09 Januari 2010

POTENSI AIR BERSIH DI KAWASAN SEGARA ANAKAN

Abstrak
Indonesia adalah Negara tropis yang hanya memiliki dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan yang tinggi. Kondisi seperti ini menjadikan Indonesia Negara yang melimpah cadanga airnya, tidak akan mengalami kekeringan maupun kesulitan untuk mendapatkan air bersih bagi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini berbadning terbalik dengan kenyataan yang ada, masih ada daerah yang kekeringan dan kesulitan untuk mendapatka air bersih bagi kebutuhan seharai-hari. Fakta ini terjadi pula di kawasan Segara Anakan, dimana Kawasan Segara Anakan memiliki badan air yang luas yang memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai tempat hijrahnya ikan-ikan di perairan selatan Jawa, namun penduduk di Kawasan Segara Anakan kesulitan untuk mendapatkan air bersih, hal ini diperparah lagi dengan tingginya tingkat sedimentasi dikawasan tersebut sehingga ekosistem Segara Anakan menjadi rusak bahkan nyaris punah.
Kata kunci : sedimentasi, kebutuhan air.

1. Pendahuluan
Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Bumi ini memiliki persediaan air yang sangat banyak, namun yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari terutama untuk minum hanyalah sekitar 5% saja untuk memenuhi kebutuhan air penduduk bumi saat ini. Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan cadangan air terbesar yaitu 15.500 m3/kapita/tahun, sedangkan cadangan air dunia berada pada angka 8000 m3/kapita/tahun. Jika mengacu pada angka diatas maka Indonesia tidak seharusnya kekurangan cadangan air. Tapi pada faktanya, terutama di pulau jawa krisis air terjadi setiap tahun. Ketersediaan air di Pulau Jawa sebesar 1.750 m3/kapita/tahun, di bawah standar kecukupan minimal yaitu 2.000 m3/kapita/tahun. Pada tahun 2020 jumlah ini diperkirakan akan semakin menurun hingga 1.200 m3/kapita/tahun. Pada tahun 2019 diperkirakan jumlah penduduk perkotaan mencapai 150,2 juta jiwa dengan konsumsi per kapita sebesar 125 liter, sehingga kebutuhan air akan mencapai 18,775 miliar liter/hari. Kebutuhan air untuk industri akan melonjak sebesar 700% pada 2025. Untuk perumahan naik rata-rata 65% dan untuk produksi pangan naik 100% (LIPI).
Krisis kebutuhan air inipun melanda salah satu kecamatan di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Saat ini krisis air bersih yang melanda Kabupaten Cilacap Jawa Tengah semakin parah terutama di Kawasan Segara Anakan Kecamatan Kampung Laut. Warga dari empat desa di Kawasan Segara Anakan, semakin sulit memperoleh air besih yaitu Desa Ujungalang, Ujunggagak, Karanganyar, dan Panikel dengan Total penduduk kampung laut tidak kurang dari 15.000 jiwa dan hanya bergantung pada satu mata air yaitu di daerah Nusakambangan, padahal desa-desa ini dikelilingi perairan dan hutan mangrove, yang mana hutan mangrove ini salah satu hutan terluas di dunia setelah Brazil. Sejak tahun 1980-an sedimentasi di Segara Anakan mulai terlihat jelas dan sampai saat ini sedimentasi terus berlangsung sehingga mengakibatkan bertambah luasnya daratan yang mengakibatkan terjadi pertambahan penduduk dan berpengaruh pada tingginya kebutuhan air bersih.

2. Standar Kebutuhan Air
Standar kelayakan kebutuhan air bersih adalah 49,5 liter/kapita/hari. Untuk kebutuhan tubuh manusia air yang diperlukan adalah 2,5 lt perhari. Standar kebutuhan air pada manusia biasanya mengikuti rumus 30 cc per kilo gram berat badan per hari. Artinya, jika seseorang dengan berat badan 60 kg, maka kebutuhan air tiap harinya sebanyak 1.800 cc atau 1,8 liter. Badan dunia UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu sebesar 60 ltr/org/hari. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi standar kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut:
a. Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter / per kapita / hari.
b. Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter / per kapita / hari.
c. Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter / per kapita / hari.
d. Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter / per kapita / hari.
e. Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter / per kapita / hari.
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa: “Standar Kebutuhan Pokok Air Minum adalah kebutuhan air sebesar 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari, atau sebesar satuan volume lainnya yang ditetapkan Iebih lanjut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air”. Untuk kebutuhan air minum nasional data dari Departemen Pekerjaan Umum menunjukkan, bahwa kebutuhan air minum nasional sebanyak 272.107 liter per detik, sedangkan kapasitas air minum eksistingnya sebanyak 105.000 liter perdetik.

3. Potensi air daerah penelitian
curah hujan rata-rata tertinggi di Kabupaten Cilacap terjadi pada bulan Desember (488 mm) dan terendah bulan Juli (43 mm). Dan rata-rata curah hujan 2940 mm/tahun dengan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember sebanyak 21 hari, sedangkan hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Juli sebanyak 2 hari, sedangkan pada bulan Agustus tidak terjadi hujan. Suhu maximum 32,30o C terjadi pada bulan Mei, suhu minimum 30,20 o C terjadi pada bulan Agustus.

Potensi air merupakan jumlah air yang tersedia, berupa air permukaan dan air tanah yang dinyatakan dalam satuan waktu satu tahun. Data diatas dapat dihitung hubungan antara potensi dengan curah hujan dan kondisi rumah.


4. Kebutuhan Air Cilacap
Berdasarkan standar kebutuhan air tersebut diatas, Kecamatan Kampung Laut dengan jumlah penduduk 14.907 jiwa, dapat dihitung kebutuhan air penduduk di Kawasan segara anakan dengan mengacu pada standar kebutuhan air tersebut, yaitu :
Kebutuhan air = 42 liter x 14.907 orang
= 626.094 liter/hari = 125 tangki 5000 L/hari
= 228.524.310 L/tahun = 45.705 tangki 5000 L/tahun Untuk tahun 2007


5. Proyeksi 10 tahun yang akan datang
Kebutuhan air bersih masyarakat Kawasan Segara Anakan pada 10 tahun yang akan datang atau pada tahun 2018 sangat bergantung pada dua faktor utama, yaitu sedimentasi sebesar 64,73 ha/tahun (PPGL) dan juga peningkatan jumlah penduduk.
Tahun 2010 laguna Segara Anakan telah menjadi daratan total tanpa ada lagi badan air, sehingga penduduk akan bertambah banyak baik itu penduduk asli aupun ditambah dengan penduduk pendatang. Jika mengacu pada laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2007 yaitu sebesar 2,7% dan angka laju pertumbuhan tersebut dianggap tetap hingga tahun 2017, maka jumlah penduduk di Segara Anakan akan berjumlah 19.458 jiwa. Sehingga proyeksi kebutuhan air bersih di kawasan segara anakan pada tahun 2017 yaitu sebesar 298.288.m3 dengan perhitungan.
Kebutuhan air = 42 liter x 19.458 orang
= 817.229 L/hari = 163 tangki 5000 L/hari
= 298.288.728 L/tahun = 59.658 tangki 5000 L/thn(2017)

6. Upaya Pemecahan Masalah
A. Low Solution
1) Pengambilan air secara langsung
Cara ini dianggap paling efektif dilakukan pada waktu sekarang ini, yaitu dengan mengambil air ke sumber air yaitu di pulau Nusakambangan dengan menggunakan media Compreng. Teknik ini memiliki banyak kekurangan jika dilakukan untuk jangka 10 tahun kedepan, diantaranya adalah biaya sewa perahu yang sangat mahal antara Rp 20.000 – Rp 50.000 per perahu setiap kali angkut air sebesar 500 liter, hal ini dikarenakan tingginya beban BBM. Teknik seperti ini pun akan hilang dan berhenti dengan sendirinya, seiring dengan tingginya tingkat sedimentasi. Jika prediksi pada tahun 2010 segara anakan akan menjadi daratan, maka pada tahun yang sama teknik ini sudah tidak dapat lagi digunakan, dan jika masih belum ditemukan solusi penggantinya, maka pada tahun yang sama masyarakat akan mengalami kekurangan air yang sangat besar.
2) Sumur
Pembuatan sumur yang dilakukan warga mengalami kendala yang sangat besar, yaitu sumur yang telah digali hingga 11 meter tapi masih belum di dapatkan air, dan kalaupun air didapatkan, air tersebbut sudah terakontaminasi oleh air laut sehingga berasa payau bahkan ada yang berasa asin.
3) Menampung air Hujan
Teknik ini merupakan teknik sederhana dan sangat ramah lingkungan, dan dapat berlangsung lama tanpa terpengaruh perubahan Segara Anakan yang diprediksi akn menjadi daratan pada tahun 2010. Tapi, teknik ini sangat bergantung pada alam, karena hanya dapat berfungsi pada musim hujan saja. Teknik ini dilakukan dengan cara membuat penampungan air hujan berupa bak penampungan maupun talang penangkapan air, kemudian air tersebut di alirkan ke tempat penampungan air. Teknik ini saudah dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat segara anakan.
B. Medium Solution
Medium solution merupakan alternative pemecahan masalah menengah dalam pemenuhan kebutuhan air di sagara anakan. Dalam hal ini yang termasuk kedalam medium solution diantaranya:
1) Tangki terapung
Pengadaan tangki air bersih terapung dari PDAM. Penduduk Kampung laut biasa mendapatkan air dengan biaya Rp 30.000,-/500liter air atau penduduk sekitar biasanya menyebut satu fiber, yang digunakan oleh 4 orang dan dapat mencukupi hingga 3 hari. Hal ini sama dengan setiap jiwa menggunakan air sebanyak 42 L/hari atau seharga Rp 2520,-/hari/ jiwa. Jika menggunakan tangki terapung yang berkapasitas 5000 liter maka untuk memenuhi kebutuhan air warga yang berjumlah lebih kurang 14.907 jiwa dibutuhkan air bersih sebanyak 630.000 liter/per hari atau setara dengan 126 tangki air. 1 tangki air biasanya di jual dengan harga Rp 85.000,- di daerah Jawa Barat, Jika 1 tangki air di Cilacap diasumsikan dua kali lipat harga di jawa Barat sekitar Rp 170.000,- per 5000 liter, maka setiap 1 liter setara dengan Rp 34,-. Jika setiap jiwa di asumsikan sama yaitu mengkonsumsi air sebanyak 42 liter per hari, maka setiap jiwa hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp 1428,-/hari dengan menggunakan tangki terapung atau lebih irit Rp 1092,-/hari dari pada mengambil sendiri ke Nusa Kambangan atau lebih hemat sekitar 44% dari biaya dengan mengambil sendiri ke Nusa kambangan.
2) Sumur Bor
Percobaan pembuatan sumur bor pernah dilakukan oleh warga yang didukung oleh pemerintah setempat, tapi hasilnya nihil, pemboran yang sudah dilakukan lebih dari 20 meter belum menghasilkan air dan kalaupun ada air, sumur bor tersebut berasa payau bahkan asin. Pemboran ini dilakukan didaerah dusun mekarsari desa Panikel yang merupakan wilayah tanah timbul, sehingga jika di buat sumur bor dilokasi tersebut jelas akan terkontaminasi oleh air laut.
C. High Solution
High solution merupakan solusi yang memiliki hubungan dan campur tangan pemerintah secara penuh dalam upaya pemenuhan kebutuhan air lokal setempat. High solution yang sedang direncanakan adalah pembuatan pipa PDAM bawah laut, yang berasal baik dari cilacap maupun dari Nusakambangan ataupun dari daerah Kawunganten. Pipa tersebut dibuat dan ditanam di bawah laut yang bersumber dari reservoir PDAM, yang disalurkan ke semua daerah tujuan baik secara langsung ke masing-masing rumah warga maupun disalurkan ke bak penampungan air yang berada di pusat dusun sehingga semua warga bisa mengambil. Tapi solusi ini memiliki beberapa hambatan diantaranya, debit air yang dapt disalurkan PDAM ketika musim kemarau sangat terbatas, dikarenakan kondisi sungai serayu yang menjadi sumber air PDAM sudah mulai berkurang debitnya, selain itu biaya instalasi pipa PDAM yang memakan biaya yang tidak sedikit.



7. Penutup
Sebagai suatu kawasan unik bukan hanya di Indonesia melainkan di dunia, layaknya Segara Anakan harus diperlakukan secara khusus, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. sedimentasi yang tingggi mengakibatkan multiproblem yang pemecahannya tidak mudah untuk dilakukan. Masalah yang paling sulit adalah pemenuhan kebutuhan air bersih. Sebagai upaya untuk menutupi kekurangan air bersih bagi penduduk diKawasan Segara Anakan, maka dapat dilakukan sebagai program jangka pendek diantaranya adalah memaksimalkan potensi air hujan. Dengan curah hujan rata-rata pertahun sebesar 2940 mm, maka setiap m2 lahan dapat menampung air hujan kurang lebih 3 m3, cara ini selain mudah dilakukan juga biaya yang dikeluarkan juga minimal.
Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, maka kebutuhan air bersih pun akan terus meningkat, sebenarnya potensi air bersih diKawasan Segara Anakan masih cukup besar, baik yang berasal dari potensi air hujan maupun potensi air yang berada di gua-gua dan sungai bawah tanah di pulau nusakambangan. Akan tetapi dalam pemanfaatannya masih kurang optimal sehingga kekurangan air bersih akan terus terjadi.


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. 1997. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakrta: Rieneka Cipta.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Diktat Geomorfologi. Klasifikasi Satuan dan Detil Geomorfologi.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.
Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat 8.
Seyhan Ersin, 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Soekardi, R. Nota Singkat Tentang Penyediaan Air Di Daerah Cilacap Dan Gombong. Pusat Djawatan Geologi Bagian Geo – Hidrologi.
Sosrodarsono Suryono, 1987. “Hidrologi Untuk Pengairan” Jakarta : PT Pradnya Paramita
Survey Sosial Ekonomi Rumah Tangga Daerah (SUSEDA) Di Kawasan Segara Anakan .2007. Kerjasama Badan Pengelolaan Kawasan Segara Anakan Cilacap Dengan BPS Kabupaten Cilacap.
http://ciptakarya.pu.go.id/_pam/MDG/About%20MDG.htm http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=16610

Oleh: Agus Riswandi (Geografi'05)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar