17 September 2012

PEMBELAJARAN GEOGRAFI



MENGGUNAKAN PETA UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI KERUANGAN

SUMBER : GEOGRAFI UNS
Geografi menelaah obyeknya dalam perspektif spasial. Apapun obyeknya, semua obyek ditelaah atribut atau semantiknya beserta posisinya dalam ruang mukabumi. Oleh sebab itu, geografi menggunakan peta sebagai alat utamanya. Peta dapat berfungsi sebagai sumber data, sebagai kerangka meletakkan (ploting) data temuannya dan sebagai penyajian hasil kerjanya. Peta hasil kerja geografi berfungsi sebagai dokumen data/informasi geospasial, dan berguna untuk mengkomunikasikan data/informasi, gagasan, ide kepada pengguna. Dalam konteks pembelajaran, peta berfungsi untuk mengkomunikasikan data/informasi, gagasan, ide, konsep-konsep kepada peserta didik. Maka, seharusnya guru geografi memfasilitasi pembelajaran geografi menggunakan media utama peta sesuai dengan topik atau substansi/materi yang diajarkan sesuai amanah SK, KD dan Indikator. Demikian pula dalam pembelajaran IPS Terpadu telaah terhadap tema/materi pembelajaran dilakukan dari perspektif spasial.
 A.    ESENSI  PETA
  1. Definisi
Erwin Raisz memberikan batasan peta sebagai gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil seperti kenampakannya bila dilihat dari atas dan diberi tulisan serta keterangan bagi kepentingan pengenalan. Dari definisi Erwin Raisz, tersebut dapat kita maknai sebagai berikut :
  1. Data ( kenampakan permukaan bumi ) dipresentasikan dengan lambang yaitu symbol, yang diatur secara konvensional yaitu berdasarkan kesepakatan atau rujukan.
  2. Presentasi dengan pengecilan yaitu menggunakan skala.
  3. Gambaran permukaan bumi seperti kalau dilihat dari atas, menunjuk pada kenampakan topografik.
  4. Ditambah tulisan nama-nama geografi dan keterangan lain pada tepi peta.
International Cartographic Association (ICA) memberikan batasan Peta ialah gambaran konvensional dan selektif yang diperkecil biasanya dibuat pada bidang datar, dapat meliputi perujudan dari permukaan bumi atau benda angkasa maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda angkasa. Definisi I.C.A memberikan kelengkapan berupa :
  1. Obyek digambarkan bersifat selektif, yaitu melalui generalisasi kartografik yang dapat berupa pemilihan, penyederhanaan, penghapusan / omittance dan exegerasi, berdasarkan skala yang ditetapkan dan tujuan pemetaan.
  2. Obyek yang digambarkan dapat berupa data topografik maupun tematik baik permukaan bumi, dekat permukaan bumi maupun benda atau fenomena angkasa.
 F.J Mounkhous dan H.R Wilkinson; Peta ialah suatu perakitan terpadu atau suatu sintesa dari empat kelompok infomasi yaitu titik, garis, wilayah dan nama yang dikemukakan dalam istilah : liputan, ciri, pola, bentuk, ukuran, ketebalan, simbul dan lain-lain. Batasan tersebut diatas langsung menunjuk ke pada segi tehnik penetapan simbul dan analisis keruangan aspek persebaran data dalam jenis dan besaran serta penamaan geografiknya ( toponimy ).
            a                                                                                         b
Gambar 1  a. Presentasi bentukmedan kedalam simbol titik.  1.b. Presentasi bentukmedan kedalam simbol garis.
  1. Mengapa Peta
Geografi menelaah objek studinya dalam kaitannya dengan posisinya diruang muka bumi. Peta menunjukkan posisi absolut ( L,B dan X,Y) setiap obyek yang ditampilkan. Peta juga memperlihatkan posisi relatif obyek yang satu terhadap obyek lainnya. Bahkan unsur elevasi ( Z ) dapat diketahui dengan baik. Selain itu aspek metrik obyek, seperti bentuk, ukuran dipresentasikan bersamaan aspek semantiknya, sejauh skalanya memungkinkan.
  1. Apa saja yang ditampilkan
Ada peta yang menampilkan informasi hipsografi, hidrografi, bentang budaya ( man made ), vegetasi secara lengkap; sesuai kemampuan skalanya. Peta demikian dinamai peta umum. Peta korografi adalah contohnya. Pada skala yang lebih besar, peta topografi merupakan contoh dengan detail data yang lebih rinci. Di Indonesia peta topografi dikeluarkan oleh Topografi Angkatan Darat, sedangkan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasinoal ( BAKOSURTANAL ) juga mengeluarkan peta topografi dengan nama Peta Rupabumi Indonesia.
Sedangkan peta yang sengaja dibuat untuk menampilkan data, informasi, pesan, ide tertentu dinamakan peta khusus atau peta tematik. Peta tematik dapat menampilkan satu tema, misalnya peta tanah, peta lereng, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta curah hujan, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.
  1. Skala Sebagai Kunci
a) Untuk Membandingkan Ukuran
Setiap peta mencantumkan skala, ada yang dinyatakan dengan pecahan ( skala numerik ), ada yang dinyatakan dengan grafik dan ada pula yang dinyatakan dalam perbandingan inchi / mil ( skala verbal ). Pencantuman skala dimaksudkan agar pembaca peta mengetahui perbandingan ukuran medan ( real world yang dipetakan ) dengan ukuran gambar ( peta ).
a)                  Menyatakan Detail Informasi
Ilustrasi 1 :
 Peta topografi yang dikeluarkan oleh BAKOSURTANAL yang dikenal dengan Peta Rupabumi Indonesia, terbit dengan berbagai skala, antara lain :
v  Skala 1 : 10.000., Nomor lembar peta 8 digit  ( Mis: 1209-6229 ) Format 2’30” x 2’30” Kontur interval 5 meter
v  Skala 1 : 25.000 Nomor lembar peta 7 digit ( Mis : 1209-224 ) Format 7’30” x 7’30” Kontur interval 12,5 meter
v  Skala 1 : 50.000 Nomor lembar peta 6 digit ( Mis : 1209-43 ) Format 15’ x 15’Kontur interval 25 meter
v  Skala 1 : 100.000 Nomor lembar peta 5 digit ( Mis : 1209-1 ) Format 30’ x 30’Kontur interval 50 meter
Ilustrasi ini memperlihatkan bahwa semakin besar skala peta, detail informasi hipsografi yang dipersentasikan dengan symbol garis berupa kontur semakin rinci.
Ilustrasi 2 :
Peta Penggunaan Tanah skala 1 : 200.000. Satuan pemetaannya antara lain :
1.            Perkampungan.
2.            Persawahan.
3.            Pertanian kering semusim + perkebunan + kebun campur.
Peta Penggunaan Tanah skala 1 : 100.000 – 1 : 50.000.  Satuan pemetaannya antara lain :
1.      Perkampungan.
1.1.1                                                  Kampung.
1.1.2                                                  Kuburan.     Dan      1.1.3. Emplasmen.
2.      Persawahan.
2.1                    Sawah 2x padi setahun dan lebih.
2.2                    Sawah 1x padi setahun + palawija.
2.3                    Sawah 1x padi setahun.
2.4                    Sawah ditanami tebu / tembakau / rosella.
3.      Pertanian kering semusim
3.1                    Tegalan                      3.3     Sayuran
3.2                    Ladang.                      3.4     Bunga
4.      Perkebunan
4.1                    Karet.
4.2                    Kopi.     Dan  seterusnya, jenis lain.
Jadi peta penggunaan tanah skala 1 : 100.000 sampai 1 : 50.000 ( yang lebih besar daripada peta penggunaan tanah skala 1 : 200.000 ) detail informasi penggunaan tanahnya lebih rinci.


PETA GEOGRAFI UNTUK INTERNALISASI KONSEP SPASIAL DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SEKOLAH MENENGAH

Geografi bukan ilmu segala macam. Dari kajian materi-substansi yang bermacam-macam, telaahnya selalu dari perspektif spasial; menghasilkan wilayah-wilayah geografik yang mencirikan persamaan obyek, fenomena, pola, masalah, potensi, yang ada di ruang muka bumi sebagai sebentuk persamaan obyek, fenomena, pola, masalah, potensi; dipresentasikan- ditampilkan-divisualkan dalam bentuk peta geografi. Hasil analisis spasial; deskripsi spasial, hubungan spasial, aura spasial, perbandingan spasial; juga dipresentasikan dalam bentuk peta geografi yang kerinciannya bergantung kepada skala peta. Materi pembelajaran geografi di sekolah terbentang dari litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, sampai antroposfer, seharusnya berbasis perspektif spasial pula. Maka pembelajaran geografi atas substansi apapun disampaikan menggunakan peta geografi yang relevan dengan substansinya itu.
LATAR BELAKANG
 Konon banyak keluhan tentang pembelajaran geografi di sekolah menengah: tidak menarik perhatian peserta didik, membosankan, lebih berujung ke hafalan…kurang berbobot, lebih menambah beban…dan sebagainya dan seterusnya. Agaknya pembelajaran geografi di SMA/MA belum sepenuhnya sesuai dengan filosofi atau esensi geografi sebagai ilmu spasial yang diharapkan memberikan bekal kemampuan spasial (spatial inteligence/spatial ability)kepada peserta didik. Seperti diketahui spatial inteligence di samping linguistic intelligence,logical-mathematical intelligencebodily-kinesthetic intelligencemusical intelligence, interpersonal intelligenceintrapersonal intelligencenaturalist intelligence yang diinternalisasikan melalui pembelajaran matematika, fisika, kimia, musik dan pelajaran seni lainnya, olahraga, budi pekerti ikut membangun dan mengembangkan siswa ke arah manusia yang terdidik lengkap. (Sandy, 1988., Armstrong, 1994).
Ikatan Geograf Indonesia (IGI) sudah sejak lama menaruh perhatian kepada pembenahan pembelajaran geografi di sekolah. Melalui dua kali sarasehan yang digagas oleh mendiang I Made Sandy dan diselenggarakan di Jakarta oleh Geografi FMIPA UI serta Semiloka di IKIP Semarang pada medio 1988 diidentifikasi akar permasalahannya ada pada kurikulum sekolah dan buku ajar. ( Semlok IGI di IKIP Semarang, April 1988).
Kesepakatan IGI mengamanahkan bahwa pada bidang apapun ilmu geografi diamalkan termasuk dalam pembelajaran, harus berangkat dari esensi geografi yang baku.
Memang dari segi substansi, kajian geografi membentang dari obyek/fenomena, litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, antroposfer. Dari substansi ini geografi memang dapat overlapdengan bidang ilmu lain. Yang membedakan adalah (dan ini merupakan identitas geografi) sudut pandang spasial. Geografi menelaah semua substansinya dari sudut pandang spasial. Geografi Ekonomi dan Ilmu Ekonomi memiliki kemiripan substansi yang membedakan adalah geografi ekonomi menelaah substansi itu dari pandangan spasial (Chislom, 1970). Demikian pula geografi tumbuhan (phythogeography) dan botani, geografi transportasi dan ilmu transportasi serta menejemen transportasi (James and Jones, 1967). Pandangan spasial inilah yang mengharuskan penggunaan peta sebagai hasil kajiannya. Dalam bidang pembelajaran, peta geografi digunakan untuk media internalisasi konsep spasial. Maka menggunakan peta sebagai media pembelajaran seluruh materi pembelajaran geografi adalah suatu keharusan. Dan perkembangan teknologi informasi  geospasial sangat membantu penyiapan peta-peta tematik (peta geografi) bagi media pembelajaran.
Pada workshop Program Pendidikan Profesi Guru (Program PPG) di Jakarta 5-8 Nopember 2010 dalam kelompok mata pelajaran geografi, wacana revitalisasi aspek konten atau isi-substansi geografi menjadi rasanan beberapa peserta workshop yang saat itu menggarappenyusunan kurikulum dan sistem pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran PPG, perangkat RPP dan PPL dan sebagainya. Dalam PIT ke-XIII IGI 2010 di Surabaya inilah wacana tersebut akan diperbincangkan.
TUJUAN
Menyampaikan sumbangan pemikiran kepada upaya improvisasi pembelajaran geografi melalui revitalisasi penggunaan peta geografi sebagai media pembelajaran.
BAHASAN
Jangan hendaknya pembelajaran geografi menambah beban peserta didik, tetapi seharusnya memberikan bekal kepada mereka. Bekal apa yang seharusnya mereka dapatkan? Bekal itu adalah spatial ability/spatial intelligence.Luarannya adalah peserta didik memahami ruang mukabumi dengan segala karakter dan warna wataknya, diterapkan dalam wujud memahami potensi ruang mukabumi, penggunaan ruang mukabumi, masalah ruang mukabumi, dan seterusnya.
partosohadi
Kurikulum sebagai acuan utama dalam pembelajaran, penerapannya perlu diupayakan sesuai dengan kaidah dan esensi Ilmu Geografi itu sendiri.
Seperti diketahui obyek material geografi terbentang dari litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer sampai antroposfer. Kajian geografi terhadap obyek materialnya tersebut, harus selalu dilakukan dari sudut pandang spasial, dari perspektif spasial. Contohnya: kajian deskripsi,perbandinganhubunganaurakorelasi……………… dan seterusnya…………..,hakikatnya adalah deskripsi spasial, perbandingan spasial, hubungan spasial, aura spasial,……………. dan seterusnya, apapun substansi ataupun objek material yang sedang dikaji.
Dalam ranah psikomotor, deskripsi spasial dikerjakan dengan menarik garis  (deliniasi)–pemerian perwatakan objek material (karakter substansi, deskripsi fenomena) menjadiwilayah tematik (region geografik). Seperti misalnya: wilayah litologi, wilayah kategori tanah, wilayah penggunaan tanah, wilayah suhu, wilayah curah hujan, wilayah air tanah, wilayah fauna, wilayah flora, wilayah kepadatan penduduk, wilayah harga tanah, wilayah konstituen partai, wilayah permukiman kumuh, wilayah serangan hama wereng, wilayah kekeringan, wilayah kedalaman genangan, wilayah potensi longsor, wilayah suku bangsa, wilayah penutur bahasa,dsb.
Wilayah tematik tersebut, adalah sebentuk persamaan objek mukabumi, sebentuk persamaan fenomena mukabumi, sebentuk persamaan potensi sosial mukabumi,sebentuk persamaan potensi fisikal mukabumi, sebentuk persamaan masalah sosial mukabumi, sebentuk persamaan masalah fisikal mukabumi, dan sekaligusmembedakan dengan wilayah muka bumi yang lain (area similarities dan area differentiations).
Kita ingat lagi lembaran lama pemikiran geograf Preston E. James & CF Jones, editor American Geography Inventory and Prospect (AGIP) sejak pertengahan dasawarsa limapuluhan abad lalu, tegas mengemukakan ciri spasial geografi sebagai berikut :
  • The geographic method of studying soils requires the identification of kinds of soils and the mapping of areal spread of these type. (AGIP, 1967:383)
  • Fitogeografi
Geographers characteristically, record on maps their observations regarding patterns of distribution, and the maps in turn, are used for the study of areal relation. (AGIP, 1967 : 429-430)
  • Economics geography has to do win similiarities and diferences from place to place in the ways people make living … (AGIP,1967:214)
  • Marketing Geography
… in studying markets, the geographer is primarily concerned with where the markets are.He is interested in the distribution of individual consumers and in the magnitude of actual potential sales within specific areas. … in the study of channels of distribution on marketing geographer is primarily concerned, again, within the location of these channels.
… The mapping of relevant data regarding markets and the marketing process is a contribution in it self. (AGIP, 1967: 245-251)
  • Transportation geography
… Transportation is a measure of the relations between areas and is therefore an essential aspect of geography … Geography is concerned with all connections and interractions, including communication and transportation … For geographers who view the core of geography as primarily the analysis of  spasial interaction, the study of transportation and in the boarder sense, of circulation as a whole, is of crucial importance. (AGIP, 1967:311)
ii
Dengan demikian penguasaan guru geografi terhadap sumber informasi mukabumi menjadi mutlak diperlukan. Sumber tersebut dapat berupa sumber primer, dengan pengamatan, observasi, pengukuran, pencacahan langsung terestrikal maupun dari sumber sekunder, termasuk menyadap informasi dari dokumen geospasial yang ada (map reading, map use).
Dengan demikian mudah dipahami bahwa penggunaan model medan sebagai sarana atau media komunikasi spasial merupakan sesuatu kepatutan bahkan keharusan, sebab apapun substansi yang dibahas atau ditelaah ilmu geografi selalu dari sudut pandang spasial. Perspektif spasial inilah yang menjadi identitas ilmu geografi. Implementasinya dalam pembelajaran geografi di sekolah adalah penggunaan model medan itu untuk media pembelajaran. Model medan berupa peta geografi yaitu peta-peta tematik dan peta-peta statistik termasuk peta foto dan peta citra, model medan 3D (3 dimensional).
Pertanyaan mendasar untuk kita : di kelas, apakah kita mengajarkan peta ataukah kita sudah mengajar dengan menggunakan peta?
Pertanyaan serupa untuk guru di Finlandia dalam (GIS in Teacher Education – Facilitating GIS Applications in Secondary School Geography. Tino Johansson, Department of Geography P.O.Box 64 FIN-00014 University of Helsinki, Finland). Sarah Witham Bednarz  : Thinking Spatially : Incorporating GIS in pre and secondary education.
  • GIS is rarely used as a teaching technology
  • There is a great deal of instruction about GIS but  little instruction with GIS

2
Pembelajaran Geografi dengan menggunakan Peta
Diskusi tentang perspektif spasial dan implementasinya dalam pembelajaran geografi di SMA diamanahkan melalui Standar Kompetensi Memahami Konsep, Pendekatan, Prinsip, dan Aspek geografi, tertuang dalam Kompetensi Dasar 1.1 Menjelaskan Konsep Geografi, 1.2 Menjelaskan Pendekatan Geografi, 1.3 Menjelaskan Prinsip Geografi, dan 1.4 Mendeskripsikan Aspek Geografi.
Konsep-konsep geografi
Henry J. Warman mengemukakan 15 konsep geografi sebagai berikut :
  1. Regional concept (konsep wilayah);
  2. Life-layer concept (konsep strata kehidupan);
  3. Man ecological dominant concept (konsep dominasi ekologi manusia);
  4. Globalism concept (konsep globalisasi);
  5. Spatial interaction concept (konsep interaksi spasial);
  6. Areal relationship concept (konsep hubungan spasial);
  7. Areal likenesses concept (konsep kesamaan spasial);
  8. Arel differences concept (konsep perbedaan spasial);
  9. Areal uniquenesses concept (konsep keunikan spasial);
  10. Areal distribution concept (konsep distribusi spasial);
  11. Relative location concept (konsep lokasi relatif);
  12. Comparative advantage concept (konsep keuntungan komparatif);
  13. Perpetual transformation concept (konsep perubahan abadi);
  14. Culturally defined resources concept (konsep sumberdaya budaya yang berbeda);
  15. Round earth on flat paper concept (konsep skala).
(Sumaatmadja, 1981: 46-47)

Prinsip-prinsip Geografi
Prinsip geografi terdiri dari prinsip penyebaran, prinsip interrelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi. (Sumaatmadja, 1981 : 42)
Intisari konsep dan prinsip tersebut adalah bagaimana geografi menelaah ruang mukabumi menjadi sistimatika wilayah-wilayah (regions) yang merupakan perwujudan persamaan ruang mukabumi (areal likenesses) dan membedakannya dengan ruang mukabumi yang lainnya (areal diferences).
Untuk menghasilkan wilayah-wilayah (tematik) dilakukan dengan menarik garis (melakukan delineasi) terhadap obyek, fenomena ruang mukabumi (geosfer) real world  atau dari model (foto, citra dan peta produk ilmu kebumian lain di luar geografi). Deskripsi/pemerian karakter wilayah dilakukan secermat mungkin dengan memperhatikan kemampuan skala peta hasiluntuk menampilkannya (round earth on flat paper concept).
3
Peta merupakan representasi real world. Meski melalui pengecilan sekian ribu kali (dengan skala) melalui seleksi atas ukuran dan pentingnya obyek (generalisasi peta), visualisasi dengan menggunakan lambang (simbolik), peta berusaha menampilkan obyek di mukabumi dengan tata letak seperti keadaan sebenarnya.
Ilustrasi I : Peta topografi DAS Temon
Peta ini menampilkan topografi (rupabumi) sebuah daerah aliran sungai; merepresentasikan kenampakan hipsografi / relief / konfigurasi mukabumi, kenampakan hidrografi / perairan, kenampakan bentang budaya; dalam lambang (simbol) titik, garis dan poligon dengan perbandingan 1 : 50000.
Data apa saja  yang ditampilkan peta itu dapat menjadi informasi manakala pembaca peta mampu memahami hurufnya peta (titik,garis,poligon). Dengan merangkai huruf menjadi kata, kata menjadi kalimat maka isi peta (tersurat) dapat dimengerti.
Tahap berikutnya pembaca dapat menafsir ( menginterpretasi ) makna yang tersirat dibalik peta yang tersurat tersebut. Misalnya : Dari membaca simbol garis yang dinamai kontur, menganalisis             pola kontur, kerapatan kontur, pembaca peta dapat    mengetahui konfigurasi permukaan bumi / relief mukabumi.             Dengan menganalisis pola dan kerapatan aliran, pembaca dapat menafsir batuan penyusun medan itu. Dengan menganalisis keduanya, (pola dan kerapatan kontur serta pola dan kerapatan aliran ) pembaca peta dapat menafsir struktur geologi dan geomorfologinya. Keberhasilan membaca peta tentu saja disyaratkan paling kurang dua hal yaitu mutu peta dan kompetensi pembaca peta.
4
Membaca peta (dan menafsir peta) bagi geografi merupakan kegiatan yang sangat urgen dalam upaya menyadap, mengekstrak, mengakuisisi data geospasial. Kajian geografi (ilmu kebumian yang bernafaskan spasial) keluar dengan wilayah-wilayah (regions) tematik yang menggambarkan persamaan-persamaan obyek, fenomena dan potensi ruang mukabumi.
Membaca peta (map reading),  menarik garis (delineasi) yang menghasilkan wilayah-wilayah tematik, membuat hubungan keruangan wilayah-wilayah tematik (hubungan elemen fisik-fisik, elemen fisik-manusia, elemen manusia-manusia) menghasilkan wilayah-wilayah tematik baru dan ditampilkan dalam bentuk peta pula (map making). Peta ini (peta-peta ini) yang selayaknya disiapkan oleh guru geografi di sekolah.
Peta Geografi
Geografi menelaah obyek mukabumi (litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, antroposfer) dari sudut pandang keruangan. Obyek itu divisualkan dalam bentuk peta dengan tema tertentu dan dikenal sebagai peta tematik. Peta itu menampilkan obyek, fenomena, potensi ruang mukabumi dalam bentuk tema tunggal dan dapat pula sintesis dari beberapa tema. Selain itu, peta tematik ini dapat pula merupakan presentasi analisis spasial.
Mudah dimengerti bahwa peta tematik ini jenisnya dapat banyak sekali mungkin dapat 1001 macam atau juga dapat 1002 macam. Dan …. peta-peta tematik (dan peta-peta statistik) itulah peta geografi.
Guru geografi selayaknya menggunakan peta-peta ini dalam pembelajaran geografi. Sejak menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus sudah dicantumkan media pembelajaran yang akan digunakan : peta …., peta…, peta…., disamping media yang berupa profil, transek, katena, blok diagram, sketsa, foto dan lain-lain sesuai amanah Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator.
Ilustrasi II : Peta tanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Samin.
5
Dengan menggunakan simbol poligon  (area, bidang) berwarna, peta ini memvisualisasikan distribusi spasial jenis tanah (karena skala petanya mengharuskan mapping units-nya jenis tanah) dalam sebuah DAS sesuai Regional concept / konsep wilayah; Areal distribution concept /konsep distribusi spasial; Round earth on flat paper concept (konsep skala).
Di samping data tematik utama jenis tanah, detail topografi yang dipresentasikan berupa garis jala peta yaitu grid dan gratikul yang menunjukkan posisi absolut daerah penelitian; nama tempat, jalan untuk keperluan orientasi (ancar-ancar), pengaliran atau drainase yang mempunyai kaitan dengan tema utama ditampilkan pula. Penjelasannya ialah pola dan kerapatan drainase (juga pola dan kerapatan kontur) mengekspresikan bentuklahan (landform) tertentu, sedangkan pembentukan dan perkembangan tanah berkait erat dengan bentuklahan.
Hal ini menggambarkan adanya hubungan antara unsur-unsur ruang yang satu dengan unsur ruang yang lainnya sesuai (Areal relationship concept / konsep hubungan spasial).
Ilustrasi III: Peta lereng Daerah Aliran Sungai (DAS) Samin.
Peta ini mempresentasikan sebaran atau distribusi spasial kelas lereng di sebuah DAS. Kelas-kelas lereng disimbolkan dengan poligon berwarna bertingkat (karena data kelas lereng merupakan data berskala rasio) yang dikenal dengan pemetaan koroplet.
Ilustrasi IV : Peta geologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Samin.
Peta ini memvisualisasikan data geologi utamanya litologi dan struktur geologi sebuah daerah aliran sungai. Simbol yang digunakan adalah poligon berwarna (sudah dibakukan) dan ditambahkan indeks huruf yang menyatakan atribut umur dan formasi batuannya. Struktur dipresentasikan dengan simbol titik misalnya dip dan strike dan simbol garis misalnya kelurusan (lineament), sesar.
Ilustrasi V : Peta penggunaan tanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Samin.
Peta ini merepresentasikan sebaran keruangan macam-macam penggunaan tanah di sebuah DAS. Sama halnya dengan peta tanah, peta geologi, peta penggunaan tanah ini menggunakan simbol poligon berwarna untuk merepresentasikan data nominal, cara ini dikenal dengan nama colourpath.
Untuk kajian keruangan tertentu, tema tanah, kelas lereng, geologi, penggunaan tanah disintesiskan menjadi tema baru (dengan tumpang susun) menjadi tema satuan lahan.
Ilustrasi VI : Peta Satuan Lahan Daerah Aliran Sungai Samin (DAS) Samin.
Peta ini menggambarkan sebaran keruangan satuan lahan hasil tumpang susun peta tanah, peta kelas lereng, peta geologi dan peta satuan lahan.

Sebuah Contoh Penggunaan Peta Untuk Pembelajaran Dari Seberang
Berikut disampaikan contoh penggunan peta (digital) untuk pembelajaran geografi di sekolah menengah di Finlandia. Peserta didik mendiskusikan pola spasial tingkat kematian bayi di Afrika dengan mengidentifikasi faktor penyebab kematian bayi yang tinggi dalam perspektif spatial (dalam hal ini pola spasial).
AN EXAMPLE OF USING GIS TO THINK SPATIALLY
  • As we looked at the map, class discussion focused on the regional patterns of infant mortality rates that we observed.
  • When I asked students to identify questions that were raised by those patterns, many asked why infant mortality rates in Africa were so high.
  • The question became the springboard for a challenging activity—an investigation of the causes of and potential cures for the high rates of infant mortality in this region.
8.Before we began our investigation, I asked students to speculate about what might cause a region—any region—to have a high infant mortality rate. We listed possibilities on the board: not enough doctors, not enough hospitals, lack of food, disease, poverty, war. The preliminary list became the basis of our investigation.
Contoh pembelajaran topik kependudukan berbasis spasial di sekolah menengah di Finlandia tersebut dapat dipertimbangkan untuk aplikasi model pembelajaran kooperatif, CTL, dan PBL untuk sekolah menengah kita. Diskusi identifikasi faktor-faktor penyebab high Infant Mortality Rate (IMR) dapat ditugaskan kepada masing-masing kelompok. Hasil diskusi kelompok dipresentasikan pada tingkat kelas, kemudian tugas berikutnya adalah mempresentasikan faktor penyebab IMR dalam peta choropleth. Diskusi dengan menggunakan Peta-PetaAcces To Safe Water, Daily Calorie Consumption, Life Expectancy, Per Capita GNP, Female Literacy Rate, Male Literacy Rate, Percent Of 1 Years-Old Immunized, Population Per Doctor adalah sebentuk latihan analisis hubungan spasial kepada peserta didik, adalah sebentuk latihan spatial thinking.

KESIMPULAN
·Peta sebagai media komunikasi visual digunakan oleh berbagai kalangan berbagai bidang. Di bidang pembelajaran geografi peta merupakan media utama dalam upaya internalisasi konsep-konsep geografi oleh guru kepada siswa.
·Implementasi penggunaan peta sebagai media pembelajaran sepatutnya-lah memperhatikan tingkatan pendidikan siswa dan hal ini menyangkut desain simbol.
·Kemajuan teknologi informasi membawa pengaruh pula dalam bidang teknologi informasi spasial ibarat rahmat (blessing) dapat dimanfaatkan secara langsung untuk penyiapan peta termasuk peta geografi (peta tematik dan peta statistik).
·Geografi, ilmu spasial diyakini mampu membekali spatial intelligence, spatial ability kepada peserta didik. Bersama aritmatik, matematik, sport, seni, historydan inteligence-inteligence lain, spasial inteligence-nya geografi diharapkan mampu memberikan keluasan landasan berfikir, perkembangan etika, estetika, moral peserta didik.
·Cukup merepotkan guru geografi di sekolah adalah kenyataan bahwa kurikulum dan buku ajar kurang mendukung. Dari segi kurikulum nampak bahwa beberapa indikator (turunan SK dan KD) masih di luar pagar esensi atau filosofi geografi. Hal ini kiranya perlu perhatian serius organisasi profesi geografi.
·Perkembangan terakhir sistem informasi geografis berkembang ke arah sains informasi geografis. Jika kemajuan ini dimanfaatkan oleh guru geografi dalam pembelajaran geografi di sekolah maka tidak berlebihan jika geografi diharapkan akan muncul sebagai pelajaran unggulan dalam sebuah lembaga pendidikan.
GGuru geografi profesional
 Penguasaan esensi petaHarus, Mengkonstrak peta geografi (map making)?Wajib, Mendesain peta geografi untuk pembelajaranMutlak, Implementasi peta untuk analisis spasialPerlu, Penguasaan SIG Terapan untuk semua pekerjaan tersebut? Sangat Perlu. partosohadi
Daftar Pustaka

Armstrong, Thomas. 1994. Multiple Intellegences in the Classroom. Virginia : Ass.for Supervision and Curriculum Development.
Chislom, Michael. 1970. Geography and Economics. London : Bell & Sons Ltd.
Danoedoro, Projo (ed). 2004. Sains Informasi GeografisDari Perolehan dan Analisis Citra Hingga Pemetaan dan Pemodelan Spasial. Jogjakarta : Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM.
Dickinson, G.C. 1973. Statistical Mapping and The Presentation of Statistic. London : J.W Arrowsmith .L.td
James, Preston S. & Clarence F. Jones (ed). 1967. American Geography Inventory & Prospect. Associations of American Geographers.
Jan Kraak, Menno & Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi. Visualisasi Data Geospasial. Jogjakarta : Gadjah Mada University Prees.
Monmonier, Mark. 1982. Computer – Assisted Cartography Principles and Prospect. New York : Prentice-Hall,inc.
Purwani, Diana Endah. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Sengon dan Kacang Tanah di Daerah Aliran Sungai Samin  Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. FKIP-UNS ( Program Studi P.Geografi ) Surakarta.
Sandy, I Made. GEOGRAFI Perkembangannya di Indonesia dan Pelajaran Geografi di Sekolah Lanjutan. Pidato Pengukuhan Dalam Jabatan Guru Besar Luar Biasa Mata Pelajaran Geografi Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Jakarta. 30 Maret 1988
Sumaatmadja, Nursidi. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung : Penerbit Alumni.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar