah selalu ingin menjelaskan gejala-gejala dari segi hubungan keruangan.
Bahasa Inggris (in English)
- John F. Kelars & John D. Nystven
- Geography as the study of man-environment system from the view point of spatial relationship and spatial processes.
- Tom L. McKnight
- Geography is a board and integerating disclipine that bring together important aspect of both physical and social sciences as well as on the humanities.
- Robert A. Harper
- The study geography in term of location and spaces on the earth and they have made much use of quantitative methods and computer.
- Jan O. M. Broek
- Geography is knowledge of land and people and their interrelations.
- Vidal de la Blanche
- Geography in the science of places, concerned with qualities and potentialities of countries.
- Frank Dabenham
- Geography is for everyone and that is full of interest at every stage and that it is practical subject.
- Broekand Webb
- Geography is organized knowledge of the earth as the world of man it deals with organics and the organics phenomena. Not for their own sake as they help understand the earth as the plain where people live, work meet and migle transformine its surface in this habitat.
- James Fairgrive
- The function of geography is to train future to imagine accurately the condition of the great world stage and so to help them to think sanely about political and social problem in the world arround.
Stratovolcano
Stratovolcano
Stratovolcano ialah pegunungan (gunung berapi) yang tinggi dan mengerucut yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Bentuk gunung berapi itu secara khas curam tampaknya karena aliran lava yang membentuk gunung berapi itu amat kental, dan begitu dingin serta mengeras sebelum menyebar jauh. Lava seperti itu dikelompokkan asam karena tingginya konsentrasi silikat. Di ujung lain spektrum itu ialah gunung berapi pelindung (seperti Mauna Loa di Hawaii), yang terbentuk dari lava yang kurang kental, memberinya dasar kuat dan dengan hati-hati raut yang melandai. Banyak stratovolcano yang melampaui ketinggian 2500 m. Sering tercipta oleh subduksi lempeng tektonik.
Meski stratovolcano terkadang disebut gunung berapi gabungan, para ahli gunung berapi lebih memilih menggunakan istilah stratovolcano untuk membedakannya dari gunung berapi karena semua gunung berapi dari bentuk apapun memiliki struktur gabungan (berlapis) — yakni terbentuk dari penumpahan berangkai material eruptif.
Contoh
Gunung Galunggung, Tasikmalaya
|
|
Sejauh mata memandang nampak sebuah gunung yang seolah sengaja menutupi keindahan dirinya dengan tebalnya sang awan. Gunung itu bernama Galunggung. Gunung Galunggung termasuk gunungapi dengan ketinggian 2.167 mdpl, terletak 20 km barat daya kota Tasikmalaya. Dikatakan gunungapi karena karakter kegiatan G. Galunggung berupa erupsi leleran sampai dengan letusan yang sangat dahsyat yang berlangsung secara singkat atau lama, atau dari letusan yang bertipe Strombolian hingga Pellean. Dimana pengertian gunungapi itu sendiri adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung. Dalam sejarahnya gunung Galunggung pernah meletus beberapa kali, terakhir tahun 1982. Letusan terakhir bertipe “vulcanian vertical” (seperti letusan cendawan bom atom) mencapai ketinggian 20 km ke angkasa, diikuti semburan piroclastic (debu halus) yang menghujani kota Bandung, Tasikmalaya, Garut, Cianjur dan kota lainnya dalam radius 100 km. Debu tebal selama 4 bulan yang mengguyur kota-kota tersebut membuat kesengsaraan yang cukup berarti. Setelah letusan, 100.000 ha daerah sekitar rata dengan tanah tertimpa batu, lahar dan debu. Puncak gunungnya telah runtuh hanyut terbawa lahar dingin ke daerah sekitarnya, sehingga terbentuklah danau vulkanik yang mempunyai nilai estetika tersendiri.
Dari bibir kawah kearah dalam dapat disaksikan 40 ha danau baru dengan kaldera yang berbentuk tapal kuda hasil bentukan letusan tahun 1982. Struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif atau depresi akibat kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar. Sedang bentuk morfologi kaldera seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas: kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kaldera runtuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera.
Air danau di Kawah Gunung Galunggung merupakan salah atu unsur yang penting. Sehingga volume air dijaga di pos pemantau agar tidak melebihi 1 juta m3 dengan mengalirkan sisanya melalui terowongan pelimpah ke sungai Cibanjaran dan Cikunir di timur kaldera. Tanpa campur tangan manusia ini, dinding kawah bisa jebol dan membuat malapetaka air bah yang dahsyat.
Hasil analisis air danau kawah terakhir memperlihatkan:
◦ PH air danau : 7,20 - 7,86
◦ Temperatur air danau : 22,4 - 24,0 oC
Batuan Gn. Galunggung seluruhnya berkomposisi basal sampai andesit basal bertekstur porfir, dengan fenokris berbutir sedang-halus tertanam di dalam masa dasar mikro kristal dan atau gelas. Fenokris terbanyak adalah plagioklas labradorit, diikuti oleh piroksen klino, olivin, piroksen ortho, dan magnetit. Amfibol hanya terdapat di dalam lava gunung api hasil letusan kaldera tapal kuda, serta fase awal dari periode erupsi yang didahului oleh masa istirahat panjang. Batuan Gn. Galunggung sebelum letusan 1982-83, umumnya mempunyai komposisi yang relatif sama.
SEJARAH LETUSAN
Kelompok batuan Gunung Galunggung terbagi dalam 3 (tiga) formasi, yaitu:
Formasi Galunggung Tua, yang merupakan periode pembentukan gunung api strato Galunggung tua.
Formasi Tasikmalaya, yang merupakan periode pembentukan kaldera tapal kudaserta endapan perbukitan “Sepuluh Ribu” (Ten Thousand Hills)
Formasi Cibanjaran, yang merupakan periode “post caldera formation” sampai dengan letusan 1982-1983
Formasi Galunggung Tua ; merupakan hasil kegiatan dengan pusat erupsi di Kawah Guntur (Galunggung Tua), yang terdiri atas perselingan aliran lava, piroklastika dan lahar, serta dike yang membentuk kawah Galunggung Tua. Analisis umur dengan metoda 14C pada lapisan strato menghasilkan umur 20.000-25.000 tahun, dengan demikian umur seluruh kegiatan Galunggung Tua diperkirakan antara 50.000-10.000 tahun yang lalu. Volume batuan mencapai ±56,5 km3, dan kegiatan gunung api ini diakhiri dengan intrusi cryptodome di bawah kawah Guntur.
Formasi Tasikmalaya ; merupakan endapan batuan ‘Perbukitan Sepuluh Ribu’ yang terbentuk sebagai akibat letusan besar pada 4200 ±150 tahun yang lalu, yang menyebabkan terbentuknya kaldera tapal kuda pada bagian timur-tenggara kawah Gunung Api Galunggung. Selain endapan longsoran ‘Perbukitan Sepuluh Ribu’ batuan hasil letusan lainnya adalah awan panas dan lahar.
Formasi Cibanjaran ; merupakan hasil kegiatan letusan yang tercatat dalam sejarah, yaitu 1822, 1894, 1918 dan 1982-1983.
Letusan 1822
Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, dimana air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan ke kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.
8 Oktober-12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Luncuran awan panas melalui celah antara Pr. Haur dengan Pr. Ngamplong menuju Cisayong dan Cidadap di bagian lereng timur, hingga Ci Tandui yang berjarak 18 km dari puncak. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Korban manusia tercatat 4011 jiwa dan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak.
Kekuatan letusan 8,26
Letusan 1894
7-9 Oktober, terjadi letusan yang menghasilkan awan panas.
27 dan 30 Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar pada 1822.
Desa yang hancur sebanyak 50 buah, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu.
Letusan 1918
6 Juli, letusan diawali gempa bumi, menyebabkan hujan abu setebal 2-5 mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan.
19 Juli, muncul kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran 560 x 440 m yang dinamakan gunung Jadi.
Letusan 1982-1983
Letusan pertama terjadi pada 5 April 1982, yang disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Secara umum periode letusan 1982-1983 dibagi menjadi 3 fase ; sesuai dengan tipe erupsinya,
Fase pertama, letusan awal (5 April-6 Mei 1982) berupa letusan tipe Pellean yang menghancurkan kubah lava Gunung Jadi, serta menghasilkan awan panas, lontaran batu, hujan batu, abu, dan gas. Kubah lava yang terhancurkan diperkirakan 40%. Awan panas meluncur dan mengendap di Cibanjaran sejauh 5,1 km serta di Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 km. Tinggi abu letusan mencapai 12 km dari kawah.
Letusan pada 17-19 Mei, masih merupakan fase penghancuran kubah lava dianggap sebagai ‘letusan utama’ dalam fase pertama ini, dimana tinggi asap letusan mencapai ±30 km dan sisa kubah lava Gunung Jadi sebesar 5%. Setelah fase letusan pertama ini, kegiatan selanjutnya selalu merupakan kelompok letusan.
Fase kedua, berupa erupsi tegak tipe vulkano, yang secara dominan menghasilkan piroklastik jatuhan, lontaran batu dan hujan pasir, serta menghancurkan seluruh sisa kubah G. Jadi. Tinggi asap letusan pada 13-19 Juli mencapai ±35 km dan melemparkan sebagian sumbat lava pada pipa kepundan hingga kedalaman 150 meter dari dasar kawah. Terjadi semburan lava pijar dan abu.
Letusan 24 Juni, menyebabkan pesawat terbang British Airways 747 melakukan pendaratan darurat, karena salah satu dari keempat mesin jetnya mati akibat kemasukan abu.
Fase ketiga, merupakan erupsi Strombolian yang melontarkan batu pijar seperti kembang api. Letusan yang lebih lemah dan menyemburkan asap dan abu dengan tingkat penghancuran kecil, mencapai tinggi maksimal asap letusan setinggi 12 km. Letusan terus mengecil atau melemah dan terjadi penumpukan bahan letusan berupa tefra di dasar kawah dan di sekeliling lubang letusan membentuk kerucut silinder dengan ketinggian 60 m diatas dasar kawah. Fase erupsi ini diakhiri oleh keluarnya aliran lava dari radial fissure dekat dasar kerucut silinder. Sejak Januari 1983 Gunung Galunggung sudah tidak memperlihatkan aktifitasnya lagi, letusan yang terjadi pada Januari 1984 berupa dua letusan phreatik kecil yang mengeluarkan uap air dan sedikit abu.
Karakter Letusan
Karakter kegiatan G. Galunggung berupa erupsi leleran sampai dengan letusan yang sangat dahsyat yang berlangsung secara singkat atau lama, atau dari letusan yang bertipe Strombolian hingga Pellean. Tanda-tanda peringatan kegiatan (precursor) hanya berlangsung antara beberapa bulan hingga minggu menjelang letusan. Kegiatan erupsi leleran terjadi apabila fase istirahatnya sangat pendek (<25 tahun), sedangkan letusan berskala kecil – menengah kecil ( VEI £ 3, erupsi tipe Stromboli-Vulkano lemah) setelah melalui masa istirahat antara 60-75 tahun. Letusan berskala menengah - besar (VEI : 4-5, erupsi tipe vulkano kuat-Pelee) didahului masa tenang selama ratusan tahun dan letusan berskala besar - sangat besar (VEI ³ 6) berlangsung setelah istirahat beberapa ribu tahun.
Periode Letusan
Letusan yang terjadi dalam sejarah letusan terjadi sebanyak empat (4) kali, yaitu pada 1822, 1894, 1918 dan 1982 – 1983.
Periode letusan yang terjadi selama beberapa jam hingga beberapa bulan.
Letusan 1822, terjadi dalam satu hari, pada tanggal 8 Oktober 1822, antara pukul 13.00 hingga pukul 17.00 WIB
Letusan 1894, terjadi dalam 13 hari, pada tanggal 7-19 Oktober 1894
Letusan 1918, terjadi dalam 4 hari, pada tanggal 16 - 19 Juli 1918
Letusan 1982 - 1983, terjadi dalam 9 bulan, pada tanggal 5 April 1982 - 8 Januari 1983.
Acuan
Bronto. S, 1989, Volcanic Geology of Galunggung, West Java, Indonesia, A Thesis of Doctor of Philosophy in Geology, Univesity of Canterbury.
Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
Kusumadinata. K. dkk, 1979, Data Dasar Gunung Api Indonesia, Direktorat Vulkanologi.
Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
Sudrajat. A, Tilling. L, The 1982-1983 Eruption of Galunggung, Volcanic Hazard in Indonesia.
Alzwar. M. dkk, 1986, Ciri Erupsi dan Peranan Kegiatan Magma G. Galunggung 1982-1983. Direktorat Vulkanologi.
Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
Sudrajat. A, Tilling. L, The 1982-1983 Eruption of Galunggung, Volcanic Hazard in Indonesia.
Kusumadinata. K. dkk, 1979, Data Dasar Gunung Api Indonesia, Direktorat Vulkanologi.
Sudrajat. A, Tilling. L, The 1982-1983 Eruption of Galunggung, Volcanic Hazard in Indonesia.
GALUNGGUNG, Jawa Barat
Keterangan Umum
Nama
:
G. Galunggung
Nama Lain
:
-
Nama Kawah
:
Galunggung
Lokasi
:
Koordinat/ Geografi : 7° 15'LS dan 108°03' BT . Secara administratif termasuk :Priangan Tatar Sunda, Kabupaten Tasikmalaya dan Garut.
Ketinggian
:2168 m. dml (di atas muka laut) atau 1820 m diatas dataran Tasikmalaya.
Kota Terdekat:TasikmalayaTipe Gunungapi:Strato
Pendahuluan
Cara Pencapaian
Dapat dicapai dari Tasikmalaya menuju Indihiang atau Singaparna kearah Cipanas kemudian ke Cibukur. Pencapaian dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor (roda 4), dengan waktu tempuh ±45 menit. Untuk mencapai puncak/kawah dapat menggunakan tangga permanen yang tersedia, dengan waktu tempuh ±15 menit.
Demografi
Bagian barat tubuh gunung api termasuk Kabupaten Garut sedangkan bagian timur termasuk Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah Kabupaten Garut lebih didominasi oleh tutupan lahan berupa hutan dan perkebunan, sedangkan wilayah Kabupaten Tasikmalaya lebih merupakan daerah pemukiman. Bagian gunung api Galunggung yang termasuk Kabupaten Garut, berada dalam wilayah Kecamatan Singaparna. Kabupaten Tasikmalaya, terdiri atas Kecamatan Leuwisari yang memiliki 5 (lima) desa dan Kecamatan Indihiang yang memiliki 8 (delapan) desa.
Jumlah penduduk di sekitar Gunung Galunggung sebesar ± 1.5 juta dengan laju pertumbuhan pada 1991 s/d 2001 sebesar 0,76% yang sebagian besar menempati lereng bagian tenggara-selatan dengan mata pencaharian utamanya sebagai petani.
Daerah pertanian atau perkebunan mencangkup luas 54,8% (1991) dengan laju pertumbuhan 0,059%. Daerah persawahan mencangkup 21% yang terdiri atas sawah teknis (beririgasi permanen) dengan luas tiga (3) kali sawah non-teknis, dan sawah non-teknis. Laju pertumbuhan pada tahun 1986 s/d 1991; sawah teknis 1,796% dan sawah non-teknis 0,188%.
Daerah hutan terdiri atas hutan produksi dan hutan cadangan yang berfungsi sebagai hutan lindung, mencangkup luas 38,05%. Luas hutan produksi mencapai ±3.953 Ha dan hutan cadangan ±2800 Ha.
Inventarisasi Sumber Daya Gunungapi
Sumber daya yang dapat digali atau dimanfaatkan berupa sumber daya lingkungan dan bahan galian industri. Sumber daya lingkungan berupa potensi wisata gunung api yang terdiri atas danau kawah, mata air panas Cipanas, serta di Cibanjaran dan Cikuar sebagai sarana pemandian dan rekreasi. Sumber daya bahan galian berupa batu belah dan pasir yang berasal dari endapan lahar dan awan panas.
Acuan :
· Kusumadinata. K. dkk, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung.Bacharudin. R. dkk, 1995, Pemetaan Zona Resiko Bahaya Gunungapi Galunggung, Direktorat Vulkanologi, Jawa Barat.
· Kusumadinata. K. dkk, 1979, Data Dasar Gunung Api Indonesia, Direktorat Vulkanologi.
· Bacharudin. R. dkk, 1995, Pemetaan Zona Resiko Bahaya Gunungapi Galunggung, Direktorat Vulkanologi.
· Bacharudin. R. dkk, 1995, Pemetaan Zona Resiko Bahaya Gunungapi Galunggung, Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Bronto. S, Hartono. G, 1996, Pengembangan Wisata di Kawasan Gunungapi Galunggung, Kab. Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.
SEJARAH LETUSAN
Kelompok batuan Gunung Galunggung terbagi dalam 3 (tiga) formasi, yaitu:
1. Formasi Galunggung Tua, yang merupakan periode pembentukan gunung api strato Galunggung tua.
2. Formasi Tasikmalaya, yang merupakan periode pembentukan kaldera tapal kudaserta endapan perbukitan “Sepuluh Ribu” (Ten Thousand Hills)
3. Formasi Cibanjaran, yang merupakan periode “post caldera formation” sampai dengan letusan 1982-1983
Formasi Galunggung Tua ; merupakan hasil kegiatan dengan pusat erupsi di Kawah Guntur (Galunggung Tua), yang terdiri atas perselingan aliran lava, piroklastika dan lahar, serta dike yang membentuk kawah Galunggung Tua. Analisis umur dengan metoda 14C pada lapisan strato menghasilkan umur 20.000-25.000 tahun, dengan demikian umur seluruh kegiatan Galunggung Tua diperkirakan antara 50.000-10.000 tahun yang lalu. Volume batuan mencapai ±56,5 km3, dan kegiatan gunung api ini diakhiri dengan intrusi cryptodome di bawah kawah Guntur.
Formasi Tasikmalaya ; merupakan endapan batuan ‘Perbukitan Sepuluh Ribu’ yang terbentuk sebagai akibat letusan besar pada 4200 ±150 tahun yang lalu, yang menyebabkan terbentuknya kaldera tapal kuda pada bagian timur-tenggara kawah Gunung Api Galunggung. Selain endapan longsoran ‘Perbukitan Sepuluh Ribu’ batuan hasil letusan lainnya adalah awan panas dan lahar.
Formasi Cibanjaran ; merupakan hasil kegiatan letusan yang tercatat dalam sejarah, yaitu 1822, 1894, 1918 dan 1982-1983.
Letusan 1822
1. Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, dimana air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan ke kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.
2. 8 Oktober-12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Luncuran awan panas melalui celah antara Pr. Haur dengan Pr. Ngamplong menuju Cisayong dan Cidadap di bagian lereng timur, hingga Ci Tandui yang berjarak 18 km dari puncak. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Korban manusia tercatat 4011 jiwa dan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak.
3. Kekuatan letusan 8,26
Letusan 1894
1. 7-9 Oktober, terjadi letusan yang menghasilkan awan panas.
2. 27 dan 30 Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar pada 1822.
3. Desa yang hancur sebanyak 50 buah, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu.
Letusan 1918
1. 6 Juli, letusan diawali gempa bumi, menyebabkan hujan abu setebal 2-5 mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan.
2. 19 Juli, muncul kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 m dengan ukuran 560 x 440 m yang dinamakan gunung Jadi.
Letusan 1982-1983
Letusan pertama terjadi pada 5 April 1982, yang disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983.
1. Fase pertama, letusan awal (5 April-6 Mei 1982) berupa letusan tipe Pellean yang menghancurkan kubah lava Gunung Jadi, serta menghasilkan awan panas, lontaran batu, hujan batu, abu, dan gas. Kubah lava yang terhancurkan diperkirakan 40%. Awan panas meluncur dan mengendap di Cibanjaran sejauh 5,1 km serta di Cikunir dan Cipanas sejauh 4,6 km. Tinggi abu letusan mencapai 12 km dari kawah.
Letusan pada 17-19 Mei, masih merupakan fase penghancuran kubah lava dianggap sebagai ‘letusan utama’ dalam fase pertama ini, dimana tinggi asap letusan mencapai ±30 km dan sisa kubah lava Gunung Jadi sebesar 5%. Setelah fase letusan pertama ini, kegiatan selanjutnya selalu merupakan kelompok letusan.
2. Fase kedua, berupa erupsi tegak tipe vulkano, yang secara dominan menghasilkan piroklastik jatuhan, lontaran batu dan hujan pasir, serta menghancurkan seluruh sisa kubah G. Jadi. Tinggi asap letusan pada 13-19 Juli mencapai ±35 km dan melemparkan sebagian sumbat lava pada pipa kepundan hingga kedalaman 150 meter dari dasar kawah. Terjadi semburan lava pijar dan abu.
Letusan 24 Juni, menyebabkan pesawat terbang British Airways 747 melakukan pendaratan darurat, karena salah satu dari keempat mesin jetnya mati akibat kemasukan abu.
3. Fase ketiga, merupakan erupsi Strombolian yang melontarkan batu pijar seperti kembang api. Letusan yang lebih lemah dan menyemburkan asap dan abu dengan tingkat penghancuran kecil, mencapai tinggi maksimal asap letusan setinggi 12 km. Letusan terus mengecil atau melemah dan terjadi penumpukan bahan letusan berupa tefra di dasar kawah dan di sekeliling lubang letusan membentuk kerucut silinder dengan ketinggian 60 m diatas dasar kawah. Fase erupsi ini diakhiri oleh keluarnya aliran lava dari radial fissure dekat dasar kerucut silinder. Sejak Januari 1983 Gunung Galunggung sudah tidak memperlihatkan aktifitasnya lagi, letusan yang terjadi pada Januari 1984 berupa dua letusan phreatik kecil yang mengeluarkan uap air dan sedikit abu.
Karakter Letusan
Karakter kegiatan G. Galunggung berupa erupsi leleran sampai dengan letusan yang sangat dahsyat yang berlangsung secara singkat atau lama, atau dari letusan yang bertipe Strombolian hingga Pellean. Tanda-tanda peringatan kegiatan (precursor) hanya berlangsung antara beberapa bulan hingga minggu menjelang letusan. Kegiatan erupsi leleran terjadi apabila fase istirahatnya sangat pendek (<25>£ 3, erupsi tipe Stromboli-Vulkano lemah) setelah melalui masa istirahat antara 60-75 tahun. Letusan berskala menengah - besar (VEI : 4-5, erupsi tipe vulkano kuat-Pelee) didahului masa tenang selama ratusan tahun dan letusan berskala besar - sangat besar (VEI ³ 6) berlangsung setelah istirahat beberapa ribu tahun.
Periode Letusan
Letusan yang terjadi dalam sejarah letusan terjadi sebanyak empat (4) kali, yaitu pada 1822, 1894, 1918 dan 1982 – 1983.
Periode letusan yang terjadi selama beberapa jam hingga beberapa bulan.
Letusan 1822, terjadi dalam satu hari, pada tanggal 8 Oktober 1822, antara pukul 13.00 hingga pukul 17.00 WIB
Letusan 1894, terjadi dalam 13 hari, pada tanggal 7-19 Oktober 1894
Letusan 1918, terjadi dalam 4 hari, pada tanggal 16 - 19 Juli 1918
Letusan 1982 - 1983, terjadi dalam 9 bulan, pada tanggal 5 April 1982 - 8 Januari 1983.
Acuan
· Bronto. S, 1989, Volcanic Geology of Galunggung, West Java, Indonesia, A Thesis of Doctor of Philosophy in Geology, Univesity of Canterbury.
· Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Kusumadinata. K. dkk, 1979, Data Dasar Gunung Api Indonesia, Direktorat Vulkanologi.
· Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Sudrajat. A, Tilling. L, The 1982-1983 Eruption of Galunggung, Volcanic Hazard in Indonesia.
· Alzwar. M. dkk, 1986, Ciri Erupsi dan Peranan Kegiatan Magma G. Galunggung 1982-1983. Direktorat Vulkanologi.
· Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Sudrajat. A, Tilling. L, The 1982-1983 Eruption of Galunggung, Volcanic Hazard in Indonesia.
· Kusumadinata. K. dkk, 1979, Data Dasar Gunung Api Indonesia, Direktorat Vulkanologi.
· Sudrajat. A, Tilling. L, The 1982-1983 Eruption of Galunggung, Volcanic Hazard in Indonesia.
GEOLOGI
Gunungapi Galunggung merupakan gunung api aktif tipe strato, yang di dalam pembagian fisiografi Jawa Barat, termasuk di dalam zona gunung api kwarter yang terbentuk di bagian tengah Jawa Barat, dan secara pembagian karakteristik sedimen batuan tersier terletak di dalam cekungan Bogor. Stratigrafi batuan gunung api dapat di teliti lebih jelas dan detil setelah terjadinya letusan 1982 – 1983.
Geomorfologi
Gunung Galunggung menempati daerah seluas ±275 km2 dengan diameter 27 km (barat laut-tenggara) dan 13 km (timur laut-barat daya). Di bagian barat berbatasan dengan G. Karasak, dibagian utara dengan G. Talagabodas, di bagian timur dengan G. Sawal dan di bagian selatan berbatasan dengan batuan tersier Pegunungan Selatan. Secara umum, G. Galunggung dibagi dalam tiga satuam morfologi, yaitu: Kerucut Gunung Api, Kaldera, dan Perbukitan Sepuluh Ribu.
· Kerucut Gunung Api, menempati bagian barat dan selatan, dengan ketinggian 2168 m diatas permukaan laut, dan mempunyai sebuah kawah tidak aktif bernama Kawah Guntur atau kawah saat di bagian puncaknya. Kawah ini berbentuk melingkar berdiameter 500 meter dengan kedalaman 100 – 150 meter.Kerucut ini merupakan kerucut gunungapi Galunggung tua sebelum terbentuknya Kaldera, mempunyai kemiringan lereng hingga 30° di daerah puncak dan menurun hingga 5° di bagian kaki.
· Kaldera, berbentuk sepatu kuda terbuka ke arah tenggara dengan panjang 9 km dan lebar antara 2-7 km. Tinggi dinding Kaldera tertinggi adalah 1000 meter di bagian barat-barat laut dan menurun hingga 10 m di bagian timur-tenggara. Di dalam Kaldera terdapat kawah aktif berbentuk melingkar dengan diameter 1000 meter dan kedalaman 150 meter. Di dalam kawah ini terdapat kerucut silinder setinggi 30 meter dari dasar kawah dan kaki kerucut berukuran 250 x 165 meter yang terbentuk selama periode letusan 1982-1983. Pada Desember 1986, kerucut silinder ini tertutup oleh air danau kawah. Pada 1997, setelah volume air danau kawah dikurangi melalui terowongan pengendali air danau, kerucut silinder ini muncul kembali di permukaan air danau.
· Perbukitan Sepuluh Ribu atau perbukitan “Hillock”, terletak di lereng kaki bagian timur-tenggara dan berhadapan langsung dengan bukaan kaldera. Perbukitan ini menempati dataran Tasikmalaya (±351 m) dengan luas ±170 km2, dan dengan jarak sebaran terjauh 23 km dari kawah pusat dan terdekat 6,5 km serta lebar sebaran ±8 km, dengan sebaran terpusat pada jarak 10 – 15 km. Jumlah bukit tersebut ± 3.600 buah, tinggi bukit bervariasi antara 5 - 50 meter diatas dataran Tasikmalaya dengan diameter kaki bukit antara 50 – 300 meter serta kemiringan lereng antara 15 – 45. Perbukitan ini terbentuk sebagai akibat letusan besar yang menghasilkan kaldera tapal kuda dan yang melongsorkan kerucut bagian timur-tenggara, berumur 4200 tahun yang lalu.
Stratigrafi
Stratigrafi G. Galunggung secara umu dibagi dalam tiga (3) periode kegiatan, yaitu:
1. Periode Pra-Kaldera (Formasi Galunggung Tua)
2. Periode Sin-Kaldera (Formasi Tasikmalaya)
3. Periode Post-Kaldera (Formasi Cibanjaran)
Formasi Tua / Pra Kaldera
Aliran lava: Tersingkap baik pada dinding Kaldera Galunggung membentuk perlapisan dengan kemiringan 3° - 5°, di dasar puncak kawah. Bagian permukaan lava telah menjadi soil dan terbentuk erosi permukaan. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi periode istirahat panjang (dormant period). Bagian dalam lava bersifat masif dan bagian luarnya bersifat breksi hingga blok lava masif, mempunyai ketebalan antara 1 hingga 15 meter.
Aliran piroklastik: Tersingkap baik pada dinding kaldera bagian barat daya, dengan ketebalan 3,5 – 2,5 meter, materialnya didominasi berukuran abu hingga lapili, dan penyebarannya sempit.
Jatuhan piroklastik: bergradasi normal dan sortingnya baik
Dike: Memotong perlapisan aliran lava dan endapan piroklastik di bagian bawah dan tengah dinding kaldera dengan ketebalan 2-5 meter dan tidak semuanya muncul di permukaan gunung api
Cryptodome: Terletak di bagian utama dinding kaldera Galunggung pada bagian bawah kawah Galunggung tua. Mempunyai lebar ± 250 meter dan tinggi ± 500 meter.
Formasi Tasikmalaya/Sin Kaldera
Debris avalanche: Merupakan batuan lereng tubuh gunung api memperlihatkan kontak perlapisan aliran lava dengan endapan piroklostik, yang mana mempunyai kesamaan dengan batuan dinding kaldera Galunggung. Pelapisan piroklastik hanya sedikit berubah tetapi aliran lava selalu memperlihatkan rekahan-rekahan. Batuan ini terdiri atas blok-blok lava yang tidak terarah dan fragmen dengan matrik berukuran ash hingga lapili.
Aliran Piroklastik: Berwarna abu tua – abu kecoklatan, tidak terkompaksi. Material didominasi oleh ash dan juga terdapat bom dan blok. Penanggalan radiokarbon (C14) dari Chorcoal yang terdapat pda bagian atas aliran piroklostik memberikan umur 4200 ± 150 yrs BP.
Formasi Cibanjaran/Post Kaldera
Letusan 1822 :
Aliran pirokolstik berwarna abu tua, bersifat lepas dan didominasi oleh ash. Batuan ini ditutupi oleh endapan debris avalanche. Penanggalan radiokabon (C14) dari fragmen kayu di dalam endapan fluvial yang berada di bawah kedua endapan tersebut, mempunyai umur 590 ± 150 yrs BP. Ini menunjukkan bahwa Galunggung mempunyai periode istirahat panjang (dormant periode) sebelum letusan 1822).
Letusan 1894 :
Berupa jatuhan piroklostik yang ditutupi endapan halus.
Letusan 1982-83 :
Aliran piroklostik; tidak terkompaksi, kaya akan ash dan fragmen bom bertipe bom kerak roti. Total volume diperkirakan 5,6 x 106 m3.
Jatuhan piroklostik; mempunyai ketebalan 1-10 meter sampai 30 meter di sekitar kawah aktif. Perlapisan baik dan memperlihatkan normal graded bedding dengan material berukuran dari ash sampai bom dan blok. Fragmen bom bertipe bom kerak roti.
Aliran lava; aliran lava basal keluar pada bagian kaki kerucut silinder.
Struktur Geologi
Dari hasil analisis “Rose Diagram”, pola kelurusan yang terbentuk pada vulkanik kuarter didaerah Gunung Galunggung mempunyai pola yang sama dan memperlihatkan dominasi kelurusan pada arah N 315° E. Arah kelurusan-kelurusan ini sama dengan zona rekahan pada kerucut silinder 1982 – 83, dimana beberapa titik letusan terjadi dan pada Januari 1983 aliran lava muncul. Pada dasarnya struktur di G. Galunggung dapat dihubungkan dengan kedudukan tektonik regional. Kelurusan ke arah timur laut dan zona rekahan (fracture) pada kerucut silinder adalah paralel terhadap sistem sesar Sumatra, yang mana zona rekahan pada kubah lava 1918 (G. Jadi) dan posisi-posisi dike menunjukan arah yang sama terhadap tekanan utama (principal stress) yang berasal dari pergeseran kerak Samudra Hindia. Arah dari tekanan utama ini kurang lebih normal terhadap sumbu Kaldera Galunggung. Ini menunjukkan bahwa orientasi longsoran Kaldera Galunggung mengikuti zona lemah dari ‘Tensional fracture’.
Berdasarkan analisis dari Citra Landsat dan peta geologi lembar Tasikmalaya, struktur yang terdapat berupa kelurusan, rekahan, dan sesar yang pada umumnya berarah tenggara – barat laut. Pola ini sejajar dengan bukaan Kaldera Tapal kuda yang dindingnya dapat dipandang sebagai bidang sesar. Adanya mata air Ci-Panas, Ci-Kunir, dan Ci-Banjaran di sebelah timur – tenggara diperkirakan juga dikontrol oleh rekahan atau sesar bawah permukaan.
Acuan
· Bronto. S, 1989, Volcanic Geology of Galunggung, West Java, Indonesia. A Thesis of Doctor of Philosophy in Geology in The University of Canterbury.
· Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Wirakusumah. A. D. dkk, 1998, Simulasi Bahaya Lahar Letusan G. Galunggung. Suatu Perkiraan pada Masa mendatang, Proseding PIT. IAGI XXVII, Yogyakarta 1998.
GEOFISIKA
Gaya Berat
Seismik
Hasil pengamatan kegempaan dimulai awal April 1982, magma terletak pada kedalaman 9 km dan bergerak ke kedalaman 2 – 8 km pada akhir April ‘ 82, dan pada awal Juli 1982 magma terus bergerak ke kedalaman 2 – 9 km. Sedangkan migrasi magma yang lain bermigrasi dari kedalaman 9 – 10 km. Distribusi sumber magma berbentuk elips (lonjong) miring ke tenggara dan didominasi oleh gempa tipe A.
Jenis gempa yang terjadi di Gn. Galunggung adalah gempa vulkanik tipe A dan B, gempa vulkanik tremor dan gempa letusan, serta gempa tektonik cokal
Geomagnet
Analisis data kemagnetan dilakukan dalam waktu nyata (real time) selama periode September 1982 – Maret 1983. Sinyal kemagnetan berada di bawah batas gangguan (noise) yang ditentukan oleh teknik penefsiran. Aktifitas magnetik secara mendasar tidak berbeda dalam Oktober 1982 – Februari 1983. Hasil pengamatan geomagnet secara keseluruhan ternyata sesuai dengan kejadian-kejadian erupsi serta sesuai dengan pengamatan menggunakan metoda lain, dimana hasil analisis menunjukkan adanya kelainan intensitas kemagnetan (penurunan) sebelum terjadinya letusan.
Deformasi
Pengamatan deformasi dilaksanakan selama periode letusan 1982 – 1983, dengan metoda ungkitan (“Dry Tilt”) dan pengukuran jarak jauh (EDM : Electronic Distance Measurement)
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada umumnya letusan-letusan yang terjadi antara Juli 1982 – Januari 1983 sudah dapat diyakinkan beberapa jam sampai lebih dari satu minggu sebelumnya. Laju perubahan per satuan waktu (hari) menjelang suatu letusan lk antara 4 – 100 mm pada garis ukur Kubang Hurang – Pasir Bentang. Kemungkinan pusat penumpukan tenaga menjelang letusan antara Agustus 1982 – Januari 1983 terletak pada kedalaman ± 2,5 km dari tepi kawah G. Welirang
Acuan
· Matahelumual. S, 1986, Pengamatan Perubahan Bentuk Permukaan G. Galunggung, Dalam Letusan Galunggung 1982 – 1983.
· Bof. M, Ligozat. H, Revee. P, Robach. F, 1986, Pengamatan dan Geomagnet G. Galunggung. Periode September 1982 – Maret 1983. Dalam Letusan Galunggung, Kumpulan Makalah Hasil Penyelidikan.
· Said. H. dkk, 1986, Studi Kemagnetan G. Galunggung, Tasikmalaya, Periode Oktober 1982 – Maret 1983. Dalam Letusan Galunggung, Kumpulan Makalah Hasil Penyelidikan.
· Matahelumual. S, 1986, Pengamatan Perubahan Bentuk Permukaan G. Galunggung, Dalam Letusan Galunggung 1982 – 1983. Kumpulan Makalah Hasil Penyelidikan. Direktorat Vulkanologi.
GEOKIMIA
Jenis Batuan
Batuan Gn. Galunggung seluruhnya berkomposisi basal sampai andesit basal bertekstur porfir, dengan fenokris berbutir sedang-halus tertanam di dalam masa dasar mikro kristal dan atau gelas. Fenokris terbanyak adalah plagioklas labradorit, diikuti oleh piroksen klino, olivin, piroksen ortho, dan magnetit. Amfibol hanya terdapat di dalam lava gunung api hasil letusan kaldera tapal kuda, serta fase awal dari periode erupsi yang didahului oleh masa istirahat panjang.
Batuan Gn. Galunggung sebelum letusan 1982-83, umumnya mempunyai komposisi yang relatif sama, yaitu; Al tinggi (18-20%), Mg rendah (4-5%), nomor Magnesium rendah (50-55), Ni dan Cr rendah, dan Ba dan Sr tinggi. Kandungan forterit olivin tidak terlalu tinggi (Fo: 70) dan komposisi piroksen cliro adalah augit, semua mineral pak primer adalah magnetit. Anomali basal terjadi pada kubah bawah permukaan (cryptodome) yang merupakan kegiatan fase akhir dari formasi Galunggung Tua. Anomali tersebut berupa tingginya kandungan Mg (10,5% MgO), nomor Mg (71), Ni (94 ppm), dan Cu (395 ppm), sedangkan kandungan Al rendah (16% Al2O3), demikian pula Ba dan Sr.
Anomali petrologi terjadi lagi pada batuan hasil letusan 1982-83, yang mana pada fase akhir letusan batuan ini berupa basal primitif.
Batuan tersebut mempunyai kandungan Mg tinggi (12,5% MgO), nomor Mg (74,70), Ni (193 ppm), Cr (7,11 ppm), Al (15% Al2O3), Ba (40 ppm), Rb (7 ppm), dan Sr (197 ppm). Basal primitif ini dipandang sebagai magma primer.
Analisis Gas
Pengukuran pancaran gas SO2 sejak Agustus 1982 – Januari 1983 telah diukur dengan menggunakan alat COSPEC, dengan volume rata-rata mencapai 600 ton/hari dan kemudian menurun sejak Oktober, mencapai 100 ton/hari pada Januari 1983.
Hasil analisis gas yang diambil disekitar kawah pada fumorola memperlihatkan bahwa gas didominasi oleh H2O ; % vol CO2 : 0,92 ; SO2 : 8,9 x 10-5 ; H2S : nihil ; HCl : 1,4 x 10-4 ; CO2 : nihil ; dan NH3 : 1 x 10-4.
Unsur-unsur tersebut masih di bawah nilai batas ambang.
Analisis Air
Hasil analisis air danau kawah saat ini memperlihatkan:
PH air danau : 7,20 - 7,86
Temperatur air danau : 22,4 - 24,0 °C
Konsentrasi ion Mg : 23,42 – 42,13 ppm
Konsentrasi ion Cl : 8,86 – 15,00 ppm
Acuan
· Badrudin, 1986, Pancaran Gas CO2 pada letusan Gn. Galunggung, 1982. Direktorat Vulkanologi
· Bronto. S, 1989, Volcanic Geology of Galunggung, West Java, Indonesia. A Thesis of Doctor of Philosophy in Geology in The University of Canterbury.
· Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi
· Wirakusumah, A.D, 1977. Laporan Akhir Supervisi Terowongan G. Galunggung, Direktorat Vulkanologi.
MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI
Upaya mitigasi bencana Gunungapi Galunggung dilakukan dengan tujuan untuk mencegah/memperkecil jumlah korban manusia serta kerugian harta benda akibat bahaya letusan. Berdasarkan karakternya G. Galunggung mempunyai potensi bahaya dari yang terkecil hingga terbesar. Tapi, dengan mempertimbangkan hasil akhir kegiatan letusan 1982-1983, yang berkomposisi sangat primitif (basal kaya Mg) yang sebanding dengan komposisi “cryptodome” pada akhir kegiatan Galunggung tua, maka diperkirakan pada saat ini dan waktu mendatang Gunungapi Galunggung sedang mengalami fase istirahat sangat panjang, dan mungkin dalam hitungan ribuan tahun untuk mencapai letusan yang sangat dahsyat dan merusak. Berhubung kejadian letusan belum dapat ditentukan secara tepat waktunya, maka berbagai upaya mitigasi bencana perlu dilakukan.
Mitigasi bencana Gunung api Galunggung dilakukan dengan pembuatan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Galunggung, Peta Zona Resiko Bahaya Gunung api Galunggung, monitoring (pemantauan) kegiatan Gunungapi Galunggung, serta pembuatan terowongan pengendali air danau kawah sebagai upaya peringatan dini.
1. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Galunggung
Peta ini sebagai peta petunjuk untuk evakuasi jika terjadi peningkatan kegiatan atau letusan. Peta ini memperlihatkan kawasan di daerah G. Galunggung yang rawan terhadap ancaman bahaya letusan. Kawasan rawan bencana dibagi dalam tiga (3) tingkatan, yaitu kawasan rawan bencana III, kawasan rawan bencana II, dan kawasan rawan bencana I.
1. Kawasan Rawan Bencana III, adalah kawasan yang setiap saat terlanda ancaman bahaya letusan ; berupa awan panas, lontaran batu pijar, dan lahar letusan. Kawasan ini merupakan daerah yang tidak layak untuk pemukiman.
2. Kawasan Rawan Bancana II, adalah kawasan yang berpotensi terlanda ancaman bahaya letusan ; berupa awan panas, lontaran batu, dan lahar hujan.
3. Kawasan Rawan Bencana I, adalah kawasan yang berpotensi terlanda ancaman bahaya letusan ; berupa lahar hujan dan perluasan ancaman bahaya awan panas.
2. Peta Zona Risiko Bahaya Gunungapi Galunggung
Peta ini memperlihatkan tingkat risiko yang akan dialami oleh setiap unit pemukiman dan tutupan lahan lainnya yang berada di dalam kawasan rawan bencana, terhadap ancaman bahaya letusan. nIlai risiko yang terjadi dibagi dalam 5 (lima) tingkatan; berdasarkan kerentanannya dari tiap-tiap elemen bencana (terutama unit-unit pemukiman) terhadap jenis ancaman potensi bahaya letusannya, yaitu:
1. Tingkat risiko sangat tinggi
2. Tingkat risiko tinggi
3. Tingkat risiko sedang
4. Tingkat risiko rendah, dan
5. Tingkat risiko sangat rendah.
Sedangkan ancaman potensi bahaya letusannya dibagi dalam 4 (empat) tingkatan berdasarkan karakteristik jenis potensi bahayanya, dan kondisi morfologi sepanjang daerah sebarannya, yaitu:
1. Potensi bahaya kuat ; terdiri atas awan panas kuat, dan jatuhan piroklastik kuat.
2. Potensi bahaya sedang; terdiri atas awan panas sedang dan lahar kuat.
3. Potensi bahaya rendah; terdiri atas awan panas rendah dan lahar sedang.
4. Potensi bahaya sangat rendah; terdiri atas awan panas rendah, jatuhan piroklastik rendah, lahar rendah, dan lahar sangat rendah.
Monitoring (Pemantauan)
Kegiatan pemantauan dilaksanakan untuk mengetahui perubahan tingkat kegiatan G. Galunggung yang dilakukan secara terus menerus (24 jam) di Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung, di Sayuran. Pemantauan dilakukan melalui metoda instrumentasi, gempa metoda seismik , dan metoda pengamatan secara visual. Disamping itu, dilakukan pula secara berkala penelitian di daerah puncak, berupa pengukuran temperatur air danau kawah dan solfatara/fumarola, serta perkembangan pertumbuhan kerucut sinder . Hasil seluruh kegiatan pemantauan digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan status tingkat kegiatan G. Galunggung. Status tingkat kegiatan sekarang dalam tingkat aktif normal dan kerucut sinder mempunyai ketinggian 30 meter dari dasar kawah dengan kaki kerucut berukuran 250 m x 165 m.
Terowongan pengendali air danau kawah
Pembangunan terowongan dimaksudkan untuk mengurangi dan menstabilkan volume air danau kawah, dengan tujuan untuk memperkecil dampak ancaman lahar letusan jika terjadi letusan. Pembangunan terowongan selesai pada 1997, dengan volume akhir danau kawah yang semula 7.173.794 meter3 (1996) menjadi sebesar 749.764 meter3 (1997). Dari hasil analisis simulasi bahaya lahar letusan maka ancaman bahaya lahar letusan yang melanda tiga sungai utama yang berhulu di daerah puncak, adalah: Cikunir sejauh 1,08 km, Cipanas sejauh 0,72 km, dan Cibanjaran sejauh 1,87 km.
Acuan
· Bacharudin. R. dkk, 1995, Pemetaan Zona Resiko Bahaya Gunung Api Galunggung, Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Hadisantono. R. D. dkk, 1996. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Galunggung, Jawa Barat, Skala 1 : 50.000, Direktorat Vulkanologi.
· Wirakusumah. A. D. dkk, 1998, Simulasi Bahaya Lahar Letusan G. Galunggung. Suatu Perkiraan pada Masa mendatang, Proseding PIT. IAGI XXVII, Yogyakarta 1998.
DAFTAR PUSTAKA
· Alzwar. M. dkk, 1986, Ciri Erupsi dan Peranan Kegiatan Magma G. Galunggung 1982-1983. Direktorat Vulkanologi.
· Bacharudin. R. dkk, 1995, Pemetaan Zona Resiko Bahaya Gunung Api Galunggung, Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Badrudin, 1986, Pancaran Gas CO2 pada Letusan G. Galunggung, 1982. Direktorat Vulkanologi.
· Bof. M, Ligozat. H, Revee. P, Robach. F, 1986, Pengamatan dan Geomagnet G. Galunggung. Periode September 1982 – Maret 1983. Dalam Letusan Galunggung, Kumpulan Makalah Hasil Penyelidikan.
· Bronto. S, 1989, Volcanic Geology of Galunggung, West Java, Indonesia. A Thesis of Doctor of Philosophy in Geology in The University of Canterbury.
· Bronto. S, 1999, Volcanic Hazard and Assesment, G. Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi.
· Bronto. S, Hartono. G, 1996, Pengembangan Wisata di Kawasan Gunung Api Galunggung, Kabupaten Tassikmalaya, Propinsi Jawa Barat.
· Hadisantono. R. D. dkk, 1996. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Galunggung, Jawa Barat, Skala 1 : 50.000, Direktorat Vulkanologi.
· Kusumadinata. K. dkk, 1979, Data Dasar Gunung Api Indonesia, Direktorat Vulkanologi.
· Matahelumual. S, 1986, Pengamatan Perubahan Bentuk Permukaan G. Galunggung, Dalam Letusan Galunggung 1982 – 1983.
· Said. H. dkk, 1986, Studi Kemagnetan G. Galunggung, Tasikmalaya, Periode Oktober 1982 – Maret 1983. Dalam Letusan Galunggung, Kumpulan Makalah Hasil Penyelidikan.
· Sudrajat. A, Tilling. L, The 1982-1983 Eruption of Galunggung, Volcanic Hazard in Indonesia.
· Wirakusumah, A.D, 1977. Laporan Akhir Supervisi Terowongan G. Galunggung, Direktorat Vulkanologi.
· Wirakusumah. A. D. dkk, 1998, Simulasi Bahaya Lahar Letusan G. Galunggung. Suatu Perkiraan pada Masa mendatang, Proseding PIT. IAGI XXVII, Yogyakarta 1998.
Dokumentasi Peta
1. Nama Lembar peta : Tasikmalaya dan Singaparna
2. Nomor : 4021-III dan 4020-IV (AMS)
3. Skala : 1 : 50.000
4. Wilayah Administrasi : Kabupaten Garut dan Tasikmalaya
5. Pemilik Peta : Kartografi P3G
6. Tahun Penerbitan : 1966
VOLCANO INDONESIA
Jalan Panjang Menuju Gunung Galunggung, Tasikmalaya
Gunung berketinggian 2,167m mdpl, terletak 20km baratdaya kota Tasikmalaya. Dalam sejarahnya pernah meletus bbrp kali, terakhir tahun 1982. Letusan terakhir bertipe �vulcanian vertical� (spt letusan cendawan bom atom) mencapai ketinggian 20 km ke angkasa, diikuti semburan piroclastic (debu halus) yg menghujani kota Bandung, Tasik, Garut, Cianjur dan kota lainnya dlm radius 100km. Debu tebal selama 4 bulan yg mengguyur kota2 tsb. membuat kesengsaraan yg cukup. Setelah letusan, 100,000 ha daerah sekitar rata dgn tanah tertimpa batu, lahar dan debu, Puncak gunungnya telah runtuh hanyut terbawa lahar dingin ke daerah sekitarnya, batu dan pasirnya menjadi berkah yg tidak habis2nya untuk ditambang.
Pada saat letusan tsb, sebuah Jumbo Jet Boeing 747 British Airways Sidney- London BA-009 yg sedang melintas diselatan Jabar di ketinggian jelajah 11,000 meter, keempat mesinnya mati tiba2 pada saat yg hampir bersamaan, menghisap debu Galunggung, jatuh ke ketinggian 4,000 meter dlm waktu 16 menit; namun menit2 terakhir berhasil dihidupkan kembali dan mendarat darurat di Soekarno Hatta dan kembali diterbangkan setelah mengganti seluruh mesinnya dan winshield yg tergores berat debu2 silika. Sebulan kemudian SQ Flight memasuki awan galunggung, ketinggian jatuh ke 2400 meter, 3 dari 4 mesinnya mati, beruntung satu mesin berhasil dihidupkan, dan mendarat dgn selamat.
Saat ini Gunung Galunggung sedang dlm keadaan tidur lelap, sehingga dpt. Didekati dgn aman. Menilik sejarahnya, siklus berikutnya mungkin 43 tahun lagi.. Kepundan Galunggung saat ini sudah diberi 620 anak tangga utk menggapi 200m sisa ketinggianya dari tempat parkir terakhir. Dari bibir kawah, kota Tasik terlihat jelas berada di sebelah timurnya. Sejauh mata memandang terlihat pepohonan berwarna hijau, dgn batangnya yg nampak masih kecil2. Memandang kearah dalam, dpt disaksikan 40 ha danau baru bentukan letusan 1982 berwarna kehijauan.
Air danau dijaga tidak melebihi 1 juta m3 dgn mengalirkan sisanya melalui terowongan pelimpah ke sungai Cibanjaran dan Cikunir di timur kaldera. Tanpa campur tangan manusia ini, dinding kawah bisa jebol membuat air bah dahsyat spt. yg pernah terjadi di G. Kelud di Kediri ditahun 1920-an. Air sungai yg cukup hangat, bisa dinikmati di pemandian bernama Cipanas atau sungainya yg berada 3km sebelum kawah tak jauh dari tempat parkir bawah.
Dinding kaldera berbentuk tapal kuda. Dari kedua ujungnya kita bisa turun ke dasar kaldera dgn hati2. Di lantai kawah, selain danau juga terdapat aliran sungai dgn batu batuan yg sebesar kepala kerbau berserakan dimana-mana. Salah satu tempat yg dituju didasar kaldera adalah sebuah Mesjid yg berada kira2 2 km di ujung selatan dekat dinding kawah baru. Dibelakang mesjid tsb. terdapat semacam gua kecil, tempat bermeditasi. Di dasar kawah, di pinggir danau, di sepanjang sungai yg mengalir ataupun didekat Masjid, adalah tempat yg biasa dipakai utk berkemah.
Untuk mencapai kawah Galungggung tdk terlalu sulit, dari tepi jalan Bandung-Tasikmalaya tepatnya di kawasan Indihiang belok kanan kearah selatan, menempuh 15km jalan desa yg agak sempit bercabang-cabang tanpa plang penunjuk jalan yg jelas, cukup membingungkan pada awalnya, jadi harus sering bertanya. Juga akan sering berpapasan dgn truk pasir yg kadangkala salah satu kendaraan harus mundur krn di bbrp bagian jalan dan belokan yg sempit.
|
|
|
|
| ||
| |||
Gunung Galunggung
Gunung Galunggung
Galunggung | |
---|---|
Tinggi | 2.168 m |
Letak | Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat |
Koordinat | 7.25°LS-7°15'0"LS; 108.058°BT-108°3'30"BT |
Jenis | Stratovolcano |
Letusan terakhir | 1984 |
Listing | Ribu |
Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut, terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya. Terdapat beberapa daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain obyek wisata dan daya tarik wanawisata dengan areal seluas kurang lebih 120 hektar di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Obyek yang lainnya seluas kurang lebih 3 hektar berupa pemandian air panas (Cipanas) lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi dan bak rendam air panas.
Gunung Galunggung mempunyai Hutan Montane 1.200 - 1.500 meter dan Hutan Ericaceous > 1.500 meter.
|
Letusan Gunung Galunggung
Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah. Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak gunung.
Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1894. Di antara tanggal 7-9 Oktober, terjadi letusan yang menghasilkan awan panas. Lalu tanggal 27 dan 30 Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar yang dihasilkan pada letusan 1822. Letusan kali ini menghancurkan 50 desa, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu.
Pada tahun 1918, di awal bulan Juli, letusan berikutnya terjadi, diawali gempa bumi. Letusan tanggal 6 Juli ini menghasilkan hujan abu setebal 2-5mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan. Dan pada tanggal 9 Juli, tercatat pemunculan kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85m dengan ukuran 560x440m yang kemudian dinamakan gunung Jadi.
Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982 (VEI=4) disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Selama periode letusan ini, sekitar 18 orang meninggal, sebagian besar karena sebab tidak langsung (kecelakaan lalu lintas, usia tua, kedinginan dan kekurangan pangan). Perkiraan kerugian sekitar Rp 1 milyar dan 22 desa ditinggal tanpa penghuni.
Letusan pada periode ini juga telah menyebabkan berubahnya peta wilayah pada radius sekitar 20 km dari kawah Galunggung, yaitu mencakup Kecamatan Indihiang, Kecamatan Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari. Perubahan peta wilayah tersebut lebih banyak disebabkan oleh terputusnya jaringan jalan dan aliran sungai serta areal perkampungan akibat melimpahnya aliran lava dingin berupa material batuan-kerikil-pasir.
Pada periode pasca letusan (yaitu sekitar tahun 1984-1990) merupakan masa rehabilitasi kawasan bencana, yaitu dengan menata kembali jaringan jalan yang terputus, pengerukan lumpur/pasir pada beberapa aliran sungai dan saluran irigasi (khususnya Cikunten I), kemudian dibangunnya check dam (kantong lahar dingin) di daerah Sinagar sebagai 'benteng' pengaman melimpahnya banjir lahar dingin ke kawasan Kota Tasikmalaya. Pada masa tersebut juga dilakukan eksploitasi pemanfaatan pasir galunggung yang dianggap berkualitas untuk bahan material bangunan maupun konstruksi jalan raya. Pada tahun-tahun kemudian hingga saat ini usaha pengerukan pasir galunggung tersebut semakin berkembang, bahkan pada awal perkembangannya (sekitar 1984-1985) dibangun jaringan jalan Kereta Api dari dekat Station KA Indihiang (Kp. Cibungkul-Parakanhonje) ke check dam sinagar sebagai jalur khusus untuk mengangkut pasir dari galungung ke Jakarta.
Gunung Galunggung sebagai obyek wisata
Kebanyakan pengunjung obyek wisata Galunggung adalah wisatawan lokal, sementara wisatawan dari mancanegara masih di bawah hitungan 100 orang rata-rata per tahun. Rata-rata wisatawan dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Gunung Galunggung berjumlah 213.382 orang per tahun.
Melihat potensi daya tarik yang mungkin digali, serta posisi geografis yang cukup strategis, serta memiliki kekhasan dari kondisi alamnya obyek wisata Gunung Galunggung cukup potensial untuk dijual kepada wisatawan mancanegara. Namun obyek wisata tersebut belum dikemas dalam paket wisata yang profesional.
PETA TASIKMALAYA, JAWA BARAT
PETA TASIKMALAYA, JAWA BARAT
Peta Wisata Tasikmalaya :
Download peta wisata Tasikmalaya, Klik di sini..
PETA TASIKMALAYA, JAWA BARAT
| |
GEOGRAFIWISATA DI KOTA TASIKMALAYA
WISATA DI KOTA TASIKMALAYA
Objek Wisata & Tempat Tempat menarik Di Kota Tasikmalaya.
Sebagian besar wilayah Tasikmalaya merupakan daerah pegunungan, dengan puncaknya Gunung Galunggung dan Gunung Telagabodas. Tasikmalaya memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata di dataran rendah 20°-34° C dan di dataran tinggi 18°-22° C.
Masyarakat Tasikmalaya umumnya bertumpu pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan, selain juga bertumpu pada sektor pertambangan seperti pasir Galunggung yang memiliki kualitas cukup baik bagi bahan bangunan, industri, dan perdagangan. Industri pariwisata di sini berkembang pesat ke arah kerajinan tangan.
Tasikmalaya, dikenal sebagai basis perekonomian rakyat dan usaha kecil menengah seperti kerajinan dari bambu, batik, dan payung kertas. Namun, sangat disayangkan, seiring dengan kebijakan investasi besar-besaran di era 1990-an, potensi ekonomi rakyat di daerah ini cenderung terpinggirkan, bahkan tidak diperhatikan.
Potensi yang belum dikembangkan secara maksimal di Tasik ialah industri bordir yang sudah mendunia, tetapi sekarang pemerintah kota tasikmalaya mulai membuat suatu tempat pameran bordir untuk para pengrajin Tasik, yang berlokasi di Kawalu.
Tugu Kebulatan Tekad.
Tugu kebulatan tekad Rengasdengklok dibangun untuk mengenang kebulatan tekad para pemuda dan pejuang serta tokoh-tokoh bangsa ini untuk melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda, menuju negara Indonesia yang merdeka. Tugu ini berbentuk tangan kiri yang mengepal diartikan sebagai simbol perlawanan, sedangkan tangan kanan tidak dilukiskan karena diasumsikan sedang memegang senjata.
Awalnya adalah rumah seorang keturunan bernama Djiaw Kie Siong, di rumah inilah Soekarno dan Bung Hatta beserta tokoh-tokoh pemuda merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Di tempat ini pulalah untuk pertama kalinya bendera merah-putih dikibarkan pada tanggal 16 Agustus 1945.
Berlokasi di kecamatan Rengasdengklok Kabupaten Karawang, sekitar 20 Km dari pusat kota Karawang.
Monumen Rawagede.
Monumen ini didirikan untuk mengenang tewasnya 213 orang warga sipil yang teguh mempertahankan persembunyian para pejuang kala itu. Di tempat ini terdapat diorama yang menggambarkan kekejaman tentara belanda yang membantai penduduk, termasuk diantaranya para wanita dan anak-anak. Di tempat ini juga dikuburkan sekitar 200 orang korban tersebut. Berlokasi di kecamatan Rawamerta kabupaten Karawang. Sekitar 10 Km dari pusat kota.
Curug Cigentis.
Curug Cigentis merupakan sarana wisata unggulan kabupaten Karawang, curug ini berada di kaki gunung Sanggabuana, panorama sepanjang jalan menuju air terjun ini sangatlah indah dan berudara bersih, jauh dari polusi kota besar.
Walaupun jalan menuju air terjun ini hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 2 Km dari area parkir kendaraan, namun dengan suguhan pemandangan alam yang memikiat rasa lelah anda akan cepat terobati. Berlokasi di desa Mekarbuana kecamatan Tegalwaru kabupaten Karawang, sekitar 44 Km dari pusat kota.
Curug Bandung.
Curug Bandung merupakan keajaiban alam dengan tujuh air terjun dalam satu aliran sungai, dari mulai curug picung, dan yang terbesar adalah curug bandung. Masih berada di kaki gunung Sanggabuana, perjalanan menuju curug ini cukup beratyaitu dengan menempuh perjalanan kai sejauh kurang lebih 3 Km. Di salah satu air terjun yaitu curug Peteuy tersedia sarana outbound serta fasilitas pertemuan dan sarana rekreasi lainnya.
Berlokasi di desa Mekarbuana kecamatan Tegalwaru kabupaten Karawang, sekitar 42 Km dari pusat kota.
Pantai Tanjung Pakis.
Pantai ini berlokasi di ujung utara Karawang. Sebuah pantai berpasir putih dengan ombak yang tenang.
Pemandian Air Panas Ciawi.
Apabila anda menuju Tasik dari kota Bandung, di pertigaan Nagreg anda bisa mengambil rute melewati Ciawi (lihat petunjuk jalan yang ada), setengah perjalanan anda akan melewati pemandian air panas Ciawi.
Kolam air panas Ciawi tidaklah sebaik kolam Cimanggu atau Ciater di Bandung, tetapi tempat ini cocok untuk tempat persinggahan dalam perjalanan anda ke Tasik atau ke Ciamis & Pangandaran. Terdapat dua kolam, tetapi airnya dingin, air panas dapat anda jumpai hanya pada kamar-kamar mandi kecil yang dapat anda sewa. Di sepanjang jalan terdapat rumah-rumah makan yang baik.
Pusat Kerajinan Tangan Rajapolah.
Desa Rajapolah berjarak sekitar 12 Km sebeleh utara Tasikmalaya, atau sekitar 75 Km dari pintu TOL Cileunyi Bandung. Rajapolah terkenal sebagai pusat kerajinan tangan di Tasikmalaya.
Di kiri-kanan sepanjang jalan Rajapolah banyak terdapat toko-toko yang menjual barang-barang kerajinan khas Tasikmalaya, seperti kerajinan Bordir, Payung Tasik yang terbuat dari kertas, Kelom Geulis dan Batik Tulis, juga kerajinan dari anyaman bambu dan rotan.
Kampung Naga.
Salah satu objek wisata paling menarik yang tak bisa anda lewatkan di Jawa Barat ialah Kampung Naga yang terletak di Tasikmalaya. Kampung Naga merupakan sebuah desa tradisional yang masih memegang teguh adat istiadat dan mempertahankan kebudayaan yang berasal dari leluhurnya, baik bentuk bangunan, gaya hidup dan lain sebagainya. Kampung Naga terletak dekat dari jalan utama yang menghubungkan Garut dan Tasikmalaya, dari jalan raya tersebut ke lokasi bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan, sudah termasuk jalan kaki memasuki kampung. Baca Selanjutnya..
Gunung Galunggung.
Gakunggung merupakan salah satu gunung api ter aktif yang ada di dataran sunda. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1994, sedangkan letusan dasyat terakhir terjadi pada tahun 1982 disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Letusan gunung api dasyat yang sampai menimbulkan halilintar ini menampilkan pemandangan spektakuler yang didokumentasikan oleh dinas geologi amerika serikat. Baca Selanjutnya..
Pantai Pangandaran.
Pangandaran adalah sebuah kota kecil dan sebuah kecamatan di selatan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Indonesia. Hal ini terletak di pantai selatan Jawa. Pangandaran adalah tujuan wisata yang populer, terutama di kalangan pekerja asing / expatriate. Pangandaran memiliki pantai yang dianggap sebagai salah satu yang terbaik di Jawa dan memiliki ombak yang cocok untuk berselancar. Baca Selanjutnya..
Green Canyon
berjarak ± 31 km dari Pangandaran. Objek wisata ini merupakan aliran sungai Cijulang yang menembus gua dengan stalaktit dan stalaknit yang mempesona serta diapit oleh dua bukit dengan bebatuan dan rimbunnya pepohonan menyajikan atraksi alam yang khas dan menantang. Baca Selanjutnya..
Mesjid Agung Manonjaya
Berlokasi di Desa Manonjaya sekitar 12 km dari pusat kota Tasikmalaya. Mesjid Agung Manonjaya dibangun sekitar tahun 1832 pada masa kerajaan Sukapura Kerajaan Sukapura yang meupakan cikal bakal berdirinya Tasikmalaya, yaitu oleh Raden Tumenggung Danuningrat.
Pantai Cipatujah
Sebuah pantai indah dengan hamparan pasir putih yang terletak di laut selatan Tasikmalaya. Pemandangan pantai yang indah & pasir putih yang menghampar luas cocok untuk anda yang senang bermain di pinggir pantai, juga terdapat muara sungai Cipatujah yang sangat cocok untuk wisata memancing.
Pantai Sindangkerta
Salah satu pantai di selatan Tasikmalaya, berjarak hanya sekitar 4 Km dari pantai Cipatujah. Pantai ini sebenarnya merupakan taman laut yang indah & luas, bawalah perlengkapan snorkeling supaya anda bisa menikmatinya. Di bulan-bulan tertentu pantau ini juga disinggahi oleh penyu-penyu hijau raksasa yang akan bertelur di tempat di mana mereka dilahirkan dahulu.
Pantai Pamayangsari
Pantai ini merupakan pelabuhan nelayan Tasikmalaya. Atraksi menarik di pantai ini terjadi pada waktu diadakan pesta laut oleh nelayan-nelayan setempat. Karena letaknya berdekatan dengan pantai Sindangkerta, tempat ini juga digunakan sebagai penangkaran penyu hijau.
Pantai Karangtawulan
Merupakan salah satu pantai berkarang yang curam. Sekitar 300 m dari bibir pantai terdapat beberapa atol atau pulau karang yang pada musim tertentu dihuni oleh berbagai jenis burung. Berlokasi di desa Cimanuk kecamatan Cikalong, sekitar 97 Km dari pusat kota Tasikmalaya atau sekitar 40 Km dari pantai Pangandaran. Sekitar 100 meter ke arah timur pantai Karangtawulan terdapat makam keramat Syech Abdul Rohman dan makam Eyang Garuda Ngupuk. Di sebelahnya terdapat Goa Parat dan Goa Lalay.
Lokasi Ziarah Pamijahan
Lokasi khas ziarah Pamijahan memiliki luas sekitar 25 Hektar, terletak di desa Pamijahan kecamatan Bantarkalong, berjarak sekitar 65 Km dari pusat kota Tasikmalaya ke arah Selatan. Di lokasi ziarah ini terdapat makam Waliyulloh Syekh Abdul Muchyi, yakni salah seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Barat. Disamping itu juga masih terdapat makam-makam lainnya.
Perkebunan Teh Taraju
Perkebunan teh dengan luas 8.027 Hektar merupakan objek wisata pegunungan yang mencakup 5 kecamatan yakni Taraju, Bojonggambir, Culamega, Salawu dan Sodonghilir. Berjarak sekitar 45 Km dari pusat kota Tasikmalaya. Panorama alam yang indah dan udara yang sejuk merupakan ciri khas perkebunan teh Taraju.
Sungai Cilangla dan Curug Dengdeng.
Curug atau air terjun Dengdeng di sungai Cilangka merupakan salah satu objek wisata air yang alamiah dan sangat mempesona di Tasikmalaya. Di sini anda dapat meikmati indahnya air terjun berundak dan keindahan alam yang masih perawan. Berlokasi di desa Cikawunggading kecamatan Cipatujah, berjarak sekitar 85 Km dari pusat kota Tasikmalaya.