Menuju Shalat Sempurna وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ "Jadikanlah sabar dan shalat sebaga
Salah satu kesalahan yang tercatat oleh Abu Ubaidah Masyhur dalam bukunya "Koreksi Atas Kekeliruan Praktek Ibadah Shalat", adalah tidak menggerakkan lisan ketika shalat. Semua doa, dzikir dan takbir dalam shalat hanya dibaca dalam hati. Inilah kesalahan yang patut kita hindari.
Mengapa terjadi shalat ngebut? Ruku secepat angin, itidal secepat kilat, sujud secepat unggas, duduk antara sujud secepat melatuk? Penyebab satu-satunya adalah : karena tidak menggerakkan lisan saat membaca doa! Betul, karena membaca doa yang seharusnya membutuhkan 20 detik jika dengan menggerakkan lisan, tapi dapat dicapai hanya dalam 3 detik saja jika membacanya di dalam hati. Betul, kan?
Membaca doa dengan menggerakkan lisan sampai terdengar telinga sendiri (tidak mengganggu konsentrasi orang lain), selain untuk menghindari shalat ngebut, tentu saja berfungsi untuk meningkatkan kekhusyuan. Sebab dengan cara ini, lisan, pendengaran, fikiran dan hati punya "pekerjaan" untuk memperhatikan doa, sehingga dapat mengurangi gangguan. Bacaan shalat akan lebih mudah dihayati dan lebih syahdu. Bagi peshalat yang ngebut, bagaimana mungkin dia bisa menghayati bacaan?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gerakkan lisanmu, maka:
Lisan yang semula menganggur, sekarang bekerja untuk melafadzkan doa
Telinga yang semula pasif, kini menjadi aktif untuk mendengarkan doa
Fikiran yang semula melamun, dapat terpakai untuk memperhatikan doa
Hati yang semula hampa, bisa menjadi syahdu karena menghayati doa
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gerakkan lisanmu, Insya_allah dapat meningkatkan kekhusyuan shalat kita. Cobalah!
Shalat adalah penghambaan dan doa. Inti doa dalam shalat, kita panjatkan pada Allah
saat duduk antara dua sujud. Duduk antara dua sujud disebut juga dengan "Duduk Permohonan", karena dalam duduk tersebut, seorang hamba memohon kepada sang Maha Pemurah dengan tujuh permohonan penting, yaitu:
- Ampunan
- Belas kasihan
- Kecukupan
- Derajat yang tinggi
- Rizki
- Petunjuk
- Kesehatan
"Rabbighfirlii, warhamni, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii, wahdinii, wa'aafinii"
Ya Allah, ampunilah dosaku, dan belas kasihanilah aku, dan cukupkanlah kekuranganku, dan tinggikanlah derajatku, dan berilah aku rizki, dan berilah aku petunjuk, dan berilah aku kesehatan. Dapat ditambahkan dengan wa'fuannii (dan maafkanlah aku)
Tujuh permohonan tersebut merupakan kebutuhan pokok manusia untuk kebaikan
hidup di dunia (fi dunya hasanah) dan kebaikan hidup di akhirat (wa fil akhirati hasanah).
Berapa detik duduk permohonan anda?
Banyak di antara kita belum memahami hakikat duduk antara dua sujud ini (duduk permohonan untuk 7 kebutuhan pokok dunia-akhirat). Karenanya, mereka meremehkannya. Ini terbukti dengan masih banyaknya peshalat yang sama sekali tidak menghayati duduk antara, mereka melakukannya hanya dalam 3 - 5 detik saja. Padahal, untuk dapat menghayati nikmat dan pentingnya model duduk ciptaan Allah ini, dan untuk dapat menghayati tujuh ratapan permohonan kebutuhan pokok dalam duduk ini dibutuhkan sekitar 20 detik!
Kalau duduk permohonan kita hanya 5 detik, membaca doa secepat kilat, tanpa ratapan, tanpa harapan, tanpa penghayatan, tanpa ruh... pantaskah kita mengharap tujuh permohonan kita dikabulkan?
Mari berintrospeksi, apakah kita sudah cukup memberi penghayatan pada setiap gerak dan bacaan shalat yang kita lakukan? Mari selalu berusaha menuju shalat yang lebih baik.
Lakukan sekarang! Baca "Rabbighfirli warhamni..." dengan kecepatan seperti ketika anda shalat, ukur waktunya. Perbaiki bacaan tersebut dengan lebih menghayati artinya, dan ukur sekali lagi waktunya. Rasakan bedanya...
Niat adalah salah satu rukun shalat. Inilah yang merupakan ruh dan kunci keberhasilan shalat yang kita lakukan. Dalam definisi fiqih, niat adalah memiliki sesuatu yang diinginkan kemudian diikuti dengan tindakan yang sungguh-sungguh untuk meraihnya. Karena itu, niat dalam shalat harus benar-benar mendapat perhatian dan dihayati.
Untuk dapat menghayati kita perlu memahami hakikatnya, merasakan dengan penuh kesadaran dan menikmatinya dengan penuh kebahagiaan. Itulah mengapa, niat tidak cukup hanya berupa keinginan dalam hati, tapi harus diikuti dengan tindakan yang sungguh-sungguh mencerminkan keinginannya.
Niat, eksistensinya tidak hanya berada di awal pekerjaan tapi tetap terus terjaga sampai akhir pekerjaan.
Pernahkah anda mengikuti atau melihat lomba bawa kelereng dalam sendok yang tergigit? Jika anda hanya punya niat mengikuti, tanpa disertai dengan usaha untuk membawanya dengan hati-hati, anda berjalan sembarangan atau bahkan berlari cepat, apa yang terjadi? Kelerengnya pasti jatuh, bukan? Dan anda dinyatakan gagal! Demikian pula jika niat anda hanya di awal saja. Di tengah perjalanan anda tidak menjaga niatnya, bahkan anda sampai lupa sedang mengerjakan apa. Maka inipun tentu akan berakibat kegagalan.
Sebelum berlomba kita harus mengerti benar apa yang akan kita lakukan. Aturan mainnya tahu persis, dan tahu hadiah yang akan diterima jika berhasil. Setelah perlombaan dimulai, kita harus tetap sadar bahwa kita sedang mengikuti lomba kelereng dan harus hati-hati membawanya sampai perlombaan selesai.
Demikian juga saat mengerjakan shalat. Pastikan kita mengetahui hakikat shalat, tahu tata caranya yang benar dan tahu manfaatnya bagi kita. Setelah shalat dimulai, kita harus tetap sadar bahwa kita sedang shalat dan terus disadarinya pada setiap gerakan dan bacaan sampai shalat selesai.
Inilah yang dimaksud dengan menghayati niat. Niat tidak hanya tumbuh di awal shalat, kemudian mati di tengah perjalanan. Tapi, niat harus tetap hayat (hidup) sepanjang kita mengerjakan shalat.
Pernahkah disadari bahwa sebenarnya saat ini anda dalam keadaan PALING BAHAYA karena “MISKIN” ? Benar! Karena jika anda tidak shalat berjamaah di masjid, “Gaji” anda sangat kecil, hanya 1/27 atau 3,7% ...
Semoga kita tidak meninggal dalam "Kemiskinan" itu..., naudzubillah. Inilah KEMISKINAN SEJATI, yang melanda mayoritas penduduk negeri ini... yang juga tengah melanda diri anda, bukan? Kemiskinan sejati, penyebab SESAL & GENTAR di yaumul hisab. Kemiskinan sejati, menyeret menuju puncak kesengsaraan di HAWIYAH !
“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas” (QS Al Qariah : 8-11)
Rumah megah, mobil mewah, harta berlimpah tapi tidak shalat berjamaah?! Andalah orang miskin sejati itu... Hanya 1/27 itulah bekal anda menuju "Hari Perhitungan"!
Bacaan sholat jika dipahami dengan baik, tentu akan lebih memberikan dampak positif bagi pelakunya. Setelah takbirotul ikhrom, kita menyatakan 5 ikrar mulia dalam doa iftitah (doa pembuka) sebagai berikut:
1. Memuji Allah yang Maha Besar dan Maha Suci
Allohu akbar kabiro walhamdulillahi katsiro wasubhanallohi bukrota wa ashila
"Alloh Maha Besar, lagi sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Alloh sebanyak-
banyaknya. Maha Suci Alloh sepanjang pagi dan petang.
2. Menghadap Alloh dengan lurus dan berserah diri
Wajjahtu wajhiya lilladzi fathorosamawati wal ardh hanifa muslima
"Kuhadapkan wajahku kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi; dengan lurus dan berserah diri."
3. Penegasan bukan orang musyrik
Wama ana minal musyrikin
"Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik."
4. Memahami hakikat seorang hamba
Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamti lillahi robbil alamin
"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Alloh Tuhan
semesta alam."
5. Penegasan untuk tidak musyrik, dari seorang muslim
Laa syarikalahu wabidzalika umirtu wa ana minal muslimin
"Tidak ada sekutu bagi-Nya, karena itu aku diperintahkan (untuk tidak menyeku-
tukan-Nya). Dan aku adalah dari golongan orang-orang muslim".
Manifestasi dalam kehidupan terhadap 5 ikrar mulia tersebut adalah:
1. Dzikrulloh, selalu ingat kepada Alloh yang Maha Besar, Maha Terpuji dan Maha Suci
2. Yakin akan keberadaan dan kedekatan Alloh, pasrah terhadap ketetapan-Nya
3. Tidak menyekutukan Alloh: tidak ada yang lebih ditakuti/dipentingkan selain Alloh
4. Ikhlas, semua semata-mata karena Alloh
5. La ilaha illalloh, tidak menjadikan selain Alloh sebagai tuhan
Inilah 5 ikrar mulia yang setiap saat kita kemukakan kepada Allah. Ya Alloh, berilah kami pemahaman, dan berikan kami kekuatan untuk memanifestasikan ikrar kami ini. Berilah kami kebaikan di dunia, berilah kami kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari azab neraka. Amin.
Shalat adalah sebuah kebutuhan primer bagi seorang hamba untuk mengingat, menghadap dan berkomunikasi dengan Sang Khaliq. Setelah takbiratul ikhram, dalam iftitah sang hamba mengutarakan: "Kuhadapkan muka hatiku kepada dzat yang menciptakan langit dan bumi...".
Selanjutnya, tatkala seorang hamba membaca Al Fatihah, Allah langsung memberikan jawaban sebagaimana tertuang dalam hadits sbb:
Nabi SAW bersabda, Allah SWT berfirman, "Shalat itu Kubagi dua antara Aku dan hamba-Ku. Untuk hamba-Ku ialah apa yang dimintanya. Apabila ia mengucapkan “Alhamdulillahi rabbil alamin” , maka Aku menjawab hamba-Ku memuji-Ku. Apabila ia mengucapkan “Arrahmaanirrahiim”, maka Aku menjawab hamba-Ku menyanjung-Ku, Apabila ia mengucapkan “Maaliki yaumiddiin”, maka Aku menjawab hamba-Ku mengagungkan-Ku, Apabila ia mengucapkan “Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin”, maka Aku menjawab inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dimintanya. Apabila ia mengucapkan “Ihdinashirratal mustaqim, shiratalladzina anamta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin”, maka Aku menjawab inilah bagian hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dimintanya”(HR Muslim).
Karena itulah, Al Fatihah hendaknya dibaca ayat demi ayat (tidak menyambung dua ayat atau lebih). Hal ini juga dicontohkan Rasul: "Kemudian beliau SAW membaca Al-Fatihah, beliau memenggalnya ayat demi ayat..." (HR Abu Dawud).
Ketika membaca Al Fatihah, yang perlu kita lakukan adalah:
1. Memahami kandungan arti surat Al Fatihah, ayat demi ayat
2. Mengetahui dan merasakan jawaban Allah pada ayat demi ayat yang kita baca
3. Meyakini bahwa jawaban Allah akan segera terwujud buat kita
Poin 1,2,3 di atas tentu saja dapat kita capai, asal mau berlatih. Jika artikel ini hanya kita baca, tanpa dibarengi dengan latihan sama sekali, jangan harap kita memperoleh perubahan kualitas dalam shalat yang kita lakukan!
Mari kita berlatih keras untuk menggapai 3 poin di atas sekarang juga! Semoga shalat kita lebih berarti, dan lebih terasa memberikan kedekatan dengan-Nya...
Amin
Adzan, bukanlah sekedar tanda masuknya waktu shalat...! Adzan adalah panggilan Allah sang Maha Besar. Sabda Nabi: “Jika engkau mendengar suara adzan, maka penuhilah panggilan Allah itu” (HR Thabrani).
Coba kita bayangkan:
Bagaimana seandainya kita dipanggil oleh walikota untuk menerima penghargaan?
Apakah perasaan kita biasa-biasa saja, kemudian datang dengan pakaian seadanya
serta tidak berusaha untuk datang tepat waktu? Pasti tidak! Wong ini adalah
undangan yang sangat menyenangkan. Kita akan membeli pakaian dan sepatu baru,
khusus untuk menghadiri undangan tersebut dan sok pasti datang menepati waktu
yang ditentukan!
Nah, bagaimana pula seandainya kita dipanggil oleh gubernur, atau bahkan presiden
untuk diberi penghargaan? Tentu akan lebih bergembira dan akan mempersiapkan
diri lebih baik, bukan? Dan, bagaimanakah jika kita dipanggil sang Maha Raja untuk
diberi penghargaan dan hadiah yang sangat agung?
Ingatlah sekali lagi: adzan adalah panggilan Allah sang Maha Raja, bukan panggilan
manusia.
Agar lebih termotivasi ketika mendengar adzan, pahami makna adzan sbb:
"Allahu akbar Allahu akbar"
Allah Maha Besar memanggilku untuk menerima hadiah besar
"Asyhadu anlaa ilaaha illallah"
Aku bersaksi tiada yang lebih penting dari panggilan Allah ini
"Asyhadu anna Muhammadan rasuulullah:
Aku bersaksi nabi Muhammad adalah panutan yg selalu memenuhi panggilan ini
"Hayya alasholah"
Yaitu panggilan shalat berjamaah di masjid
"Hayya alal falah"
Untuk menjemput hadiah kemenangan (kenaikan 27x, naik derajat, hapus dosa, dll)!
"Allahu akbar allahu akbar"
Allah Maha Besar memanggilku untuk menerima hadiah besar
"Laa ilaaha illallah"
Tiada yang lebih penting dari panggilan Allah ini!
Semoga tips ini akan membawa paradigma dan semangat baru bagi kita. Amin.
Usaha untuk meraih shalat khusyu sangat penting, karena shalat khusyu itu luar biasa nikmat dan menyenangkan. Jika khusyu tidak berhasil diraih, tentu shalat menjadi rutinitas yang menjemukan. Shalat menjadi beban harian, bahkan menjadi siksaan. Tidak inginkah kita keluar dari penderitaan ini?
Jika orang lain dapat menghadirkan ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan melalui teraphy, meditasi dan sejenisnya, maka shalat lebih mampu mendatangkan lebih dahsyat dari itu. Contoh nyata adalah sayidina Ali yang tidak merasakan sakit sedikitpun ketika anak panah yang menancapnya dicabut saat melaksanakan shalat. Hal ini hanya dapat dijelaskan dengan satu alasan: shalat mampu membuat jauh lebih tenang, jauh lebih nyaman dan jauh lebih bahagia dibanding teraphy atau meditasi manapun. Anda tentu setuju, bukan?
Shalat adalah rangkaian gerakan dan posisi tubuh yang diciptakan Allah. Allah sang pencipta manusia pasti tahu persis "teraphy" yang paling cocok dan bermanfaat untuk manusia. Itulah shalat, sebuah rangkaian cara yang merupakan anugerah dari Allah untuk memperbaiki tubuh dan hati manusia, untuk kebahagiaan manusia. Bukti bahwa shalat adalah anugerah Allah untuk kebahagian manusia dapat kita temui dalam QS Al Muminun : “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu yang khusyu’ dalam shalatnya”. Tidak dapat disangkal bahwa orang yang beruntung pasti mengalami ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan.
Ayat di atas juga memberi kepastian bahwa shalat khusyu adalah anugerah untuk seluruh mukmin, untuk kita semua. Bukan hanya untuk para Nabi, sahabat dan orang-orang pilihan.
Perlu dipahami bahwa kisah Sayidina Ali di atas adalah salah satu bukti kenikmatan shalat khusyu. Bukti tersebut, tentu bukanlah sebagai satu-satunya kriteria shalat khusyu. Kalau kita anggap shalat khusyu harus seperti itu, maka kita akan merasa bahwa shalat khusyu amat sulit dijangkau. Bukankah Allah telah berjanji tidak akan membebani kita, kecuali kita disanggupkan-Nya? Kita akan mendapatkan kadar kenikmatan shalat khusyu yang berbeda-beda, sesuai dengan ilmu dan keseriusan usaha kita masing-masing. Sesuai sabda Rasul: "Sesungguhnya ada seseorang yang mengerjakan shalat dimana dia tidak mendapatkan nilai shalatnya kecuali 1/10, 1/9, 1/8, 1/6, 1/5, 1/4, 1/3, atau 1/2-nya" (HR Abu Daud, Nasai).
KESIMPULAN: Shalat khusyu adalah anugerah Allah untuk kita semua, bukan hanya untuk orang tertentu. Kita akan merasakan kenikmatan shalat khusyu sesuai dengan ilmu dan keseriusan usaha kita dalam meraihnya.
Strategi Meraih Shalat Khusyu' , adalah buku ketiga dari trilogi Menuju Shalat Sempurna.
Shalat, tapi hanya sekedar menggugurkan kewajiban? Menjemukan & menjadi beban? Tergesa-gesa dan terasa tawar bin hambar? Anda menjadi orang yang sangat rugi, karena selalu tersiksa 5x/hari seumur hidup. Betulkah demikian...?
Jika demikian, anda tidak ada pilihan lain kecuali mencoba belajar dan mempraktekkan Strategi Meraih Shalat Khusyu' agar shalat terasa lebih nikmat, dan lebih memberikan manfaat bagi hati dan tubuh. Yakinlah, Shalat Khusyu’ adalah anugerah Allah untuk setiap hambanya.
Shalat khusyu' bukan hanya milik para Nabi, kita semua dapat meraihnya. Asal tahu caranya...
Strategi Membangun Kebiasaan Shalat Berjamaah, adalah buku kedua dari trilogi Menuju Shalat Sempurna.
Pernahkah disadari bahwa sebenarnya saat ini anda dalam keadaan PALING BAHAYA karena “MISKIN” ? Benar! Karena jika anda tidak shalat berjamaah di masjid, “Gaji” anda sangat kecil, hanya 1/27 atau 3,7% ...
Semoga kita tidak meninggal dalam "Kemiskinan" itu..., naudzubillah. Inilah KEMISKINAN SEJATI, yang melanda mayoritas penduduk negeri ini... yang juga tengah melanda diri anda, bukan? Kemiskinan sejati, penyebab SESAL & GENTAR di yaumul hisab. Kemiskinan sejati, menyeret menuju puncak kesengsaraan di HAWIYAH !
“Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas” (QS Al Qariah : 8-11)
Renungkan: Rumah megah, mobil mewah, harta berlimpah tapi tidak shalat berjamaah?! Andalah orang miskin sejati itu...
SHALAT BERJAMAAH PAHALANYA LEBIH TINGGI 27 DERAJAT DIBANDING SHALAT SENDIRI (HR BUKHARI -MUSLIM). Raih segera "Kenaikan Gaji" 27x lipat dengan shalat berjamaah di masjid! Shalat berjamaah adalah KEKAYAAN SEJATI, kekayaan yang dibawa mati untuk kebahagiaan abadi. JADILAH ORANG KAYA SEJATI !
Sudahkah anda istiqamah sehari 5x shalat berjamaah di masjid/shalat tepat waktu? Jika belum, anda wajib membaca buku ini!
PENTING! Bagi yang pernah mendengar bahwa wanita lebih baik shalat di rumah, hal itu hanya berlaku jika dilakukan di awal waktu. Masalah yang berbahaya adalah, kebanyakan wanita yang shalat di rumah ternyata tidak shalat tepat waktu. Bahkan tidak sedikit yang cenderung untuk mengakhirkannya. Dalam hal ini, maka wanita harus shalat berjamaah di masjid demi menjaga shalat di awal waktu.
Selain itu, wanita juga punya peranan sangat penting dalam membangun kebiasaan shalat berjamaah bagi keluarganya. Karena itu, buku Strategi Membangun Kebiasaan Shalat Berjamaah harus benar-benar dipelajari oleh siapapun, termasuk bagi kaum wanita.
Melihat Shalat Nabi, adalah buku pertama dari trilogi Menuju Shalat Sempurna.
Sudahkah shalat dengan tata cara yang benar? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab “Ya”, apabila anda sudah pernah melihat Nabi dalam mengerjakan shalat. Sebagaimana sabda Nabi: “Shalatlah anda sebagaimana anda MELIHAT AKU SHALAT” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad).
Sudahkah anda melihat Nabi shalat.......??? Sungguh, amat banyak di antara kita menjawab “Belum”. Termasuk juga anda, bukan?
“Melihat Aku Shalat ” dalam hadits di atas adalah Melihat Shalat Nabi. Agar dapat mengerjakan shalat dengan BENAR, seperti telah melihat Nabi SAW mengerjakan shalat.
Melihat Shalat Nabi , adalah melihat hadits tiap “Gerakan” dan “Bacaan” shalat yang dicontohkan Nabi. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui hadits Nabi tentang cara berdiri dalam shalat; hadits Nabi tentang cara mengangkat tangan saat takbir (arah telapak tangan, keadaan jari-jari, ketinggian telapak tangan); dan seluruh hadits gerakan shalat lainnya hingga akhir shalat.
Coba anda uji diri sendiri dengan satu pertanyaan saja: "Kemanakah arah jari-jari kaki dan arah telapak tangan pada saat takbiratul ikhram?"
Ingat, jawaban anda diragukan kebenarannya jika tidak berlandaskan hadits. Dapat dipastikan, jika anda belum pernah belajar shalat dengan benar (Melihat Shalat Nabi), pasti tata cara shalat anda masih banyak yang keliru. Jangan heran, kalau banyak orang yang merasa baru bangun dari tidur panjangnya selama ini setelah “Melihat Shalat Nabi”, karena selama ini mereka tidak sadar akan kesalahannya. Tata cara shalat mereka masih seperti yang mereka peroleh sejak kecil.
Ketahuilah, bahwa arah jari-jari kaki ketika berdiri dalam shalat adalah menghadap kiblat! Pada saat takbiratul ikhram, telapak tangan juga diarahkan ke kiblat. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi SAW (lihat haditsnya dalam buku). Coba anda perhatikan, berapa banyak kira-kira orang yang masih keliru dalam hal ini (jari kaki menghadap serong kiri & kanan, dan telapak tangan tidak ke arah kiblat)? Ternyata masih sangat banyak orang yang keliru, bukan? Apakah termasuk anda sendiri..? Penulis selalu menjumpai kekeliruan ini di mana-mana. Kenapa demikian, tidak lain karena mereka belum pernah melihat shalat Nabi. Itu baru takbiratul ikhram... permulaan shalat. Bagaimana dengan gerakan-gerakan shalat selanjutnya?
Buku Melihat Shalat Nabi Insya_allah menuntun kita ke arah shalat yang benar, sesuai yang Nabi contohkan. Sangat mudah dipahami karena menyajikan foto-foto gerak/posisi shalat yang benar dari mulai cara berdiri, takbiratul ikhram hingga salam. Masing-masing gerak dan posisi seluruh anggota tubuh dijelaskan berdasarkan hadits-hadits Nabi yang shahih, sehingga kita amat yakin akan kebenarannya. Juga dicantumkan macam-macam alternatif gerak yang pernah dicontohkan oleh Nabi. Buku ini juga mencantumkan seluruh bacaan shalat beserta artinya kata demi kata, agar makna shalat dapat dipahami lebih baik.
Waspadalah, shalat adalah perkara pertama yang dihisab di hari kebangkitan! “Barangsiapa yang baik (diterima) shalatnya, maka baik (diterima) pula segala amalan yang lain, dan barangsiapa yang rusak (ditolak) shalatnya, maka rusak (ditolak) pula segala amalan lainnya” (HR Thabarani).
Apakah cara shalat anda sudah dikalibrasi (dibandingkan) dengan shalat Nabi? Bagaimana kalau shalat anda ditolak karena tidak pernah belajar Shalat Nabi?
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
“Shalatnya seorang pria berjamaah pahalanya 25 derajat dibanding sendirian di rumah atau di pasar, yang demikian itu karena jika ia berwudhu dengan sempurna kemudian ia keluar rumah dengan satu tujuan shalat berjamaah di masjid, maka setiap langkahnya mengangkat satu derajat dan diampuni satu dosanya, dan selama ia di majelis shalat tanpa hadats didoakan para malaikat, “Ya Allah, ampunilah ia dan rahmatilah ia”, dan dianggap mengerjakan shalat sepanjang menunggu waktu shalat” (HR Bukhari Muslim).
“Doa yang dipanjatkan oleh seseorang di antara waktu adzan dan iqamat, tidak akan ditolak” (HR Abu Daud, Tirmidzi).
Fadilah shalat berjamaah, menurut dua hadits di atas adalah:
* Pahalanya sangat agung, 25 derajat (Menurut ahli hadits, yang 25 derajat hanya shalat Dhuhur & Ashar).
* Tiap langkah menuju masjid, jika sudah dalam keadaan berwudhu, kedudukannya naik satu derajat dan diampuni satu dosa. Jika jarak ke masjid 200M dan satu langkah adalah 40 cm, maka setiap shalat berjamaah di masjid kita memiliki 500 langkah berharga. Artinya, dalam satu hari (5 kali ke masjid) ada kenaikan 2.500 derajat, sekaligus ada 2.500 dosa yang diampuni!
* Didoakan malaikat agar mendapat ampunan dan rahmat
* Dicatat melakukan shalat selama menunggu iqamat
* Ada waktu mustajabah (doa yang tidak ditolak) antara adzan dan iqamat
Mengingat betapa besarnya penghargaan terhadap perjalanan seseorang dalam mendatangi masjid untuk shalat berjamaah, Rasulullah SAW melarang sahabat yang hendak berpindah rumah mendekati masjid.
Dari Jabir, katanya : “Keadaan di sekitar masjid terasa sangat sunyi, lalu Bani Salimah punya keinginan pindah rumah ke dekat masjid. Lalu hal ini terdengar oleh Nabi SAW, dan sabdanya : “Kudengar kalian akan pindah mendekati masjid?” Jawab mereka: “Benar ya Rasul, kami punya keinginan demikian. Kemudian nabi bersabda: “Hai bani Salimah, tetaplah kamu bertempat tinggal di kampungmu, sebab langkah perjalananmu ke masjid bakal dicatat dalam amalmu” (diulang dua kali). Akhirnya mereka berkata: “Oleh sebab itulah kami tiada berkeinginan pindah dari kampung kami”. (HR Muslim)
Tips & trik penting untuk menjaring fadilah secara maksimal:
* Berwudhu di rumah sebelum berangkat ke masjid.
“… jika ia ia berwudhu dengan sempurna kemudian ia keluar rumah dengan satu tujuan shalat berjamaah di masjid, maka setiap langkahnya ...”
Maksudnya, langkah yang berfadilah menaikkan derajat dan ampunan adalah langkah yang dilakukan apabila sudah dalam keadaan suci (berwudhu).
Jadi, orang yang berwudhu di masjid (tidak berwudhu dari rumah) adalah orang yang rugi langkah, karena langkah yang dihitung hanya langkah dari tempat wudhu masjid sampai ke pintu masjid, tidak dihitung dari rumah.
* Datang ke masjid lebih awal, karena selama menunggu waktu iqamat diberi pahala seperti mengerjakan shalat dan didoakan oleh malaikat.
* Memanfaatkan waktu mustajabah (antara adzan dan iqamat) sebaik-baiknya, yaitu dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Kesempatan ini nilainya sama dengan jika kita memanjatkan doa di Raudhah Masjid Nabawi, yang juga merupakan tempat mustajabah untuk berdoa.
Sering kali kita lihat sebagian muslim ketika shalat tidak menggunakan sutrah, atau bahkan mungkin tidak tahu apa itu sutrah. Tulisan ini mengulas sedikit mengenai hukum sutrah dalam shalat.
APA ITU SUTRAH?
merupakan 'batas' tempat shalat (di depan) kita. Jadi shalat di tengah ruangan yang kosong tidak dibenarkan jika tanpa batas apa pun di depan kita, tepatnya di atas tempat sujud.
MENGAPA HARUS ADA SUTRAH?
Dari Abu Said Al-Khudri RA:
"Jika shalat salah seorang diantara kalian, hendaklah shalat menghadap sutrah dan hendaklah mendekat padanya dan jangan biarkan seorangpun lewat antara dia dengan sutrah. Jika ada seseorang lewat (didepannya) maka perangilah karena dia adalah syaitan". (HR. Ibnu Abi yaibah, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi, sanadnya hasan)
HUKUMNYA WAJIB
Mengomentari hadits Abu Said di atas As-Syaukani berkata: "Padanya (menunjukkan) bahwa memasang sutrah itu adalah wajib". Beliau juga berkata: "Dan kebanyakan hadits- hadits (dalam masalah ini) mengandung perintah dengannya dan dhahir perintah menunjukkan wajib".
BENDA-BENDA YANG BISA DIJADIKAN SUTRAH
Dan kadangkala beliau menjadikan kendaraannya sebagai tabir, lalu sholat dengan menghadap kendaraannya itu. (H.R Bukhari dan Ahmad)
Rasulullah SAW bersabda : "Apabila salah seorang diantara kamu meletakkan semacam ujung pelana di hadapannya, maka hendaklah ia shalat dengan tidak menghiraukan orang yang berlalu di belakangnya (ujung pelana itu)" (H.R Muslim dan Abu Daud)
Diriwayatkan juga bahwa sesekali beliau shalat dengan menghadap ke sebuah pohon. (HR Nasai dan Ahmad, dengan sanad yang shahih).
Kadangkala beliau shalat dengan menghadap ke tempat tidur, sedangkan Aisyah RA berbaring di atasnya -dibawah beludrunya- (Al Bukhari, Muslim, dan Abu Yala (3/1107 -Mushawwaratu l-Maktab)
Rasulullah SAW tidak pernah membiarkan sesuatu berlalu diantara dirinya dengan tabir. Dan pernah beliau shalat, tiba-tiba datanglah seekor kambing berlari di hadapannya, lalu beliau berlomba dengannya hingga beliau menempelkan perutnya ke tabir -dan berlalulah kambing itu di belakang beliau- (Ibnu Khuzaimah di dalam ash-Shahih (1/95/1), Ath-Thabrani (3/104/3), Al-Hakim dan dishahihkan olehnya, dan disepakati oleh Adz-Dzahabi.
Jadi, shalatlah dengan batas sutrah yang jelas. Ada beberapa saran yang bisa kita lakukan untuk menjaga sutrah shalat kita sehari-hari :
1. Shalatlah di shaf paling depan (menghadap tembok, sebagai sutrah)
2. Shalat di belakang tiang masjid
3. Shalat di belakang orang yang sedang shalat
4. Gunakan benda setinggi pelana kuda (sekitar 40 cm) sebagai sutrah
5. Dalam shalat berjamaah, imam harus memiliki sutrah. Makmum pada shaf pertama dianggap telah memiliki sutrah.
Lelaki tidak ada pilihan kecuali harus shalat berjamaah di masjid. Lelaki yang memilih shalat berjamaah di rumah bersama keluarga, juga tidak dibenarkan. Simak hadits berikut:
"Demi Dzat yang diriku ditangan-Nya, aku ingin menghimpun kayu bakar, lalu kusuruh seseorang mengumandangkan adzan shalat, dan kusuruh pula imam memimpin shalat berjamaah, dan kudatangi mereka yang tidak shalat berjamaah, kubakar mereka bersama rumah-rumahnya!" (HR Bukhari – Muslim). Kalimat "bersama rumah-rumahnya", menunjukkan bahwa mereka (laki-laki) tidak boleh shalat di rumah!
Bagi kaum wanita ada dua pilihan, berdasarkan hadits di bawah ini:
"Jangan kamu melarang para wanita (shalat) di masjid, namun rumah mereka sebenarnya lebih baik untuk mereka" (HR. Abu Daud dan Al-Hakim). Hal ini berarti wanita boleh shalat di masjid ataupun di rumah.
Pilihan pertama: Jika wanita memilih shalat berjamaah di masjid pakailah pakaian sopan yang menutup aurat, dan tidak memakai wangi-wangian. "Perempuan mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian dia pergi ke masjid, maka shalatnya tidak diterima sehingga dia mandi" (HR. Ibnu Majah).
Pilihan kedua: Yang dimaksud dengan wanita lebih baik shalat di rumah, hal itu hanya berlaku jika dilakukan tepat waktu. Dari Ibnu Masud RA, dia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, amalan apakah yang paling Allah cintai?, beliau bersabda: Shalat tepat pada waktunya". (HR Bukhari Muslim).
Hati-hati ...!!! Coba kita lihat, berapa banyak wanita yang memilih untuk shalat di rumah tapi tidak shalat tepat waktu! Jika wanita kesulitan shalat tepat waktu di rumah, maka ia lebih baik shalat berjamaah di masjid demi menjaga shalat tepat waktu. Tegasnya, wanita yang memilih shalat berjamaah di masjid jauh lebih baik ketimbang wanita yang memilih shalat di rumah, tapi tidak tepat waktu.
Selain itu, wanita juga harus memberi dorongan kepada suami, ayah, saudara laki-laki dan anak laki-lakinya agar shalat berjamaah di masjid.
Imbalan bagi siapa saja yang memberi dorongan untuk shalat berjamaah di masjid:
“Barangsiapa merintis jalan kebaikan dalam Islam, berarti dia memperoleh pahala (sendiri) dan pahala orang-orang yang mengikuti jalan kebaikan tersebut dengan tiada mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR Muslim).
Konkretnya, jika kaum wanita selalu mengingatkan dan memberi motivasi kepada suami, anak laki-laki, saudara laki-laki, ayah dll untuk shalat berjamaah di masjid, maka ia akan memperoleh sebanyak pahala dari mereka yang berjamaah karena dorongannya itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Inilah peranan penting kaum wanita dalam membangun shalat berjamaah bagi keluarganya. “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS At Tahrim:6).
Barokah Shalat Khusyu
K.H. Abdullah Gymnastiar
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna . (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )
Rosulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )
Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:
Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja. Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast. Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya. Selalu tenag dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi. Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya Rosulullah. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.
Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.
Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.
Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.
Berjamaah di Masjid? … Harus!!!
Kok bisa? Coba simak dialog seorang buta dengan Rasulullah ini :
Seorang buta mengadu pada Rasulullah : “Ya Rasul, tiada yang menuntunku mengantar ke masjid, maka berilah keringanan untukku shalat di rumah”. Kemudian ia diberi keringanan oleh Rasul. Namun ketika ia baru beberapa langkah menuju pulang, Rasulullah memanggilnya kembali: “Adakah kamu mendengar adzan?”. Jawabnya : “Ya, aku mendengarnya”. Sabda Rasul: “karenanya, hendaklah kau penuhi panggilan (adzan) itu”. (HR Muslim)
Jujur, ketika mendengar kutipan hadits di atas saya cukup shock. Apa sih istimewanya shalat berjamaah di masjid hingga Rasul sedemikian ‘keukeuh’ meminta seorang buta melakukannya?
Shalat di Masjid, Banyak Untungnya
Hmmm … pertama : nilainya 27 kali lipat shalat di rumah/sendiri (HR Bukhari-Muslim), ini sudah ribuan kali kita dengar dari (mungkin) ratusan ustadz, guru agama di sekolah hingga ustadz di televisi. Tapi sepertinya selama ini kita (khususnya saya) nggak ‘mudeng’ dan menganggap ini hanya angin lalu, alias nggak penting. Toh kita sudah melakukan shalat lima waktu, lha wong yang shalat bolong-bolong saja masih banyak …
Tapi kalau kita gunakan logika sederhana, pilih mana kita bekerja dengan gaji satu juta dibandingkan dengan gaji 27juta? Orang waras mana yang akan memilih yang hanya 1 juta, ya kan?
Kedua, Jika sebelumnya kita telah berwudhu maka setiap langkah kita menuju ke masjid derajat kita akan dinaikkan 1 derajat serta diampuni 1 dosa (HR Muslim). Luar biasa bukan, bukan hanya dihapuskannya dosa kita, tapi juga dinaikkan derajat kita. Subhanallah. Makin jauh lokasi kita berarti makin oke tuh :).
Ketiga, selama kita berada di masjid malaikat mendoakan kita (HR Bukhari-Muslim). Tahu kan, bahwa mereka adalah mahluk-mahluk suci yang niscaya tak akan tertolak doanya. Kapan lagi kita mendapatkan prestise semacam ini?
Keempat, selama menunggu shalat kita dianggap melakukan shalat. Ck ck ck! Sungguh Maha Pemurah Allah.
Oh ya, satu lagi. Waktu antara adzan dan iqamat ternyata adalah waktu mustajab bagi doa kita, alias doa kita tidak akan tertolak oleh Allah. Great!
Shalat di Masjid, Penting lho!
Hanya orang munafik yang berat melaksanakan shalat berjamaah di Masjid, terutama ketika Subuh dan Ashar (HR Abu Hurairah). Wah ini yang cukup mengerikan buat kita. Apa rela kita menjadi bagian orang-orang munafik, yang bahkan Rasul membenci mereka melebihi kaum kafir. Moga kita bukan bagian dari mereka, amien …
Ini saya kutipkan hadist lainnya …
Seseorang mengadu kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasul, bahwasanya kota Madinah ini banyak binatang buas lagi kejam, yang tentu aku sangat khawatir atas keselamatanku". Rasulullah menjawab : "Adakah kamu mendengar Hayya alash-shalah, hayya alal falah? Kalau mendengarnya maka datanglah untuk memenuhinya” (HR Abu Daud).
Wah, berarti kondisi alam yang berat sekali pun kita tetap harus ke masjid. Apalagi Cuma karena gerimis kecil, bukan halangan lagi ya? Hmmm Moga kita diberikan keringanan langkah dan kemudahan selalu.
Murka Rasul!
Rasulullah bersabda : “ Demi Dzat yang diriku ditangan-Nya, aku ingin menghimpun kayu bakar, lalu kusuruh seseorang mengumandangkan adzan shalat, dan kusuruh pula imam memimpin shalat berjamaah, dan kudatangi mereka yang tidak shalat berjamaah, kubakar mereka bersama rumah-rumahnya!" (HR Bukhari – Muslim)
Aih, besar benar murka Rasul terhadap mereka yang meninggalkan shalat berjamaah. Saya tidak berani berkomentar banyak terhadap hadits ini, terasa sangat gamblang dan jelas aura kemurkaan kekasih Allah ini. Saya sangat merinding begitu mengetahui keberadaan hadits ini. Laa haulaa wa laa quwata illa billah …
Keringanan
Barangsiapa mendengar seruan adzan tetapi tidak dapat memenuhinya tanpa suatu udzur maka shalat yang dikerjakannya tidak akan diterima. Para sahabat bertanya : Apakah udzurnya? Jawab Rasul SAW : ketakutan atau sakit (HR Abu Daud, Ibn Hibban, Ibnu Majah)
Luar biasa ya, mungkin sebelum mengetahui sedemikian pentingnya shalat berjamaah ini kita pasti akan menganggap remeh. Bahkan berlomba-lomba membuat mushala kecil di dalam rumah kita. Ternyata bukan itu yang diinginkan Rasul kita, pasti ada hikmah besar dibalik seruan shalat berjamaah di masjid ini yang belum kita ketahui hingga kini. Apakah ini adalah suatu fasa yang harus kita lewati bagi kebangkitan Islam? Mari kita buktikan bersama. Ayo mulai sekarang aja!
“Sesungguhnya yang meramaikan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.” (QS At Taubah : 18).
“Berapa lama kita belajar Matematika?”
Kita belajar Matemaika minimal tiga belas tahun…, waktu yang amat lama bukan? Ya, karena Matematika minimal diajarkan sejak mulai masuk Play Group sampai SMA. Jika kita kuliah di jurusan Matematika, kemudian setelah lulus menjadi pengajar Matematika, maka kita belajar Matematika sepanjang hidup. Luar biasa.
Nah, pertanyaan selanjutnya adalah:
“Berapa lama kita belajar shalat?”, dan…
“Sampai sejauh mana kita belajar shalat?”
Jika kita rela belajar Matematika bertahun-tahun, seharusnya kita rela belajar Shalat lebih dari itu. Bukankah ilmu Shalat jauh lebih penting dari Matematika?
Kalau tidak lulus Matematika, tahun depan masih ada kesempatan.
Kalau tidak lulus Shalat, inilah yang paling berbahaya: MASUK NERAKA, tanpa kesempatan kedua untuk kembali hidup di dunia.
“…dan barangsiapa yang baik (diterima) shalatnya, maka baik (diterima) pula segala amalan yang lain, dan barangsiapa yang rusak (ditolak) shalatnya, maka rusak (ditolak) pula segala amalan lainnya” (HR Thabarani).
Dengan membaca artikel pendek ini, semoga Allah berkenan memberi kita semangat belajar shalat tanpa batas, menuju shalat yang sempurna.
ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH...
Pernahkah anda melihat shalat Nabi? Jika belum, bagaimana anda bisa shalat dengan benar seperti shalatnya Nabi? Apakah anda sudah
memiliki motivasi untuk selalu meraih keagungan pahala shalat
berjamaah di masjid? Atau -khusus- bagi wanita yang memilih shalat
di rumah sudah selalu shalat tepat pada waktunya? Apakah shalat
masih terasa hambar, menjadi beban dan selalu terburu-buru
pelaksanannya karena tidak bisa khusyu?
Belajar shalat harus menjadi prioritas utama, karena: "Amal pertama
yang dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah shalat, dan
barangsiapa yang baik (diterima) shalatnya, maka baik (diterima)
pula segala amalan yang lain, dan barangsiapa yang rusak (ditolak)
shalatnya, maka rusak (ditolak) pula segala amalan lainnya" (HR
Thabarani).
Mari perbaiki dan sempurnakan shalat kita sebelum tiba hari
perhitungan! Pastikan tata cara shalat kita sudah benar, agar
shalat kita syah dan lebih bermanfaat untuk tubuh (dengan cara
shalat Nabi), bernilai tinggi (dengan shalat berjamaah / awal
waktu), bermanfaat untuk hati, tidak menjadi beban dan terasa lebih
nikmat (dengan shalat khusyu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar