24 Juli 2010

Pengetahuan Medan Dan Pengenalan Peta Kompas APLIKASI GOOGLE EARTH

Pengetahuan Medan Dan Pengenalan Peta Kompas

Pengetahuan medan dan peta kompas diberikan sebagai penunjang dalam melaksanakan kegiatan di alam bebas. Pengetahuan ini mutlak diketahui oleh search rescue unit.

Dalam tulisan ini penyajiannya diberikan dalam 4 bagian, yaitu :

1. 4-6 angka grid pada peta dan simbol peta.
2. Pengetahuan bentuk dan nama kenampakan alam dan hubungannya dalam gambar di peta.
3. Bagaimana meletakan peta yang sesuai, mengambil bearing dengan sudut deviasinya, menentukan posisi dengan cross bearing.
4. Merencanakan rute; menentukan jarak dan waktu tempuh melalui peta.

1. Menentukan Posisi dan Simbol di Peta

1.1. Menentukan Posisi

Penunjukan posisi pada peta dengan 4-6 angka; lokasi dapat ditunjukkan dengan koordinat geografi, misalnya lintang selatan dan bujur timur. Ia dapat ditunjukkan dengan memakai grid.

1.2 Simbol peta

Peta merupakan penggambaran alam secara simbolik. Karena itu, sebelum menggunakan peta kita harus memahami simbol peta yang terletak di legenda. Peta yang dipergunakan para pendaki umumnya adalah peta Topografi dengan simbol sebagai berikut (halaman sebelah).

Biasanya peta topografi yang ada sekarang dibuat beberapa puluh tahun yang lalu, sehingga ada kemungkinan perubahan penunjuk arah sebagai akibat pergeseran magnet bumi. Untuk itu harus dilakukan perhitungan deviasi pada peta .

Antara Utara sebenarnya dan Utara Magnetik disebut deklinasi magnetik bumi, yang besarnya berubah setiap saat. Untuk daerah tropik perubahan tersebut sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Tetapi untuk peta daerah sub tropik sampai daerah kutub, perhitungan deviasi peta dijelaskan lebih lanjut dalam menentukan posisi.

2. Pengetahuan bentuk dan nama kenampakan alam dan hubungannya dengan peta.

2.1 Ketinggian

Untuk menggambarkan ketinggian, terdapat dua cara pada peta:

1.Garis kontur
2.Titik ketinggian

gambar 2. garis kontur dan titik ketinggian

2.2. Kontur

Merupakan garis khayal dengan ketinggian yang sama. Untuk membayangkan kita harus dapat membayangkan bentuk 3 dimensi alam dari suatu kontur.

gambar 3. penggambaran kontur

2.3 Bentuk bentuk alam dan gambar dipeta

Lembah dan punggungan

gambar 4. lembah ,punggungan dan perbukitan yang memanjang

Jalan menuju puncak umumnya berada diatas punggung (lihat garis titik-titik) sedangkan disisinya terdapat lembah yang umumnya berisi sungai( lihat garis gelap). Perbukitan yang memanjang di Jawa Barat, umumnya disebut ‘pasir’ seperti misalnya: Pasir Pangrango, Pasir Oray, Pasir Datar,dll.

Plateau
Daerah dataran tinggi yang luas

gambar 5. plateau

Col
Daerah rendah antara dua buah ketinggian.

Saddle
Hampir sama dengan col, tetapi daerah rendahnya luas dan ketinggian yang mengapit tidak terlalu tinggi.

gambar 6. saddle dan pass

Pass
Celah memenjang yang membelah suatu daerah ketinggian.





3. Menentukan posisi dan cross bearing.

3.1 Hitung deviasi pada peta:

A=B+(CxD)

A: Deklinasi magnetis pada saat tertentu.
B: Deklinasi pada tahun pembuatan peta.
C: Selisih tahun pembuatan.
D: Variasi magnetis.

Contoh:
Diketahui bahwa :
- Deklinasi magnetis tahun 1943 (pada saat peta dibuat) adalah: 0° 30'(=B).
- Variasi magnet pertahun: 2'(=D)

Pertanyaan:
Berapa deviasi bila pada peta tersebut digunakan pada tahun 1988?(=A)

Perhitungannya:
A = B + (CxD)
= 0° 30' + {(88-43)x 2'}
= 0° 30' + 90'
=120'
=2º0'

3.2. Mengukur sudut

a. Mengukur dari peta :
Sudut peta - deviasi (jika deviasi keTimur)= sudut kompas.
Sudut peta + deviasi (jika deviasi ke Barat)=sudut kompas.

b. Mengukur dari kompas :
Deviasi Timur: sudut kompas + deviasi = sudut peta.
Deviasi Barat sudut kompas - sudut = sudut peta.

3.3. Setelah mengukur utara kompas, sesuaikan garis bujur dengan utara kompas kurang lebih deviasi.

3.4. Membuat cross bearing

1. Hitung sudut dari dua kenampakan alam atau lebih yang dapat kita kenali di alam dan di peta.
2. Buat garis sudut dengan menghitung deviasi sehingga menjadi sudut peta pada kertas transparan
3. Letakkan di atas peta sesuai dengan kedudukannya.
4. Tumpuklah.

4.Merencanakan rute

1. Pilihlah jalur perjalanan yang mudah dengan memperhatikan sistim kontur.
2. Bayangkan kemiringan lereng dengan memperhatikan kerapatan kontur (makin rapat makin terjal).
3. Hitung jarak datar (perhatikan kemiringan lereng).
4. Hitung waktu tempuh dengan prinsip :
- jalan datar 1 jam untuk kemiringan lebih 4 km
- kemiringan 1 jam tiap kenaikkan 100 m.

Pembagian pengajaran di atas berdasarkan kebutuhan seseorang di alam bebas. Idealnya, dalam melakukan kegiatan di alam bebas seseorang itu dapat menentukan arah, tujuan yang akan dicapai. Dan untuk ini ia butuh mengkomunikasikan lokasi dengan pihak lain. Bisa saja ini dilakukan dengan misalnya : “Saya berada di sebelah pohon karet yang tingginya kira-kira lima kali badan saya”. Cara seperti ini tidak akurat dan juga tidak praktis, salah satu sarana yang dapat dipakai untuk ketepatan komunikasi adalah peta.

Pengetahuan tentang grid point ini, memberikan cara penyampaian yang paling mudah dan akurat. Dan cara penyampaian seperti ini mutlak perlu untuk melakukan Search and Rescue.

Perjalanan di alam bebas, tentu memerlukan juga petunjuk, sama seperti jika anda berada di kota dan mengamati tanda lalu lintas. Petunjuk ini bisa didapatkan pada peta topografi, foto udara, atau laporan perjalanan yang telah lalu. Untuk ini, ditekankan pada peta topografi, karena yang satu ini memberikan data yang paling akurat dan juga paling mungkin didapat.Foto udara bukan merupakan sesuatu yang umum di negara kita, jadi kurang tepat untuk panjang lebar membahas ini walau bagi para pelancong alam bebas di Eropa dan Amerika Utara, hal ini umum dan lebih tepat karena medan salju yang mereka miliki tidak dipetakan secara kontur.

Untuk pengenalan peta topografi, disajikan contohnya serta penekanan pada pemahaman akan simbol yang mewakili benda-benda asli di alam. Pemahaman ini akan dapat membuka kegunaan peta sebagai sumber informasi dan bahkan penentuan rute perjalanan.

Pemakaian peta pada kenyataannya tidak seperti pemakaian dalam ilmu medan yang sering diberikan oleh pelatih dari militer. Tidak setiap saat, dalam perjalanan dengan peta, kompas, dan altimeter (alat pengukur ketinggian), semua perlengkapan ini dikeluarkan dan dipakai. Lebih banyak seseorang itu melakukan pengamatan awal pada peta untuk memahami medan yang akan dihadapi.

Pemahaman akan bentuk wilayah yang akan dilalui, dapat membantu untuk menentukan lokasi serta tujuan anda. Contohnya, dari peta dapat dilihat bahwa di utara anda akan ada sungai besar yang melintang di perjalanan, di satu sisi ada desa, di sisi lain ada bukit. Jika di perjalanan nanti anda berada di tepi sungai, maka anda tahu arah untuk pulang, berarti ke selatan. Menuju desa berarti menyusuri satu sisi. Menuju bukit menyusuri sisi lainnya. Ini contoh sederhana sekali.

Kenyataan alam itu tidak sesederhana contoh diatas. Banyak sekali bentuk alam , dan bahkan lebih banyak yang tidak tergambar di peta skala 1:50.000 yang umumnya kita pakai. Untuk mendaki gunung beberapa kenampakan perlu dipahami di antaranya ; punggungan, lembah, sungai sadel, pass, dan col.

Tetapi ini tidak berarti bahwa kompas ,altimeter serta peta tidak perlu terpakai, dan cukup ditengok bila berangkat dan kemudian ditinggalkan. Pemakaian kompas lebih banyak untuk menentukan posisi awal kita, caranya adalah dengan cross bearing.

Pertama , dalam perjalanan tentu kita akan memasuki wilayah yang tergambar pada peta. Tepatnya ada titik dimana kita berada biasanya sulit ditentukan. Lebih mudah ditentukan bila kita berada di suatu desa dan nama desa itu ada pada peta. Tetapi jika bukan daerah pemukiman, maka pemakaian peta, altimeter, sangat berperan untuk menentukan posisi.

Perjalanan, terutama pendakian gunung lebih sering menggunakan altimeter. Setelah posisi kita sendiri diketahui dan perjalanan yang akan ditempuh telah ditentukan, maka untuk mengecek posisi saat terakhir adalah dengan mencocokkan ketinggian, mengurut jalan kita pada peta, dan melihat garis ketinggian atau ketinggian yang sama. Merencanakan rute sendiri bukan hanya dari peta topografi belaka, bisa juga kita menggunakan laporan yang telah/ pernah dibuat atau bahkan dari pengalaman sebelumnya. Perlu juga pemahaman ini melalui foto, tetapi ini lebih banyak digunakan untuk medan tebing batu atau gunung salju dan daerah yang belum dipetakan, atau belum secara detail (skala besar ), misalnya Irian Jaya.

Pengetahuan medan dan peta kompas ini memiliki keterbatasan hanya pada pengertian medan gunung, lebih terinci lagi pada gunung yang terdapat di daerah rawa, dan dataran tertutup hutan, seperti misalnya Amazon di Brazil. Untuk ini perlu lebih mendalam lagi dengan bacaan atau referensi lain, diskusi atau presentasi hasil perjalanan yang biasanya juga ada uraian tentang medannya.

Jika hanya sebatas gunung, pengetahuan yang disajikan ini dapat menjadi dasar bagi semua orientasi gunung. Variasi pada kenampakan alamnya bisa jauh berbeda pada medan salju, tapi kenampakan utamanya seperti saddle, col, pass, masih bisa terlihat. Sedangkan untuk detailnya harus menambah pengetahuan dari tulisan geomorfologi glasial.

MENGGAMBAR PENAMPANG

Dalam banyak kasus, penggambaran penampang melintang (cross section) dari rute perjalanan mempunyai manfaat yang cukup besar, terutama untuk daerah yang belum pernah dikunjungi.

Penggambaran penampang melintang bertujuan untuk memperlihatkan bentuk topografi dalam tiap segmen. Segmen disini diartikan sebagai titik ketinggian dan jarak. Pada ketinggian berapa keadaan topografi berlereng landai, terjal sampai sangat terjal dan beberapa derajat kemiringan lereng tiap segmen adalah salah satu contoh yang bisa diketahui dari penampang melintang. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggambar penampang adalah:

1. Skala Peta
Semakin kecil skala peta yang digunakan (angka penyebut skala besar ), detil relif yang ditampilkan semakin kurang dalam artian banyak kenampakan yang telah mengalami generalisasi.

2. Skala Vertikal (ketinggian) dan horizontal (jarak sebenarnya) Harus benar-benar proporsional guna mendapatkan penampang yang ideal.

3. Tidak boleh mengabaikan setiap detail medan, seperti adanya lembah,sungai, sadel, puncak bukit/gunung.

Metode penggambaran:

1. Tarik garis transis yang dikehendaki diatas peta, bisa berupa garis lurus maupun mengikuti rute perjalanan
2. Beri tanda (huruf atau angka) pada titik awal dan akhir
3. Buat grafik pada milimeter blok.untuk sumbu x dipakai sekala horizontal dan sumbu y sekala vertikal.
4. Ukur pada peta jarak sebenarnya (jarak pada peta x angka penyebut skala peta) dan ketinggian (beda tinggi) pada jarak yang diukur tadi.
5. Pindahkan setiap angka beda tinggi dan jarak sebenarnya tadi sebanyak-banyaknya pada grafik.
6. Hubungkan setiap titik pada grafik (lihat gambar)

Soal :

1. Unsur-unsur yang dapat disadap dari peta, adalah : (a). Lokasi, (b). Arah, (c). Jarak, (d). Luas, (e). Tinggi/lereng. Dari peta RBI yang anda gunakan, berikan contoh pengukuran unsur-unsur tersebut.
2. Salah satu fungsi peta adalah untuk menggambarkan distribusi spasial fenomena geografi. Dari peta RBI Yang anda gunakan, lakukan analisis peta yang menunjukkan contoh fungsi peta sebagai gambaran distribusi spasial.
3. Lakukan analisis peta RBI yang anda gunakan, yang menunjukkan contoh fungsi peta sebagai alat analisis spasial (hubungan spasial, serta pola spasial berbagai fenomena geografi).
4. Diskripsikan, bagaimana kondisi fisik daerah yang tergambar pada peta anda.

Jawab :

Unsur-unsur yang dapat disadap dari peta RBI Lembar Kaliurang

1. Lokasi

Lokasi absolut adalah lokasi yang ditunjukkan oleh sistem Grid ataupun Graticulle (letak astronomis). Berikut adalah contoh pengukurannya :

Mencari letak titik E :

1

Titik E terletak diantara 07034’30” S dan 07035’00”S

Perhitungan :

Diket : X1 : 1,7 cm, X2 : 3,7 cm

Jadi : 34’30” + (x 30”)

+ (0,46 x 30”)

+ 13,8” (dibulatkan menjadi 14”)

34’30” + 14” = 34’44”

jadi letaknya berada pada 07034’44” S

Titik E terletak diantara 110025’30” T dan 110026’00”T

Diket : Y1 : 2,2 cm, Y2 : 3,7 cm

Jadi : 25’30” + (x 30”)

+ (0,60 x 30”)

+ 18

25’30” + 18” = 25’48”T

jadi letaknya berada pada 110025’48” T

jadi dari hasik kedua perhitungan di atas maka titik E mempunyai letak absolut 07034’44” S dan 110025’48” T.

2. Arah

Arah yang dimaksud adalah suatu garis lurus sepanjang mana suatu objek dapat ditunjukkan. Untuk penunjuk arah yang teliti sering dipakai azimuth dan bearing. Dalam contoh berikut akan menggunakan azimuth.

Mencari arah titik A dari titik B :

2

dengan menggunakan metode azimuth maka dapat diketahui letak titik A adalah 700 dari titik B.

3. Jarak

Jarak dapat diketahui dengan cara mengalikan jarak pada peta dengan penyebut skala peta.

Contoh : Mencari jarak antara titik A dengan titik B


3

Jarak antara titik A dengan titik B pada peta adalah 13,1

Maka jarak titik A dengan Titik B sebenarnya adalah 13,1 x 25000 = 327500 cm atau 3,275 Km.

4. Luas

Perhitungan terlampir pada lampiran pada halaman berikutnya.

a. Tinggi/lereng

Besarnya kemiringan lereng dapat dukur dengan berbagai satuan, diantaranya :

* Dalam derajat (0)
* Dalam persentase (%)
* Dalam meter per kilometer
* Dalam pecahan
* Dalam Mills

Yang paling sering digunakan adalah dalam derajat dan persentase, berikut contoh perhitungannya :

Mencari kemiringan lereng A-B :

Diketahui : h1 : 1500 m, h2 : 1104 m

Penyebut skala peta : 25000

S (panjang garis A-B) : 10 cm

1. Dalam derajat (0)

tg α = 0,1584

α(0) = arc tg

= arc tg 0,1584

= 9,0008696850

jadi kemiringan lereng adalah 9,0008696850

b. Dalam persentase (%)

% = x 100%

= x 100%

= x 100%

= x 100%

= 0,1584 x 100%

= 15,84 %

jadi kemiringan lereng tersebut adalah 15,84%

Contoh fungsi peta sebagai gambaran distribusi spasial

Peta dibuat atas dasar terbatasnya pandangan manusia, oleh karena itu dibuatlah peta agar manusia bisa mengetahui atau menangkap pola dari seluruh ataupun sebagian permukaan bumi (spasial) dalam sekali pandangan. Dalam peta distribusi spasial fenomena geografi melingkupi dua hal yaitu gambaran roman muka bumi yang bersifat alamiah ataupun gambaran yang bersifat kultural.

Gambaran yang bersifat alamiah seperti bukit, sungai, laut, gunung, dan bentuk-bentuk lainnya yang ditimbulkan oleh peristiwa alam sendiri. Sedang gambaran yang bersifat kultural merupakan bentuk yang terjadi akibat adanya hasil budaya manusia seperti kota, jalan, rel kereta api, dan lain sebagainya.

Dalam peta RBI Lembar Kaliurang skala 1:25000, gambaran yang ada lebih didominasi oleh gambaran yang bersifat alamiah, kenampakan yang paling terlihat jelas adalah Gunung. Bahkan pada satu lembar penuh peta ini masih meliputi dalam satu wilayah yaitu wilayah Gunung Merapi. Daerah gunung ditandai dengan garis kontur yang melingkar, semakin rapat dan menuju ke satu titik. Selain gunung banyak lagi gambaran alamiah yang disajikan seperti kenampakan sungai-sungai kecil yang sangat banyak, gunung juga masih dikelilingi oleh hutan yang luas, dan sebagainya. Namun kenampakan yang hampir tidak ada adalah dataran.

Untuk gambaran yang bersifat kultural, dalam peta lembar Kaliurang ini walaupun daerahnya di gunung dengan status paling aktif di dunia ini sudah terdapat pemukiman masyarakat. Ada juga tempat wisata yaitu Kawasan Wisata Kaliurang. Kenampakan lainnya adalah jalan, disini jalan termasuk di dalam kelas jalan kolektor, jalan lokal dan jalan setapak. Karena daerah pegununugan cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan maka pada peta lembar Kaliurang ini juga dijumpai kenampakan lahan pertanian dan perkebunan yang cukup luas terutama di lereng Gunung bagian tengah.

Contoh fungsi peta sebagai alat analisis spasial

Dalam analisis peta peta rupa bumi Indonesia tidak hanya informasi tergambar saja yang bisa didapat, banyak sekali informasi-informasi lain yang bisa diketahui apabila kita menganalisisnya lebih lanjut.

Sebagai contoh, karena peta RBI Lembar Kaliurang ini berupa gunung api yang masih aktif maka gaya-gaya endogen yang berasal dari aktifitas gunung tersebut akan senantiasa membentuk fenomena-fenomena rupa bumi yang baru. Seperti yang terjadi pada waktu meletusnya Gunung Merapi ratusan tahun lalu yang akibat letusannya mengakibatkan lahirnya Bukit Gandul. Jika aktifitas gunung merapi ini masih terus tinggi maka kemungkinan lahirnya kenampakan-kenampakan alami yang baru di daerah ini sangat besar.

Hubungan spasial lain adalah adanya sumber-sunber air di wilayah gunung api menyebabkan masyarakat memanfaatkannya sebagai irigasi sawah ataupun perkebunan. Dalam peta dapat kita lihat di dekat pemukiman dan sumber air pasti banyak terdapat sawah, perkebunan ataupun tegalan/ladang. Tapi kenampakan perkebunan dan tegalan/ladang lebih mendominasi.

Apabila dilihat dari padatnya kenampakan jalan, hal ini dapat dihubungkan dengan kebutuhan masyarakat akan aksesbilitas yang tinggi selain itu juga dapat dihubungkan dengan kebutuhan akan pendistribusian hasil bumi mereka. Apabila kita lebih teliti dalam menganalisis peta maka kita akan menemukan fenomena unik yaitu keberadaan jalan di tengah Kaliworo, ternyata Kaliworo adalah sungai namun tidak terisi oleh air melainkan material-material yang dikeluarkan Gunung Merapi. Kaliworo adalah salah satu sungai yang menjadi jalur aliran lahar (baik panas maupun dingin) yang menghasilkan material-material seperti pasir, pasir inilah yang kemudian diambil oleh para penambang, karena tingginya akses keluar masuk truk penambang pasir maka di dalam sungai maka hal inilah yang menyebabkan di tengah sungai ini dikategorikan sebagai jalan.

Untuk pola spasial yang paling nampak jelas adalah pemukiman-pemukiman penduduk yang cenderung membentuk pola menyebar tidak merata serta tidak memusat. Hal ini dapat diamati dari kenampakan pemukiman di beberapa Kecamatan terlihat jarang. Memang terdapat pemukiman namun masih didominasi oleh kebun dan ladang. Kemungkinan penduduk lebih ingin memiliki ladang/kebun yang luas daripada mempunyai rumah yang luas. Jadi dengan begitu jarak antara pemukiman satu dengan yang lainnya jarang dan berpola menyebar. Pola menyebar ini juga menyebabkan kebutuhan akan jalan yang tinggi yaitu sebagai sarana penghubung antara daerah satu dan lainnnya yang berjauhan (menyebar). Jadi kenampakan jalan terlihat sangat padat.

Kondisi fisik daerah yang tergambar pada Peta RBI Lembar Kaliurang

Seperti yang telah diurakan di atas Peta Rupa Bumi Lembar Kaliurang ini menggambarkan wilayah Gunung Merapi. Yang dicirikan umumnya oleh bentuk kerucut, serta kawah pada puncaknya yang menunjukkan bahwa Gunung masih muda dan aktif. Sementara di sekitar puncak juga ditemui pla kontur yang melingkar rapat yang menunjukkan adanya jenjang vulkanik ataupun korok-korok ini adalah kawah yang sudah tua dan tidak aktif.

Selain itu banyak juga dtemukan lembah-lembah yang curam, ini dapat diintepretasikan dari banyaknya garis kontur yang sangat rapat. Semakin ke bawah (kaki gunung) topografi sudah semakin datar dan dijumpai lahan-lahan yang telah dimanfaaatkan oleh manusia baik itu berupa pemukiman, sawah, tegalan, ataupun perkebunan.

Untuk intepretasi Geologi bisa dipastikan batuan yang ada adalah batuan dengan sifat resistant atau batuan keras, ditunjukkan dengan kontur yang rapat.

Banyaknya bukit yang tinggi juga sangat melindungi masyarakat dari keganasan merapi, misalnya adanya bukit terkadang bisa membelokkan arah awan panas (wedhus gembel) yang dikeluarkan oleh gunung merapi pada waktu aktifitasnya meningkat. Selain itu banyak juga dijumpai tebing-tebing batu di sekitar puncak gunung, di sekitar kali Krasak dan Kali Kuning.

Google earth terutama versi baru memiliki fitur yang bernama “Fight Simulator”. Dengan fitur ini kita bisa berpetualang layaknya seorang pilot yang mengendarai pesawatnya. Ya konsepnya kayak games pesawat begitu. Namun di google earth tidak ada istilah jatuh, meledak, pesawat hancur dsb.

Dengan flight simulator kita dapat menjelajahi daerah satu ke daerah yang lain, melewati dataran tinggi dan rendah, melihat ke laut, terbang di atas awan, serta aksi-aksi di udara lainnya. Flight simulator dapat kita pakai sebagai media belajar sebelum kita terbang beneran (tapi ini khusus buat yang udah mau jadi pilot beneran lho ya). Buat temen-temen yang cita-cita pilotnya gak kesampaian, cukup duduk dan berimajinasi saja. Bayangkan dirimu jadi pilot beneran begitu. Begini khan lebih baik dari pada nyidam jadi pilot trus ngeces-ngeces sembarangan… ho ho ho

Untuk memainkan flight simulator cukup dengan mouse. Tapi akan lebih enak dan nyaman jika kita menggunakan joystick game.

Mari kita mulai penerbangan, dengan menekan “Ctrl+Alt+A” atau dengan membuka “tools” dan pilih “enter flight simulation” seperti gambar di bawah ini :

Tahap Pertama

Tahap berikutnya pilih pesawat. Pesawat SR22 lebih disarankan untuk pemula karena karakter pesawatnya yang pelan dan lebih mudah dikendalikan. Lalu pilih juga posisi awalnya. Maksudnya pengen landasan pacu di mana begitu.

Tahap Kedua

Kemudian centang dukungan joystick/ joystick enabled jika kamu mau menggunakan joystick dalam memainkannya. Setelah itu tekan “start flight”.

Selamat menikmati perjalanan anda

PETUNJUK TEKNIS BERMAIN

(dikutip dari Panduan Penggunaan Google Earth)

Setelah Anda memasuki simulator penerbangan, tampilan ke depan (Head-up display, HUD) ditampilkan:

HUD

1. Kecepatan (knot)
2. Arah
3. Sudut belok
4. Kecepatan vertikal (kaki per menit)
5. Keluar dari fitur simulator penerbangan
6. Gas
7. Rudder
8. Aileron
9. Elevator
10. Indikator flap dan gear
11. Sudut terbang (derajat)
12. Ketinggian (kaki di atas permukaan laut)

Untuk menyembunyikan atau menampilkan HUD, tekan H. Anda dapat menggunakan joystick atau mouse dengan fitur simulator penerbangan. Untuk menggunakan mouse, klik mouse di tengah layar sehingga kursor menjadi + (palang). Untuk jeda atau melanjutkan simulator penerbangan sewaktu-waktu, tekan bilah spasi.

Untuk tinggal landas, pertama-tama tekan tombol Page Up untuk menambah dorongan dan menggerakkan pesawat di landasan pacu. Setelah pesawat bergerak, geser mouse atau joystick kembali sedikit ke bawah. Dengan kecepatan cukup, Anda dapat tinggal landas. Untuk mengubah arah atau membelokkan pesawat, buat gerakan kecil dengan mouse atau joystick. Berhati-hatilah jangan gerakkan berlebihan. Setelah sayap rata, tengahkan mouse atau joystick. Untuk melihat-lihat, tekan tombol panah + Alt (pelan) atau Ctrl (cepat).

Mendaratkan Pesawat :

Mendarat sedikit lebih sulit dan membutuhkan latihan. Untuk mendaratkan pesawat:

1. Dekati landasan pacu atau daerah datar yang sesuai.
2. Tekan Page Down untuk mengurangi dorongan dan memperlambat pesawat.
3. Tekan G untuk mengeluarkan gear pendaratan.
4. Tekan F untuk menaikkan setelan flap. Ini akan memperlambat pesawat.
5. Setelah menyentuh tanah, gunakan rem roda untuk memperlambat pesawat. Tekan , (koma) untuk menggunakan rem roda kiri, tekan . (titik) untuk menggunakan rem roda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar