Studi Karakteristik Aktivitas Vulkanis Gunungapi Merbabu Berdasarkan Kondisi
Geomorfologi, Distribusi Material Vulkanis, dan Catatan Aktivitasnya
Alva Kurniawan1
Abstraksi
Gunungapi Merbabu merupakan gunungapi yang menyimpan banyak misteri karena
aktivitasnya tidak banyak diketahui oleh ahli vulkanologi. Sedikitnya data yang ada tentang
aktivitas Gunungapi Merbabu menyebabkan karakteristik aktivitas Gunungapi Merbabu belum
bisa dinyatakan secara pasti. Studi tentang karakteristik Gunungapi Merbabu diperlukan untuk
mempelajari sifat aktivitas vulkanis Gunungapi Merebabu sehingga tindakan-tindakan prevensi
jatuhnya korban (jiwa dan harta) dan mitigasi bencana dapat dilakukan sedini mungkin. Metode
yang digunakan dalam penulisan adalah dengan studi pustaka terhadap beberapa referensi yang
menjelaskan tentang kondisi geomorfologi, distribusi material vulkanis, dan catatan aktivitas
Gunungapi Merbabu. Berdasarkan hasil analisis, tipe erupsi Gunungapi Merbabu merupakan tipe
vulkanian dengan masa dorman yang panjang. Erupsi dahsyat sebagai bagian dari proses
pembentukan kaldera dapat terjadi pada Gunungapi Merbabu dimana masa dorman yang panjang
dan perubahan sifat magma yang merupakan ciri awal menuju proses pembentukan kaldera telah
terjadi di Gunungapi Merbabu. Studi lebih lanjut diperlukan untuk melengkapi, memperkuat, dan
menyanggah hasil analisis yang dikemukakan dalam makalah ini.
Kata kunci: aktivitas, gunungapi, karakteristik, Merbabu, geomorfologi, vulkanis.
2
1. Pendahuluan
Gunungapi Merbabu merupakan gunungapi yang menyimpan banyak misteri
karena aktivitasnya tidak banyak diketahui oleh ahli vulkanologi. Sedikitnya data yang
ada tentang aktivitas Gunungapi Merbabu menyebabkan karakteristik aktivitas
Gunungapi Merbabu belum bisa dinyatakan secara pasti. Gunungapi Merbabu juga sudah
lama tidak menunjukkan aktivitasnya sehingga oleh sebagian besar masyarakat
Gunungapi Merbabu telah dianggap sebagai gunungapi yang tidak aktif lagi. Namun pada
kenyataannya anggapan masyarakat tentang ketidakaktifan Gunungapi Merbabu belum
dapat dibuktikan secara ilmiah karena Gunungapi Merbabu belum menunjukkan ciri
aktivitas post vulkanis yang mencirikan suatu gunungapi yang akan berhenti aktivitasnya
secara total. Ciri yang ada pada Gunungapi Merbabu sama sekali belum menunjukkan
cirri aktivitas post vulkanis sehingga saat ini Gunungapi Merbabu dikategorikan dalam
gunungapi dorman atau gunungapi yang sedang dalam masa istirahat.
Aktif kembalinya Gunungapi Merbabu dapat membahayakan masyarakat sekitar
yang telah menganggap Gunungapi Merbabu sebagai gunungapi yang tidak aktif.
Material erupsi yang dihasilkan Gunungapi Merbabu dapat merusak pemukimanpemukiman
di lereng-lereng Gunungapi Merbabu serta dapat membahayakan nyawa
penduduk sekitar Gunungapi Merbabu.
Studi tentang karakteristik Gunungapi Merbabu diperlukan untuk mempelajari
sifat aktivitas vulkanis Gunungapi Merebabu sehingga tindakan-tindakan prevensi
Gambar 1. Gunungapi Merbabu dilihat dari Salatiga (kiri)
dan salah satu puncak Gunungapi Merbabu (kanan).
3
jatuhnya korban (jiwa dan harta) dan mitigasi bencana dapat dilakukan sedini mungkin.
Tindakan yang tepat diwaktu yang tepat akan memberikan hasil yang optimal
dibandingkan dengan tindakan yang tepat dalam waktu yang tidak tepat sehingga
pemahaman tentang waktu akan terjadinya atau waktu kemungkinan terjadinya kenaikan
aktivitas Gunungapi Merbabu yang mungkin dapat berakhir pada erupsi yang
membahayakan sangat diperlukan.
2. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah dengan studi pustaka terhadap
beberapa referensi yang menjelaskan tentang kondisi geomorfologi, distribusi material
vulkanis, dan catatan aktivitas Gunungapi Merbabu. Analisis kondisi geomorfologi
dilakukan untuk mendiskripsikan proses yang terjadi pada Gunungapi Merbabu dimana
bentukan permukaan dengan susunan batuan tertentu akan dapat mencirikan suatu proses
tertentu. Analisis sebaran material vulkanis dilakukan untuk mengetahui luasan areal
yang terpengaruh oleh aktivitas Gunungapi Merbabu yang berkaitan erat dengan sifat
erupsi Gunungapi Merbabu. Hasil analisis proses yang bekerja pada Gunungapi Merbabu
dan sebaran material vulkanisnya kemudian dibandingkan dan dikorelasikan dengan
catatan hasil erupsi Gunungapi Merbabu.
3. Geomorfologi Gunungapi Merbabu
Gunungapi Merbabu merupakan suatu gunungapi tipe stratovulkano yang terletak
pada 7° 26` 38`` S dan 110° 26` 38`` E dengan elevasi 3142 m dpal (Puncak Kenteng
Solo). Gunungapi Merbabu memiliki tiga puncak yaitu Puncak Antena (2800 m dpal),
Puncak Syarif (3119 m dpal), dan Puncak Kenteng Solo (3142 m dpal). Gunungapi
Merbabu memiliki 5 kawah yaitu Kawah Rebab, Kawah Kombang, Kawah Kendang,
Kawah Candradimuko, dan Kawah Sambernyowo.
4
Bemmelen (1970) mendiskripsikan bahwa unit bentuklahan di Gunungapi
Merbabu terbagi dalam:
1. Kerucut Gunungapi Merbabu
Secara umum terdiri atas material lava basalto-andesitik dan breksia. Material
tersebut terdistribusi secara radial dengan radius 4,59-5,814 km di sekeliling
Gunungapi Merbabu.
2. Kawah Gunungapi Merbabu
Terdapat dua kawah yaitu Kawah Bancen dan Kawah Candradimuka pada elvasi
sekitar 2885 m dpal, ekskalasi gas hydrogen sulfide terjadi dengan lemah pada
kedua kawah tersebut.
3. Graben Sektoral Gunungapi Merbabu
Graben sektoral Gunungapi Merbabu merupakan Graben Sektor radial yang
kemungkinan terbentuk saat pembentukan kubah Gunungapi Merbabu. Saat lava
plug menyumbat saluran magma utama maka tubuh Gunungapi tertekan ke atas
membentuk kubah. Graben pada Gunungapi Merbabu terdiri atas Graben Sari
(timur-tenggara dan barat-barat laut), Graben Guyangan (selatan-barat daya dan
utara-timur), dan Graben Sipendok (barat laut dan timur-tenggara).
Gambar 2. Letak Gunungapi Merbabu (segitiga merah
dalam lingkaran merah)
5
4. Pusat Erupsi Kopeng dan Kajor
Pusat erupsi yang mengeluarkan lava ke arah Kopeng dan Kajor terletak pada
puncak sebelah selatan Merbabu dengan elevasi kurang lebih 2500-2100 m dpal.
5. Aliran Lava Termuda Merbabu
Aliran lava termuda Merbabu berasal dari pusat erupsi yang berada sepanjang
garis utara ke barat laut dan selatan ke tenggara membentuk zona transversal dari
zona aktivitas volkanis dari Ungaran ke Merapi. Aliran lava ke utara adalah aliran
Lava Kopeng sedangkan aliran lava ke selatan adalah aliran Lava Kadjor.
6. Kaki Gunungapi Merbabu
Kaki Gunungapi Merbabu secara umum tersusun dari breksia-lahar dan sisipan
leleran lava.
7. Tanah Tinggi Kopeng
Terletak di sebelah barat laut Gunungapi Merbabu. Permukaan tanah tertutup oleh
abu Gunungapi Merbabu.
Gambar 3. Fisiografi Gunungapi
Merbabu.
6
Bentuk Gunungapi Merbabu memanjang utara ke selatan. Puncak Gunungapi
Merbabu juga berbentuk memanjang utara ke selatan. Kawah pada puncak Merbabu
berbentuk huruf U menghadap ke arah baratlaut. Sebelah utara Gunungapi Merbabu
terdapat serangkaian Gunungapi yang telah berada pada fase extinct yaitu (berurutan dari
yang terdekat dengan Gunungapi Merbabu) Gunungapi Andong, Kompleks Gunungapi
Soropati (Gunungapi Telomoyo dan Gunungapi Kendil), dan Gunungapi Ungaran. Pada
sebelah barat Gunungapi Merbabu terdapat Gunungapi Sumbing. Pada sebelah timur
Gunungapi Merbabu terdapat Gunungapi Lawu. Patahan memotong Gunungapi Merbabu
dari selatan ke utara. Patahan di sebelah barat kawah Gunungapi Merbabu lebih banyak
dibandingkan sebelah timur kawah dan tersusun saling sejajar. Lereng sebelah utara
melandai hingga bertemu dengan kompleks Gunungapi Soropati dan Gunungapi Andong.
Lereng sebelah timur melandai terus hingga ke arah timur. Lereng Sebelah barat
melandai hingga bertemu dengan lereng Gunung Sumbing. Lereng sebelah selatan
langsung bertemu dengan lereng sebelah utara Gunungapi Merapi. Terdapat aliran lava
ke arah utara, selatan, dan sedikit di sebelah timur laut pada Gunungapi Merbabu.
Gambar 4. Topografi Gunungapi Merbabu.
7
Bemmelen (1970) mendiskripsikan bahwa struktur Gunungapi Merbabu yang
lebih tua, menunjukkan celah melintang pada puncaknya dengan arah utara ke barat laut
dan selatan ke tenggara. Melalui celah tersebut aliran lava muda (Kopeng Lava Flow)
mengalir ke arah utara dan ke arah selatan (Kajor Lava Flow). Kerucut gunungapi
Merbabu muda lebih muda dibandingkan Soropati (di sebelah utara), dan seumur dengan
material Merapi tua (di sebelah selatan). Struktur Merbabu yang lebih tua (seumur
dengan Formasi Notopuro atau sekitar pleistosen awal) kemungkinan tertutup
sepenuhnya oleh kerucut Gunungapi saat ini.
Batuan penyusun Gunungapi Merbabu secara umum terdiri atas endapan
piroklastika dan leleran lava. Pada lereng-lereng Gunungapi Merbabu ditemukan leleran
lava andesitis dan basaltis, terdapat juga endapan pasir yang masih segar dan mudah
lepas. Verbeek (1986) menemukan aliran lava basaltis pada sungai-sungai kecil di
Gunungapi Merbabu. Berdasarkan penelitian Neuman Van Padang (1951) batuan
penyusun Merbabu terdiri atas basalt (tersusun dari mineral olivin-augit), andesit dengan
mineral augit, serta andesit dengan mineral hornblen-hipersten-augit.
4. Distribusi Material Vulkanis Gunungapi Merbabu.
Gambar 5. Salah satu
celah di Gunungapi
Merbabu
8
Material hasil aktivitas Gunungapi Merbabu terbagi menjadi 2 kelompok material
yaitu material piroklastika dan material leleran lava. Material piroklastika terdistribusi
dari radius 5,5 hingga 23,7 km. Endapan piroklasitika tebal hasil erupsi Gunungapi
Merbabu ditemukan di Jrakah dimana terdapat 12 lapis endapan piroklastika dengan
tanah hasil lapukan yang sangat tebal. Leleren lava (lava flow) muda terdapat pada 3
sektor yaitu sektor utara, selatan, dan timur laut. Leleran lava sektor utara terdapat di
daerah Kopeng sedangkan leleran lava sektor selatan terdapat di daerah Kajor. Leleran
lava di sektor timur laut membentuk morfologi bukit yang disebut Gunung Macanan.
Leleran lava di Kopeng membentuk pematang besar lidah lava. Leleran lava tua
ditemukan di daerah Selo dimana leleran lava tersebut telah mengalami pelapukan tingkat
lanjut.
5. Catatan Aktivitas Vulkanis Gunungapi Merbabu
Gambar 6. Cakupan areal sebaran
material vulkanis Gunungapi Merbabu.
9
Catatan aktivitas vulkanis Gunungapi Merbabu mengacu pada catatan
Kusumadinata (1979) dan Van Hinloopen Labberton (1921, p. 154-158). Menurut Van
Hinloopen Labberton (1921), Aktivitas terakhir dari Gunungapi Merbabu tercatat pada
tahun 1797 M, namun kebenaran dari informasi Van Hinloopen Labberton tersebut
diragukan karena tidak ada sumber lain yang menyebutkan tentang adanya aktivitas dari
Gunungapi Merbabu. Kusumadinata (1979) juga menuliskan tentang tahun terjadinya
kenaikan aktivitas vulkanis Gunungapi Merbabu yaitu pada tahun 1560, 1570, dan 1797
M, namun sayangnya catatan tersebut juga masih diragukan kebenarannya. Sedikit dan
meragukannya data tentang aktivitas Gunungapi Merbabu menyebabkan Kusumadinata
(1979) tidak menggolongkan Gunungapi Merbabu dalam kelompok Gunungapi Tipe A.
6. Analisis Karakteristik Aktivitas Vulkanis Gunungapi Merbabu
Endapan material piroklastis dan leleran lava hasil aktivitas Gunungapi Merbabu
menunjukkan bahwa tipe erupsi Gunungapi Merbabu merupakan tipe vulkanian atau tipe
erupsi campuran. Gunungapi yang aktivitas vulkanisnya juga menghasilkan material
leleran lava dan piroklastika adalah Gunungapi Merapi. Kesamaan material dari
Gunungapi Merbabu dan Gunungapi Merapi dapat dijadikan dasar pertimbangan bahwa
kemungkinan aktivitas Gunungapi Merbabu tidak jauh beda dengan aktivitas Gunungapi
Merapi.
Terjadi perubahan komposisi material utama dari material hasil erupsi Gunungapi
Merbabu yang dapat dijadikan dasar untuk menyatakan bahwa telah terjadi perubahan
sifat material hasil erupsi Gunungapi Merbabu. Material Gunungapi Merbabu pada
awalnya memiliki komposisi basaltis yang menunjukkan sifat magma yang cenderung
basa. Hasil erupsi Gunungapi Merbabu termuda berupa lava flow Kopeng dan Kajor
ternyata memiliki komposisi material utama yang berbeda yaitu andesitik yang
menunjukkan sifat magma yang intermedier. Perubahan sifat magma dari basa ke
intermedier menunjukkan bahwa kemungkinan terjadi kecenderungan perubahan sifat
magma ke arah asam.
Mengacu pada data Kusumadinata (1970) dan Van Hinloopen Labberton (1921),
dengan asumsi bahwa data tersebut tidak diragukan kebenarannya maka aktivitas
10
vulkanis Gunungapi Merbabu memiliki masa dorman atau masa istirahat yang lama yaitu
10 hingga 227 tahun. Berdasarkan catatan aktivitas terakhir yaitu pada tahun 1797 (Van
Hinloopen Labberton, 1921) maka hingga saat ini Gunungapi Merbabu telah dorman
selama 212 tahun.
Karakterisktik Gunungapi di Indonesia dengan masa dorman yang panjang
cenderung memiliki sejarah letusan yang eksplosif misalnya Gunungapi Galunggung,
Gunungapi Krakatau, Gunungapi Tambora, Gunungapi Agung, dan lain-lain. Masa
dorman yang panjang dan perubahan sifat magma yang ditandai dengan perubahan
komposisi mineral penyusun batuan beku dari basa ke asam dapat mencirikan suatu
proses gunungapi yang menuju pada pembentukan kaldera seperti yang dialami oleh
Gunungapi Krakatau, Gunungapi Galunggung, Gunungapi Tambora, dan lain sebagainya.
Kemungkinan besar saat ini Gunungapi Merbabu tengah berada pada fase pembentukan
kaldera karena telah dorman dalam waktu yang panjang dan mulai terjadinya perubahan
komposisi batuan beku. Masa dorman yang panjang dapat menyebabkan uniformitas
distribusi air pada dapur magma (Bullard, 1984) yang menyebabkan deformasi tubuh
gunungapi ke segala arah yang berakhir dengan hempasan tubuh gunungapi yang paling
rapuh. Sifat magma yang semakin asam menyebabkan magma memiliki viskositas yang
semakin tinggi sehingga daya dorongnya semakin kuat. Kembali aktifnya Gunungapi
Merbabu sewaktu-waktu harus diwaspadai karena letusan eksplosif dapat saja terjadi
terutama saat kandungan air dalam dapur magma telah jenuh dan magmanya telah
bersifat asam-ultra asam (dasit-riolitik).
7. Kesimpulan dan Rekomendasi
Karakteristik aktivitas vulkanis Gunungapi Merbabu dianalisis berdasarkan
geomorfologi, distribusi material vulkanis, dan catatan aktivitas vulkanis. Berdasarkan
material hasil erupsi yang terdiri dari material leleran lava dan piroklastika, maka tipe
erupsi Gunungapi Merbabu tergolong dalam tipe vulkanian. Karakteristik erupsi
Gunungapi Merbabu kemungkinan sama dengan Gunungapi Merapi karena kesamaan
material hasil erupsi yaitu berupa leleran lava dan piroklastika. Masa dorman yang
panjang dan perubahan sifat magma Gunungapi Merbabu dapat dijadikan suatu pertanda
11
bahwa Gunungapi Merbabu mungkin sedang menuju pada proses pembentukan kaldera.
Catatan aktivitas Gunungapi Merbabu yang ada dan digunakan untuk penulisan makalah
ini diragukan kebenarannya sehingga perlu adanya penelitian selanjutnya untuk
melengkapi, memperkuat, bahkan menyanggah hasil penelitian yang dikemukanan pada
makalah ini.
8. Daftar Pustaka
Brun, A. 1911. Recherces sur I' Exhalasion Volcanique. Geological Magasine.
pp.268,311.
Bullard, F. M. 1984. Volcanoes of the Earth. Austin: University of Texas Press.
Escher, B.G. 1933. On a classification of central eruption according to gas pressure of
the magma and viscosity of the lava; On the character of the Merapi eruption in
Central Java. Overdruk uit Leidsche Geologische Mededeelingen, VI-1, h. 45-58.
Hartmann, M. A. 1935. Die Ausbruche des G. Merapi (Mittel Java) bis zum jahre 1883,
Mineralogie, Geologie, und Palaontologie. 75/B: 127-62.
Hendrasto. 1992. Gunungapi Merbabu dalam Edisi Khusus, Berita Berkala Vulkanologi.
Bandung: Arsip Direktorat Vulkanologi.
Kusumadinata, K. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Bandung: Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum dan Direktorat Vulkanologi.
Junghun, F. 1858. Java Second Division (terjemahan). Bandung: Arsip Direktorat
Vulkanologi.
Mac Donald, G. A. 1972. Volcanoes. New York: Prentice Hall.
Rahardjo, Wartono, Sukandarrumidi, H.M.D. Rosidi. 1995. Peta Geologi Bersistem
Lembar Yogyakarta (1407-5 dan 1408-2). Bandung: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Rittman, A. 1962. Volcanoes and their Activity. New York: Wiley.
Rittman, A, L Rittman. 1976. Volcanoes. London: Orbis.
12
Stehn, Ch. E. 1929. The Geology and Volcanism of the Krakatau Group. Proc. 4th Pac.
Sci. Cong., (Batavia),p. 1-55.
Stehn, Ch. E. 1935. Volcanic phenomena during the months of January, February and
March 1934. Bull Netherl Ind Volc Surv 67:73-86.
Thanden, R.E., H. Sumadirdja, P. W. Richards, K. Sutisna, T.C. Amin. 1996. Peta
Geologi Bersistem Lembar Magelang-Semarang (1408-5). Bandung: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi.
Van Padang M, Neuman. 1931. Der Ausbruch des Merapi (Mittel Java) im Jahre 1930. Z
Vulkanol 14:135-148.
Van Padang M, Neuman. 1931. Volcanic phenomena during the months of November and
December 1930. Bull Netherl Ind Volc Surv 39-40:39-44.
Van Padang M, Neuman. 1933. Overdruk uit het tydschrift van het Koninklijk Nederl.
Aardrijkskindig genootschap. Vol. XLIX-2, pp. 225–241.
Van Padang M, Neuman. 1933. De Uitbarsting van den Merapi (Midden Java) in de jaren
1930-1931. Vulkanol Seismol Meded 12:1-116.
Van Padang M, N. 1951. Catalogue of Volcanic Activity and Solfatara Fields.
Verbeek, R. D. M. 1896. The Merbaboe, Java en Madoera (terjemahan). Bandung: Arsip
Direktorat Vulkanologi.
Van Bemmelen, R. W. 1970. The Geology of Indonesia 2nd Edition. The Hague: Martinus
Nj Hoff. (Chapter V Geological Evolution of Physiographic Unit, Subchapter B The
Circum-Sunda Orogenic System, Section Java, figure 271 p.560).
Van Bemmelen, R. W. 1970. The Geology of Indonesia 2nd Edition. The Hague: Martinus
Nj Hoff. (Chapter V Geological Evolution of Physiographic Unit, Subchapter B The
Circum-Sunda Orogenic System, Section Java p.562).
Van Bemmelen, R. W. 1970. The Geology of Indonesia 2nd Edition. The Hague: Martinus
Nj Hoff. (Chapter V Geological Evolution of Physiographic Unit, Subchapter B The
Circum-Sunda Orogenic System, Section Java, figure 274 p.563
Tidak ada komentar:
Posting Komentar